Simpanan Ayah Mertua
uh baya menunjuk Naya yang duduk, menunduk di hadapannya. Seakan sep
elemparkan kopiah yang bertengger di atas kepalanya. "Sekarang terserah Ibu. Ingin menjadikan
u dinikahi. Tepatnya setelah tertangkap basah oleh Yanto di gubuk.
yang menatap jijik kepadanya. Terutama Herni, ibu kandung Kend
gan Aira. Minggu depan kalian harus menikah dan Ibu akan mengadakan pesta pernikahan
enuju kamar, terdiam. Menoleh kepada
sudah tidak peduli l
ak
mekakkan telinga. Sebagai pelampiasan sakit hati
a, hanya saja amarah masih menguasai sehingga laki-lak
olak!" Herni bangkit. "Sekarang kau bawa semua barang-barangmu ke belakang. Di dekat kamar mandi, itu kamarmu. Jangan c
anya mengangguk. Bangkit dari lantai kar
gal. Ingat apa yang aku ka
gunakan sang suami untuk menyimpan beberapa stok toko, Herni melangkah
*
kan beberapa set laptop di gudang miliknya, tiba-tiba saja terkejut ketika
Aku ... aku tid
r Naya bisa sesegera mungkin mengenakan pakaiannya dengan baik. Rasanya tidak enak saat ia tidak sengaja melihat
hello Kitty yang tidak jauh dari jangkauannya. Menge
as membuang rasa malunya untuk menatap Re
t loudspeaker yang kecil, ya," ungkap Rendi seraya
ahun itu berusaha setenang mungkin agar Naya tida
mintamu untuk
a. Itu terlihat dari sudut ruangan, yang sudah ada sebuah kasur santai terbentang
epada Naya, yang sedang me
menga
Kendra beneran
angguk. Tapi tidak
sing. Tetaplah baik, agar dia tahu selama ini telah salah mengenalmu." Tidak tahu dorongan dari
aya ter
dulu. Mau ganti
itan kepada Naya yang tidak mengerti harus m
*
Katanya dia dan Kendra sudah
Naya, kini ia sudah dikejutkan dengan kedatangan s
pesan pelaminan? Wah, pelaminan mahal pula." Rendi berdecak kagum. Melihat mere
ah apa yang dia lakukan kepada Kendra." Cibi
, lalu untuk siapa?" Rend
i bukan bersama Naya, melainkan Aira.
orang. Baru tadi menikah secara sembunyi-sembunyi, kini
padan dengannya. Bukan seperti Naya, sudah miskin tidak tahu diri pula. Dan untuk Ayah, aku tidak ingin Ayah meng
ni, itu sama saja membunuhnya secara perlahan. Sekarang saja ia ingin menindih Herni dan menghujam hingga Herni
da jeda kecuali Herni datang bulan. Tapi rasanya Ren
ketika merasakan miliknya h
ong Herni yang tengah menungging dengan dasternya. "Sudah, Bu. Tapi rasanya kok belum p
Kalau gini terus, Ibu mau cari brondong saja untuk memuaskan Ibu." Herni mengomel seraya merapikan daster yang ia kena
inya yang lemah. Selalu saja begitu, setiap kali selesai berhubungan dengan Herni. Rasanya yang h