Night Flower
ulangnya tengah malem. Kamu tid
senyum kecil di bibir. Tadi dia sudah memesankan makanan secara online untuk makan
k di depan televisi yang mati sambil menatap langit-langit tanpa suara. Atau mung
dia akan selesai pukul dua belas malam. Dan belum tentu juga dia bisa
Udah ya? Kakak tutup telponnya.
lam tas di atas meja. Menatap cermin, Raisa bisa melihat wajahnya yang dilapisi dandanan
da yang terjadi. Anak-anak lain juga nggak mungkin ng
i kostum dancenya, ditambah sepatu hak tinggi yang membantu badannya berdiri tegap
ar tepukan tangan dari para pengunjung, juga beberapa bisikan yang seluruhnya membicarakan t
sebagai tanda akan memulai penampilannya. Jemari rampingnya bergerak
begitu banyak tepuk tangan yang menyambut atraksinya. Semua memuji tarian dan kecantikannya. Wajah t
nyala, titik-titik keringat tetap muncul di kening Raisa. Dia tersenyum kecil, sebelum menundukk
asuk ke dalam lorong khusus pegawai. "Air putih
lasteran China itu mengangguk sing
arkan punggung yang terasa kaku. Pole dance membutuhkan keluwesan dan keseimbangan tubuh yang bai
danya, Raisa segera menerima dan menegaknya hingga habis. Masih ada beberapa pe
can I si
g yang bagian bawahnya ia masukkan ke celana jeans, yang bagian lututnya
dancer
a ketika pria itu terus-terusan menatapnya, tak mengalihkan pandangan baran
ng baru di sini, jadi belum ada yang gue kenal
"Itu bukan bagian dari pekerjaan saya. K
nya. Ketika pria itu bangkit berdiri dan mendekatinya, Raisa sontak
a kalau kita lakui
terintimidasi. "Saya sedang melakukan pekerjaan
ngangguk, menggeser tubuhnya mempersilahkan Raisa
ersorot ke tengah, tempat di mana Raisa akan kembali menunjukkam liukan indah tubuhnya. La
mana,
mencapai tengah ruang. Sorot lampu bahkan sudah menyentuh ujung bayangannya. Teta
aring di dadanya. Tangannya terkepal kuat, menggenggam helai-helai kain di pakaian sexynya.
tepat di telinga, dengan sengaja me
gannya yang terkepal meraih lengan pria itu di perutnya. Raisa menggenggam erat lengan ber
kepalanya di atas bahu Raisa, mendekatkan bibirnya ke ceruk leher jenjang perempuan itu. Ra
nta kamu menggod
nggeleng
st
enyembunyikan emosi. Mata tajam pria itu memiliki warna serupa dengan miliknya, tapi mempunyai
sa keluh, tak bisa me
ng baru saja berbinca
dalam. Dia tidak merasa telah berbincang romantis dengan siapapun. Hanya a
u nggak ken
ik turun. Namun, tangan besar pria itu malah me
onggar, ya? Haruskah di