Melaju di Lautan Mimpi
ngan kirinya, hembusan udara mengalir di sela-sela jarinya. Artha bangkit dari tempat
ayu, dengan sebuah pengunci yang terbuat dari potonga
ngannya ke depan dada, lalu menarik nafas dalam-dalam dan merasakan udara segar masuk ke paru-parunya. Artha me
tinggal di sebuah gubuk kecil di pinggiran pantai. Ibunya harus berjualan sayur mayur di pasar untuk memenuhi kebut
sa ibunya gunakan untuk menempatkan barang-barang dan bumbu-bumbu dapur. Bersama kedua
g perahu dari pesisir menuju laut. Hari ini laut terasa sangat bersahabat, matah
tha perlahan dia meloncat menaiki perahu yang bergerak menuju ke perairan, lalu du
rlayar menuju lokasi di mana bapak akan melepas jala ikannya. Adiknya-Ardhi segera m
panas banget ya," kata Shi
di rumah pasti nggak panas," timpal Ardhi yang sedang duduk di
ngan handuk kecil yang dia taruh di lehernya. Dia melihat ke arah
hela napa
atau nggak ikut ibu ke pasar buat jualan sayur," timpaln
a-bisa nanti kulit kamu jadi hi-tam le-gam
ngan kawatir deh. Aku kan sudah pintar dan tahu cara me
erus jadi hitam, jangan salahin kakak
i hitam. Jangan khawatir deh, adikmu yang cantik ini aman kok
rtha pada adiknya dengan wajah diiringi senyu
i ikan di laut. Siap-siap ya, kita bakal dapat banyak ikan nanti
ujar Artha denga
iap dapet banyak ikan nih, yuk beraksi!
dari rumah, kemudian membagikannya kepada mereka satu-persatu. A
t mereka pagi ini. Perlahan Artha menghabiskan makanannya hanya dengan beberapa kali suapan. A
n Ardhi membantu bapak untuk menyebar jala ikan di laut, Artha memegang pemberat di tepi jala kemud
terjaring di jala ikan. Artha dan Ardhi segera membantu bapak untuk mempercepat pekerjaan. Setelah mengangkat jalan ke dalam per
ngkap di dalam jala ikan. Tidak terasa hari mulai beranjak petang, Artha melihat ke arah matahari yang mulai tergelincir,
dan mengikatnya di sebuah batang pohon besar di pinggiran pantai. Setelah
ahu untuk di jual oleh ibunya. Sebelum dijual ke pasar, ibu l
h lewat bapak sudah melaut mencari ika
a bukunya untuk menger
bangku SMK yaitu jurusan Teknik Perkapalan," gumam Artha di depan meja belajar dengan sebuah lampu belajar sebagai
Tok
dari seorang pengepul ssayur untuk dijual setiap harinya oleh ibu. Paman membawa sa
seharga dua ribu rupiah, dan akan dijual ibu seharga tiga ribu rupiah, begitu juga dengan sayuran yang lainnya. Ibu membelinya dengan
ngkan Artha masih duduk di luar di tepi pantai bersama Ardhi dan teman-temannya. Ashiylla seger
pagi, Artha terbangun karena ayah baru saja kembali dari melaut. Dia berjalan melihat tangkapan ikan bapak yang ada di da
asjid. Artha bangkit dari tempat tidur kemudian melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat subuh, Artha mengambil handuk kemudian mandi untu
Ardhi. Mereka ke sekolah menggunakan satu buah sepeda motor. Terkadang Ardhi harus menunggu Artha mengantar Ashiylla ke sekolah, se