Psikopat & Gadis Desa
pemandangan yang memukau, penuh dengan kehangatan dan keramahan. Pendudukn
karena kecantikannya yang alami dan sifatnya yang ceria, hidup bersama neneknya. Moon, dengan rambut panjangnya yang berkibar terkena angin, mengayuh
ilik seorang wanita paruh baya. "Bibi, sayur yang aku pes
tersenyum kembali. "Moon, Bibi sudah simpan untukmu," katan
!" ucap Moon
rus menyediakan lebih untuknya," tambah wanita itu de
nik dari seorang pria muda bernama Ekin. Dia berlari ke arah mereka, wajah
sejenak, menoleh ke arahnya den
adi sesuatu?" tanya salah satu wa
an datang lagi untuk mengusir kita. Kali ini yang datang adalah pengurusnya, mereka bers
cemas, "Mereka selalu saja datang berusaha untuk m
pertahankan tempat tinggal kita. Bagaimanapun, kita tidak akan pergi meninggalkan tempat ini." Suaranya
erat. Desa ini adalah rumahnya, tempat dia tumbuh dan meng
Apakah tidak ada cara lain untuk m
riny, pada
pasir di posisi tempat dua berdiri. Moon merasakan butiran pasir yang dingin dan lembut di
ni, melainkan dari kota besar. Saat pria itu berbalik untuk pergi, matanya tertumbuk pada sosok Moon yang sedang asyik bermain pasir. Dia terdiam sejenak, terpikat oleh pemandangan gadis
n semua bangunan di desa ini," suara seorang pria, yang terny
adi tersenyum manis berubah menjadi serius. Namun, saat ia mulai melangkah pergi, pandangannya kembali te
nan yang ada. Para warga, dari yang tua hingga yang muda, berkumpul dengan
ili perusahaan berdiri dengan angkuhnya, mewakili kepen
-matian menghentikan rencana penghancuran. Mereka berteriak-teriak, berharap suara mereka didengar. "Walau kami
. Selagi kalian bekerja sama, pihak perusahaan akan memberikan kompensasi. Kalian bisa pind
ah. "Kenapa kalian suka sekali menindas warga kecil seperti kami? Usiaku sudah 75 tahun. Sejak usia 10 tahun aku
Tua. Aku masih berbaik hati menawarkan uang kompensasi. Lebih baik terima uangnya dan pergi. K
ga lain, berusaha menunjukkan keberanian m
h ini. Sedangkan kalian, apa yang bisa kalian lakukan untuk melawan kami?" j
wajah pria tersebut. Namun, aksinya langsung dihentikan oleh pengurus Kim, yang de
ngin segera bergegas menolongnya,
tangan dari sakunya. "Tidak tahu diri," ucapnya dingin sambil mengelap tangannya, menambah rasa amarah dan f
a sendiri. Tanpa berpikir panjang, ia berlari mendekati pengurus Kim. Tanp
memerah karena tamparan tersebut. Dia menatap Moon dengan tatapan tajam, tetapi alih
ens, seolah-olah ada pertempuran dia
tidak tahu malu?" ujar Moon dengan suara penuh kemarahan dan keb
mereka. Pengurus itu mengangkat tangannya, menghentikan mereka dengan satu gerakan. Dengan tatapan tajam dan senyuman yang samar, dia men
a. Apakah Pengurus Kim yang kejam ini akan membalas tindakan Moon? Atau adakah se