icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PEMBUNUHAN DI GEDUNG TUA

Bab 3 Malam Pertama

Jumlah Kata:1458    |    Dirilis Pada: 11/09/2024

kat untuk menginap di sana, meskipun suasana sudah terasa aneh sejak mereka tiba. Seb

ubah menjadi tempat tidur sementara. "Ini seperti camping waktu sekolah, kan?" katanya, berusah

k ada yan

utnya erat, merasa tidak nyaman. "Rasanya aku tidak bis

menatap lorong-lorong gelap yang mengelilingi aula. "Aku bersumpah, aku m

sama. Tempat ini penuh dengan kenangan, tapi juga dengan... sesuatu yang

ikan samar. Rudi yang duduk agak jauh, menghela napas panjang, mencoba fokus pada teleponnya meskipun sinyal terus-me

emua terlonjak. Sinta menutup mulutnya, berusaha menahan teriakan. Semua orang menatap

u?" bis

ungkin hanya angin... atau binatang." Tapi dari nada

pas tertahan. Cahaya senter memotong kegelapan lorong, tapi tidak ada yang terlihat.

matanya tidak lepas dari bayangan-bayangan di

menelusuri lorong yang semakin sempit. Mereka mengikuti

kan langkah kaki. Suara langkah yang pelan tapi pasti, seolah mengikuti mereka. Suara itu ber

an panik, matanya mulai dipenuhi air mata. "Se

u dinding-dinding berdebu. "Siapa di sana?!" teriaknya, berha

kita," kata Rudi, suaranya bergetar

mpat ini terlalu besar, terlalu banyak tempat yang tidak kita ta

reka berdebar kencang. Namun, saat mereka kembali, suasana di aula terasa berbeda

. Di dinding belakang aula, yang sebelumnya kosong, kini terdapat tulisan besar yang

ak seharusn

apur itu masih segar. Mereka saling memandang den

ta," bisik Dina, tubuhnya gemetar. "

lebih tegang dari sebelumnya. "Kita harus t

menghantui gedung tua itu, semakin nyata. Suara-suara, langkah kaki, dan pesan-pesan aneh terus muncul, s

mulai tumbuh, menyelimuti mereka satu per satu. Malam pertama di gedung tua ini baru saja dimulai-dan mereka ta

Kalian tidak seharusnya kembali" tampak mengancam, seolah-olah ditulis oleh seseorang yang mengenal mereka. Sinta tak bisa lagi men

r. "Bagaimana mungkin ada yang bisa masuk ke sini

r kecilnya. "Ini masih segar," katanya, jari-jarinya menyentuh beka

Rudi, wajahnya pucat. "Ini sudah gila. Ini bukan tem

u lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau kita pergi tanpa tahu apa-a

sini, di tempat yang jelas-jelas berb

emua takut, tapi kita harus tetap tenang. Kita harus mem

n, "Mungkin... mungkin ini bukan sekadar peringatan. Bagaimana jika

dangan bingung. "Apa maksudmu?

kejadian aneh yang dulu pernah terjadi. Mungkin... rahasia yang kita lupaka

ka bertanya, mengingat pem

nya itu. Ada lebih banyak lagi yang kita tidak tahu.

reka coba abaikan, kini tampak seperti benang kusut yang siap terurai. Apa yang te

jelas. Suara itu tidak lagi terdengar seperti langkah lambat-melainkan

rdegup kencang, menunggu apa yang akan muncul dari kegelapan. Langka

rteriak histeris. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Loro

akutan. "Aku tidak peduli lagi dengan rahasi

Rudi, jangan!" teriak Dina, mencoba menghentikannya, tapi terlambat. Rudi sudah me

gkah kaki Rudi semakin menjauh, hingga akhirnya hilang sama sekali

a Arman, nadanya cemas. "Kala

gar, menggema di sepanjang lorong. Tawa itu tipis, nyaris se

Dina, matanya m

pak ragu, namun telinganya

g bermain-main. Semakin lama, suara itu semakin dekat, dan perlahan-lah

a mulai mengalir. "Apa yang terjadi di tempa

nerpa tubuh. Gedung tua yang sebelumnya tampak hanya sunyi dan menyeramkan kini berubah menjadi

k tak kembali. Apa pun yang mengintai di tempat ini, mereka tidak bisa menghindarinya lagi. Masa lalu yang mer

erbicara kepada dirinya sendiri. "Dan kita mungkin t

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka