icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

DI UJUNG KETIDAKSETIAAN

Bab 3 Pelarian Sementara

Jumlah Kata:1351    |    Dirilis Pada: 15/10/2024

ada di luar kota untuk urusan pekerjaan, Sarita merasa dorongan tak tertahankan untuk bertemu Rizal. Dia merasa seolah-olah hidupnya terbele

auh dari pandangan orang-orang yang dikenal. Dia berpakaian sederhana, tetapi memilih gaun yang membuatnya merasa percaya di

ersenyum lebar, dan saat mata mereka bertemu, semua kecemasan Sarita seolah

ntuk diri sendiri," jawab Sarita, berusaha ter

erasakan kehangatan dari perhatian Rizal yang membuatnya merasa ny

ke masa-masa itu? Saat semua terasa lebih sederhan

annya. Rasanya seperti kita bisa mela

k ada waktu yang terbuang. Dia melupakan segala tekanan yang ada di rumah dan tanggung jawab sebagai seo

mereka ciptakan. Sarita merasa seolah-olah mereka tidak pernah berpisah. Dia ingin mel

kembali. Dia tidak ingin ada yang curiga, dan pikiran tentang apa yang m

Aku sangat menikmatinya," Sarita ber

ku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada

bahwa jalan yang dia pilih adalah jalan berbahaya.

hagiaan sementara, tetapi juga menyisakan rasa takut yang mendalam. Dia tidak bisa terus bersembunyi dar

ia melakukan semua yang biasa dilakukan, tetapi hatinya masih terjebak dalam ken

jah ceria. "Selamat pagi! Bagaimana perjalanannya?" dia bertanya,

mu baik-baik saja?" Dika menjawab

rusaha terdengar meyakinkan. Tetapi dalam

Dia tahu bahwa pertemuan dengan Rizal bukanlah pelarian yang dapat berlangsung se

dari Dika. Mungkin, inilah saatnya untuk menghadapi kenyataan. Namun, di setiap detak jantungny

dan tanggung jawab, dan satu lagi yang menawarkan gairah dan kebahagiaan sementara. Dengan ketegangan yan

, tetapi juga menambah beban rasa bersalahnya. Dia berusaha untuk menjalani rutinitas sehari-hari, namun pikiran

di layar: *"Malam ini aku akan menunggu di kafe kita. Hanya untuk kita berdua."* Dalam sekejap, jantungnya berd

dalam. Namun, panggilan untuk melihat Rizal dan merasakan kebahagiaan itu sangat kuat. Dia mengenakan gaun yang sa

yum lebar menghiasi wajahnya. "Kamu datang!" Rizal berkata, seolah

Sarita menjawab, berusaha terdengar sa

ndah yang pernah mereka jalani. Obrolan mereka menyentuh hal-hal yang lebih dalam, dan Sarita merasakan gelombang emosi yang su

a, setiap kali aku melihatmu, aku merasa seperti kembali ke rumah," kata

erasaan cinta yang telah lama hilang. Namun, di sisi lain, dia teringat akan Dika, suaminya

nar. Aku memiliki keluarga yang harus aku p

penuh pengertian. "Aku mengerti. Tapi a

adalah kekosongan yang terus mengganggu. Dalam sekejap, semua kenangan indah kembali berputar dalam pikiranny

kir," jawab Sarita, merasakan

asa cintanya kepada Rizal, tetapi juga membangkitkan keraguan tentang hidupnya dengan Dika. Apakah

engan ekspresi kelelahan. "Maaf, aku baru sa

hnya. Dika mengulurkan tangan, dan mereka saling menggenggam, tet

salah semakin membebani pikirannya. Dia merasa seperti pengkhianat, tetapi sekaligus merindukan semua

menatapnya dengan serius. "Kamu tampak tidak se

uk berbicara, tetapi ketakutan menghalangi lidahnya. "Tidak, aku

bahwa Dika mencintainya, dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Dia tidak ingi

idakpastian. Dia harus memilih jalan yang benar, tetapi hatinya terasa berat. Dalam benak

asa terjebak dalam pusaran perasaan yang tidak bisa dia kendalikan. Dengan kebulatan tekad, Sarita memutuskan untuk bertemu lagi dengan Rizal. Di

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka