DI UJUNG KETIDAKSETIAAN
ada di luar kota untuk urusan pekerjaan, Sarita merasa dorongan tak tertahankan untuk bertemu Rizal. Dia merasa seolah-olah hidupnya terbele
auh dari pandangan orang-orang yang dikenal. Dia berpakaian sederhana, tetapi memilih gaun yang membuatnya merasa percaya di
ersenyum lebar, dan saat mata mereka bertemu, semua kecemasan Sarita seolah
ntuk diri sendiri," jawab Sarita, berusaha ter
erasakan kehangatan dari perhatian Rizal yang membuatnya merasa ny
ke masa-masa itu? Saat semua terasa lebih sederhan
annya. Rasanya seperti kita bisa mela
k ada waktu yang terbuang. Dia melupakan segala tekanan yang ada di rumah dan tanggung jawab sebagai seo
mereka ciptakan. Sarita merasa seolah-olah mereka tidak pernah berpisah. Dia ingin mel
kembali. Dia tidak ingin ada yang curiga, dan pikiran tentang apa yang m
Aku sangat menikmatinya," Sarita ber
ku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada
bahwa jalan yang dia pilih adalah jalan berbahaya.
hagiaan sementara, tetapi juga menyisakan rasa takut yang mendalam. Dia tidak bisa terus bersembunyi dar
ia melakukan semua yang biasa dilakukan, tetapi hatinya masih terjebak dalam ken
jah ceria. "Selamat pagi! Bagaimana perjalanannya?" dia bertanya,
mu baik-baik saja?" Dika menjawab
rusaha terdengar meyakinkan. Tetapi dalam
Dia tahu bahwa pertemuan dengan Rizal bukanlah pelarian yang dapat berlangsung se
dari Dika. Mungkin, inilah saatnya untuk menghadapi kenyataan. Namun, di setiap detak jantungny
dan tanggung jawab, dan satu lagi yang menawarkan gairah dan kebahagiaan sementara. Dengan ketegangan yan
, tetapi juga menambah beban rasa bersalahnya. Dia berusaha untuk menjalani rutinitas sehari-hari, namun pikiran
di layar: *"Malam ini aku akan menunggu di kafe kita. Hanya untuk kita berdua."* Dalam sekejap, jantungnya berd
dalam. Namun, panggilan untuk melihat Rizal dan merasakan kebahagiaan itu sangat kuat. Dia mengenakan gaun yang sa
yum lebar menghiasi wajahnya. "Kamu datang!" Rizal berkata, seolah
Sarita menjawab, berusaha terdengar sa
ndah yang pernah mereka jalani. Obrolan mereka menyentuh hal-hal yang lebih dalam, dan Sarita merasakan gelombang emosi yang su
a, setiap kali aku melihatmu, aku merasa seperti kembali ke rumah," kata
erasaan cinta yang telah lama hilang. Namun, di sisi lain, dia teringat akan Dika, suaminya
nar. Aku memiliki keluarga yang harus aku p
penuh pengertian. "Aku mengerti. Tapi a
adalah kekosongan yang terus mengganggu. Dalam sekejap, semua kenangan indah kembali berputar dalam pikiranny
kir," jawab Sarita, merasakan
asa cintanya kepada Rizal, tetapi juga membangkitkan keraguan tentang hidupnya dengan Dika. Apakah
engan ekspresi kelelahan. "Maaf, aku baru sa
hnya. Dika mengulurkan tangan, dan mereka saling menggenggam, tet
salah semakin membebani pikirannya. Dia merasa seperti pengkhianat, tetapi sekaligus merindukan semua
menatapnya dengan serius. "Kamu tampak tidak se
uk berbicara, tetapi ketakutan menghalangi lidahnya. "Tidak, aku
bahwa Dika mencintainya, dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Dia tidak ingi
idakpastian. Dia harus memilih jalan yang benar, tetapi hatinya terasa berat. Dalam benak
asa terjebak dalam pusaran perasaan yang tidak bisa dia kendalikan. Dengan kebulatan tekad, Sarita memutuskan untuk bertemu lagi dengan Rizal. Di
ambu