Dear Anna
gin dan sepi meskipun penuh dengan kemewahan. Lampu-lampu yang mewah menyala
mata tertutup rapat, mendengkur pelan. Tangannya yang kecil masih menggenggam erat boneka f
itu tak berdaya. Dia menghela napas panjang, menghapus air mata yang hampir jatuh. Setiap
engan lembut, dan dia berjalan ke kamar utama. Ketika dia membuka pintu, pemandangan ya
ang, lagi. Ponselnya di atas meja tak menunjukkan pesan atau panggilan
encoba memegang pasir yang terus merosot di antara jari-jarinya. Cinta yang dia rasakan untuk Brian du
n pikirannya. Namun, sebelum tangannya mencapai pegangan cangkir, suara pintu depan yang t
Anna mengamati suaminya dengan cermat, mencoba menemukan jejak cinta yang dulu begitu jela
lan, suaranya bergetar
menjawab dengan nada datar, "Ada
nna. Dia tahu lebih baik daripada menerima alasan itu begitu
ih jauh, ingin tahu apakah ada wanita lain di balik alasan-alasan yang terlo
ggalkan Anna sendirian di dapur. Kembali ke keheningan yang mencekam,
bawah. Dia tahu betapa besar rasa sakit yang mungkin dirasakan Anna, tapi i
dan keinginan yang tak terucapkan. Ia tahu bahwa keputusannya untuk mendekati Rea b
enghela napas berat, merasa beban yang ia ciptakan sendiri mulai menekannya dari segala arah. Tapi dia
, dia merasakan hatinya semakin hancur. Anna tahu, bahwa cinta yang ia berikan pada Brian mungkin tidak cukup untuk menyela
-
ikirannya berputar, mencoba memahami perubahan drastis yang terjadi dalam pernikahannya. Set
marnya. Tangannya gemetar saat memegang gagang pintu, dan saat ia memb
. Namun yang membuat dada Anna sesak adalah senyum lebar yang terlukis di wajah su
rian. Namun, suaminya bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel. Hatin
ang, Anna bertanya, "Siapa yang meng
an lembut yang pernah ia kenal. Mata Brian memancarkan ketus
kat, nadanya dingin dan tajam, se
auh di dalam hatinya, bahwa "urusan pekerjaan" itu hanyalah alasan. Namun, ia
an cintanya perlahan-lahan pudar. Di tengah keheningan malam, ia menyadari bahw
an ragu. "Brian, k
ra menanggapi. Anna menggigit bibirnya, menco
nggak pernah ada di rumah. Dan saat kamu di sini,
meja samping tempat tidur. Dia menatap Anna se
dah bilang, ini semua karena pekerjaan. Banyak tanggu
dengan suaminya. "Ini bukan hanya soal pekerjaan, Brian. Kamu berubah. Sikap
a dengan suara yang lebi
aku. Dan mungkin... mungkin ini semua adalah sesuatu yang harus k
ni terdengar dingin dan jauh. "Apa kamu benar-benar berpikir begitu? Bahwa Kaffa adalah sesuatu
dak ingin menatap Anna langsung. Ada kete
n perhatian dari ayahnya. Kenapa kamu jadi sepert
itu tak keluar. Dia menutup matanya sejenak, mengambil napas
ku lelah. Jangan b
itu. Dia ingin melanjutkan, ingin memaksa Brian untuk berbicara, ta
dari ini. Kita nggak bisa te
antara mereka semakin lebar, seolah ada jurang yang semakin tak bisa dijangkau. Akhirnya, Anna m
enuju pintu tanpa menoleh kembali. Sebelum
a, Brian. Dia anak kita..
an sendirian di kamar, dengan bayangan