BAYANGAN DI BALIK JENDELA
rumah tua itu, seolah-olah menghapus semua ketakutan yang dirasakan Dina di malam sebelumnya. Ia berdiri di depan
nyusuri jalan kecil di depan rumah, menikmati ketenangan kota kecil ini. Rumah-rumah di sepanjang
n. Wanita itu tampak ringkih, dengan rambut putih yang disanggul rapi dan pakaian tradisional yang bersih. Mat
ai sapaan. Wanita tua itu membalasnya denga
an suara lembut namun tegas. "Kamu yang b
lkan dirinya. "Iya, Bu. Saya Dina
ang terasa menahan. "Saya Ratna. Sudah lama tinggal di sini. Rum
tetap berusaha ramah. "Iya, saya dengar rumah ini sudah lama tidak
beri tahu saja, rumah itu punya sejarah yang agak... kelam. Orang-orang yang pernah tinggal di sana, m
at Bu Ratna terasa seperti peringatan
sepasang suami istri yang tinggal di sana tiba-tiba saja hilang. Tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Polisi sudah mencariny
angan di balik jendela itu kembali menghantui pikirannya. Tapi ia berusaha untu
mencoba mencari penjelasan yang lebih masuk akal. "Kadan
ghibur dirinya sendiri. "Mungkin, Nak. Tapi ada sesuatu yang aneh dengan rumah itu. Orang-
kembali muncul di benaknya. Bayangan itu bukan hanya sekadar halusinasi, dan s
coba lupakan, jadi ia memutuskan untuk mengakhiri obrolan. "Terima kasih, Bu Ra
klah, Nak. Kalau ada apa-apa, kamu bisa datang ke rumah saya. Saya su
bali ke rumah, pikirannya terus bergulat dengan apa yang baru saja didengarnya. Rumah yang ia tempati sek
kin bahwa setiap rumah tua pasti punya cerita kelam yang menyertainya. Ia sudah memutuskan untuk ti
erangi ruangan, membuat rumah itu terlihat damai dan hangat. Tetapi di dalam hati, Dina tak bisa
g penghuni sebelumnya yang menghilang. Apakah ini semua kebetulan, atau
ir teh, mencoba menikmati sisa hari yang cerah. Tapi di sudut pikirannya, benih ketakutan itu telah ditanam-da
harap tidak ada bayangan lagi yang
tur ulang beberapa perabotan, menata ruang tamu dan kamar tidur, berharap kegiatan itu bisa membuatnya m
ak bertahan lama
menghampiri. Meskipun hari masih terang, jendela itu kini terasa seperti sesuatu yang harus ia hindari. Ia mencoba fokus pada aktivitasnya, namun s
a menyalakan beberapa lampu di seluruh ruangan untuk membuat suasana lebih hangat, te
ri dirinya menolak. Dina berdiri di depan tirai, ragu-ragu. Apakah bayangan itu hanya hasil dari kelela
memutuskan, ketukan halus
akan datang pada jam-jam seperti ini? Dengan sedikit ragu, ia berjalan ke
ia tidak sepenuhnya yakin. Ia menunggu beberapa saat, tapi tidak ada tanda-tanda siapa pun
pat tidur, ketukan itu terdengar lagi.
mbali mengintip melalui lubang i
in malam itu terlalu tenang untuk menyebabkan suara seperti itu. Dina akhirnya membuka pintu, mengintip ke luar,
da sesuatu di lantai depan pintu. Sebuah amplop co
g pecah di bagian belakangnya. Jari-jarinya sedikit gemetar saat membukanya. Di dalamnya terdapat selembar kertas lusuh d
di sini. Janga
itu, tak percaya. Surat ini jelas ditujukan padanya, ta
tamu, surat itu masih di tangannya. Sekarang, firasat buruk yang tadi siang
a hubungannya dengan orang-orang yang hilang dari rumah ini? Apak
segala pesonanya di siang hari, berubah menjadi sesuatu yang lain saat malam tiba
rti yang disarankan surat itu. Tapi sekarang, ia tidak tahu apaka
ya. Surat misterius itu, ketukan di pintu, dan bayangan yang ia lihat sebelumnya-semuany
eolah memisahkannya dari dunia luar yang tak terlihat. Dina tahu satu hal pasti:
apa yang sedang men
ambu