DI ANTARA DUA JANJI
embut, tawa dan percakapan hangat memenuhi udara. Namun, bagi Andra, suasana itu tak ubahnya seperti sebuah jebakan yang tak kasat mata
n, tetapi pikirannya terus melayang-layang, mencari keberadaan Sarah. Matanya tanpa sadar menjelajahi ruangan, dan tak lama kemud
merasakan dadanya berdenyut. Perasaan yang ia coba hindari beberapa hari terakhir kembali m
ik tangannya. "Andra, ayo kita salaman sama tuan ru
yang sama. Mereka seperti dua magnet yang tak bisa dihindarkan, semakin didekatkan oleh keadaan
alam yang sejuk, berharap bisa menenangkan pikirannya. Namun, tak lama kemudian, langkah lembut terdengar mendekat.
irian?" tanya Sarah pelan
rak. "Butuh udara segar," jawabnya
berat, penuh ketegangan yang tak terucapkan. Meski keduanya tak mengatakan apapun, kehadiran mer
raguan namun juga harapan. "Kita nggak
memahami maksud dari ucapanny
metar. "Setiap kali aku melihat kamu bersama Lina, aku merasa bersalah. Tapi ak
perasaannya semakin kacau. Ia tahu, perasaan yang ia miliki untuk Sarah bukan sesuatu yang bisa
penuh konflik. "Lina nggak pantas mengalami ini. Aku
aca. "Aku tahu kamu juga merasakan hal yang sa
in lari dari situasi ini, tapi tubuhnya tak bergerak. Di dalam hatinya, ia tahu Sarah be
"Andra, aku tahu kita nggak bisa begini selamanya. Tapi.
lurus ke arah langit malam, mencari jawaban di antara bintang-bintang. Namun, s
. aku juga percaya kalau kita bisa melakukan hal yang benar." Andra menghela na
annya dengan lembut. Sentuhan itu kecil, namun memicu sesuatu dalam diri
bisa terus pura-pu
asa terlalu kuat untuk diabaikan. Lalu, perlahan-lahan, Andra
dra, suaranya berat. "Aku nggak ak
an mereka yang tumbuh di antara persahabatan dan janji-janji lama telah membawa mereka ke titik di mana godaan itu
eorang yang bisa berbagi perasaan yang selama ini ia pendam. Namun di sisi lain, ada Lina. Istri yang ia cintai, yang telah me
balik dan melihat Lina datang, senyum manis menghiasi wajahnya. "Kenapa sendirian
Hanya butuh udara segar. Ac
i bahu Andra. "Aku bersyukur kamu ada di sin
a. "Aku yang beruntung, Lina," jawab Andra pelan, meski hatinya sedang berkecamuk. Di saat yan
dengan penuh semangat tentang betapa menyenangkannya malam itu, tetapi Andra hanya bisa mendengarkan dengan setengah
r-putar, kembali mengingat semua janji yang pernah ia buat. Janji untuk setia kepada Lina-janji yang sekarang terasa seperti beban berat
ng menghadapi masalah besar. Andra ada di sana, memberikan dukungan tanpa syarat. Di malam
enjadi di masa depan. Sekarang, janji itu menghantuinya. Bagaimana ia bisa selalu ada untuk
isnya yang mulai berdenyut. "Aku terj
elnya bergetar. Sebuah
sa terus begini. Besok sore di k
u seperti magnet yang menariknya kembali ke lingkaran godaan yang berbahaya. S
ambu