HUNT
inkan. Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan kedua hal tersebut dengan mudah. Ada yang harus bersusah payah untuk mendapatkannya, namun ada juga yang bisa mendapatkanny
lorong menuju kamar kami hanya ada penerangan dari lilin yang kadang mati tertiup angin. Ketika kami melewati kamar 5B, kaki ku merasa menginjak sebuah genangan air, reflek diriku berkata dengan kesa;, "argghh siapa yang malam malam bermain air disini, apakah mereka tidak tahu sulit untuk mendapatkan air disini". Dengan kesal aku berusaha membuka pintu kamar 5B tetapi pintunya terkunci dengan rapat. Aneh, air yang mengalir ke kakiku seperti bukan air yang biasanya, terasa lebih lengket dan kental. Jack pun kemudia mengarahkan lilin ke arah kaki ku. Kami pun terkejut ketika melihatnya, ternyata itu bukan air, itu adalah darah yang berasal dari sela sela pintu kamar 5B. Aku dan Jack pun terkejut, kami sontak lari melapor ke Madam Shelly, ia adalah kepala panti kami. Dengan nafas yang tersengal sengal kami berusaha memberitahu madam Shelly apa yang kami lihat tapi tak keluar satu patah kata pun dari mulut kami. Kami seolah membisu. Madam Shelly yang berada di depan kami pun tiba tiba terjatuh ke lantai. Darah yang sangat deras mengalir dari dahinya. Ternyata ruangan madam shelly penuh dengan gas beracun yang melumpuhkan orang yang menghirupnya. Aku dan jack berusaha pergi dari ruangan Madam Shelly. Dengan badan setengah lumpuh, Jack berusaha menyeret badan ku menuju tempat yang lebih aman tapi apalah daya, efek dari gas beracun itu pun semakin lama semakin menyebar ke seluruh tubuh kami, indra pada tubuh ku pun mulai tak berfungsi sama sekali, hanya kedua mataku yang masih dapat melihat jelas segala yang terjadi. Tiba-tiba kami berdua terjatuh tidak berdaya, tubuh kami benar benar lumpuh. Tidak beberapa lama seseorang melangkahi tubuh kami. Ia menggunakan sebuah jubah dengan gambar Kalajengking berekor tiga. Ia tersenyum mengarah kami dan ia menulis di dinding dengan darah, tulisan itu adalah, "kalian semua akan mati pada malam ini". Ia pun pergi meninggalkan kami. Tak berapa lama kemudian, seseorang menganggkat tubuh kami, membawa kami ke halaman, Jack pun menatap diriku dengan tatapan penuh ketakutan. Aku melihat anak-anak panti kami dikumpulkan disana. Semuanya tanpa terkecuali. Mereka dibariskan dalam posisi bersujud, kemudian seseorang yang menggunakan jubah bergambar kalajengking berekor tiga itu pun mengeluarkan sebuah pisau. Aku tidak tahu pasti ada berapa jumlah mereka, namun mereka lebih dari 10 orang. Dalam posisi masih dibopong oleh seseorang kami pun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerik