BAYANGAN DI BALIK JENDELA
t yang semakin menyelimuti. Ia menatap jendela kamarnya dengan hati-hati, tirai yang tertutup rapat m
bolak-balik surat yang ia temukan, mencoba memikirkan siapa yang bisa mengirimkannya. Tapi tidak ada
setiap detik terasa seperti palu yang memukul ketenangannya. Di tengah kesunyian, tiba-tiba, sebuah
ungnya mulai berdetak lebih kencang. Meskipun tirai masih tertutup
ngi sebagian ruangan, tapi jendela tetap dalam bayang-bayang. Ia berdiri, perlahan berjalan mendeterangkat ke arah tirai, ragu-ragu. Haruskah ia membu
irai." Bayangan itu mungkin bukan sekadar ilusi. Mungkin memang ada sesuatu, atau seseorang, di l
Sosok itu tampak lebih dekat, dan Dina merasa bisa merasakan kehadi
rnya, memastikan bahwa jendela terkunci rapat. Ia mengunci setiap kunci dengan sangat
angan itu masih bisa menembus kaca, menatapnya dari luar, bahkan saat ia tak bisa melihat apa
a untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Dina butuh b
ntai kecil yang dulu ia gunakan untuk merekam video saat berlibur. Kamera itu bisa diatur untuk merek
ghadap langsung ke jendela. Posisi kamera sempurna, tersembunyi di antara buku-buku sehingga tidak m
i pada bayangan di balik jendela dan pesan misterius yang ia temukan. Siapa yang mengirimkan surat itu? Dan mengapa mereka
bahwa hanya kamera yang akan memberitahu apa yang terjadi nanti. Kamera aka
perasaannya tak pernah benar-benar tenang. Mimpi-mimpi buruk datang menghampirinya lagi-kali ini lebih jelas, lebih mengerikan. D
ap kali ia bangun, tak ada apa pun. Hanya suara detik jam yang
gemetar saat ia memutar ulang rekaman dari malam sebelumnya. Ia menonton layar kecil i
merekam, Dina melihat sesuatu. Sebuah bayang
tu yang besar, seperti sosok manusia, berdi
n sekadar permainan cahaya. Apa pun yang ada di
g memperhatikannya dari luar. Dan sekarang, Dina tahu, ia
menemukan penjelasan yang lebih masuk akal, mungkin hanya pantulan atau kesalahan teknis. Namun, bayangan itu tetap ada. Setiap kali ia menonton,
ar firasat atau ilusi, ada sesuatu yang nyata-dan lebih menyeramkann
napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. Tidak mungkin dia bisa terus hidup seperti ini, de
kir, Bu Ratna bisa memberikan lebih banyak informasi atau penjelasan. Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Bu Ratna terlihat sep
k berwenang? "Ada bayangan di jendela saya yang direkam oleh kamera, mungkin seseorang sedang mengintai sa
rekaman itu sendiri. Mungkin, ia bisa mencoba memasang kamera tambahan di sekita
n-akan menyembunyikan sesuatu. Bayangan itu, meski tidak terlihat saat siang hari, masih terasa sangat nyata. Ia
inya, ia memastikan semua pintu dan jendela terkunci. Kamera kecil di dekat jendela tetap terpasang, dan kini Dina menambah satu ka
terhindarkan. Ia berbaring di tempat tidur, meskipun tahu bahwa tidur tidak akan mudah malam ini. Pikirannya berputar-put
a jika sesuatu kembali terjadi. Suara angin di luar jendela membuatnya semakin waspad
. Ada sesuatu di luar sana, ia bisa merasakannya. Perlahan-lahan, ia turun dari tempat tidur dan meraih pon
imuti setiap sarafnya, tapi ia tahu ia tak bisa mundur lagi. Perlahan, tan
elumnya. Kali ini, ia bisa melihatnya dengan lebih detail. Sosok tinggi dengan postur manusia, tetapi wajahn
dirannya begitu menakutkan dan nyata. Dina tahu ini bukan sekadar permainan cahaya atau b
al-sengal. Ketakutan itu kini bukan lagi spekulas
amera yang ia pasang. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihatg, atau sesuatu, benar-be
h ini tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi. Dengan cepat, Dina meraih jaket dan keluar dari kamar. Ia perlu bicara
i jalan, menuju rumah Bu Ratna di seberang. Namun, saat ia sampai di depan pintu rumah itu, ia ragu
getuk lagi, lebih keras. Setelah beberapa saat, pintu terbuka pe
terdengar berat, seolah-olah ia su
bayangan itu ada di luar jendela saya lagi. Saya tidak tahu apa itu, tapi saya
g penuh rahasia. Ia diam sejenak, lalu ber
ambu