Sang Penebar Benih
in dulu makanannya," ucap Mbak Sr
Mbak?" Tanyaku
g tuh sama temen-temennya," sa
kebersihan. Terbukti dari ruang tamunya yang begitu bersih ser
nasi, kuah dan beberapa lauk yang ia taruh di sebuah piring yang besar. Aku
mempersiapkan semuanya, terma
s?" Tanyanya sambil men
nya dikit aja kok," jawabku sambil meny
nya emang segini?" Tanyaku sambil menyen
angan lupa ya Mas. Diabisin. Biar nanti aku m
mengambil lauk ayam goreng, telur dadar serta tempe. Mem
apur tadi, Mbak Sri akan mengganti kimononya dengan pakaian yang lebih tertutup. Namu
inggal satu," ucap Mbak Sri sambil
ih loh Mbak
sayur mas?" Tany
Udah dari kecil aku emang
loh buat cowok. Buat kes
iangkat. Aku begitu fokus makan, sampai-sampai tak sadar kalau di sudut mataku menangkap sesuatu y
uhuk...
dengan nada agak panik. Ia langsung menuang
setelah menerima gelas da
oba kalo makan itu pela
u tuh. Tadi keliatan yang item-item bere
erwarna hitam. Aku juga tak sengaja melihat bulu kemaluan Mbak Sri yang nampaknya cu
k ngga pernah liat aja Ma
okep. Tapi kalo liat langsun
apnya sambil menyingkap kimono handuk yang
e arah celana dalam warna hitam yang ia suguhkan itu. Aku sudah tak sungkan lag
ke dapur. Aku juga berinisiatif mencuci piring itu karena meskipun aku ini terhitung t
i", ucapku menggantikan Mbak
mengenakan kimono handuk seperti tadi namun bebatan handuk di kepalanya sudah ia lepas. Ia teng
gan kondisi Mbak Sri yang setengah telanjang seperti itu. Bisa-bisa akulah yang tak mampu men
nyaku ke Mbak Sri karena baru
ih. Paling juga maghrib baru dipulang
uman nanya aja," bala
ulangnya agak lama kok. Jadi ka
aya ngga b
ni kenapa
a-lama disini, bisa-bi
tahan
. Mana tadi udah diliatin sempaknya. Aku
bercanda mungkin. "Ya abisnya gerah Mas. Makanya aku ngga langsung pake baju. Ka
e tangan ama sabun. Ata
a padaku lalu membisikkan sesuatu ke t
emang bo
n aja mas biar lega. Dar
buka kancing celanaku. Aku sedikit menaikkan pinggang
ia langsung melotot saat melihat
ceng aja udah segede gini. Gimana kalo nga
gede apa punyaku kalo ngace
h loyo. Kemudian ia langsung mengurutnya dengan perlahan maju mundur hingga ke ukuran maksimalnya. Kulihat Mbak Sr
mbak. Aku pengen
ndukan gunung kembar miliknya yang begitu bulat dan membusung. Putingnya yang berwarna coklat muda dan seukuran ruas ujung jar
eh ngga kalo aku pegang?" Tan
ab Mbak Sri sambil me
nyentuh bongkahan daging itu sensasi yang kurasakan begitu kenyal. Yah, sebenarnya tak ada bedanya dengan
pelan payudara Mbak Sri. Mulai dari sebuah remasan pelan kemudian berl
n keras-keras ngremesn
nggemesin," balask
karpet ruang tamu. Langsung saja kudekatkan bibirku ke lehernya lalu mulai mendara
hinggap di payudaranya. Segera saja kucaplok kedua payuda
usss.." desah Mbak Sri samb
. Jariku juga tak mau ketinggalan dengan ikut memili
m melek dan menggigit bibir bawahnya
menit. Hingga tak lama berselang, tubuh Mbak Sri menggeliat bak cac
aass...aku ma
erjai payudaranya. Namun bukannya berhenti, a
kencing," ujarku sambil meng
AARR OOOIHH..." lenguhnya den