Calon Istri Tuan Muda
rang! D
ng. Rumah yang tadinya rapi kini telah berserakan barang
dari pelupuk, menatap tajam pria yang memporak-porandakan seisi rumah makannya. Dia tak punya tenaga lagi u
tepat waktu maka aku tidak akan melakukan hal in
urusanku, tapi urusannya!" balas wanita ya
salahnya, tapi kenapa d
. Dia kembali berbalik, berjongkok di hadapan sang wanita dan menjambak ramb
u telah menjadikan rumah ini sebagai jaminannya bodoh!" Pria itu mendorong kepala si wanita membua
n pandangan untuk mencari sesuatu ya
yang membuat kekacauan. Para pria dengan tubuh kekar
bencinya. Sejak sang ayah meninggal dan mewariskan rumah itu yang merangkap dengan rumah makan, sebisa mungkin dia bertahan ber
a bisa menjadi jaminan untuk uang muka," kata si ketua sinis
tu adalah dia bersama dua putrinya, Vivana Rosiana, sang sulung. M
ua yang menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang hina. "Hentikan!
l yang merupakan rumah makan itu. Seolah apa
serunya
yang mendekat karena mengenal para rentenir itu yang konon katanya amat bengis. Tidak ada para pria
pasti akan berdarah lagi," ujar seorang ib
menyarankan agar mencoba telepon putrinya, dia pasti akan segera datang. Gadis itu
adalah ibu-ibu yang tidak berdaya bila berhadapan dengan si ketua rentenir, terlebih lagi dengan
u sang ibu panik tanpa ba-bi-bu langsung memberitahu begi
matkan wanita malang itu dari kekejaman para rentenir, ucap si ibu berdoa
*
mobil Bentley Fluing Spur hitam berhenti di
nek pada sang pengawal ya
ni membawa mobil," jawab pria dengan setelan
guk, mengedarkan panda
ristirahat saja biar aku yang melaku
an pemilik kalung pasangannya itu, ibu Fandra sudah menentangny
ertinya tengah terjadi sesuatu," kata nenek melihat
terbuka kemudian dan sang nenek keluar diiku
engar suara dari arah depannya. Nenek mencoba menyipitkan
apa yang terjadi di
wanita menyahut, mengan
lebih dulu berlari melewatinya, sempat meng
adis itu berlari secepat mungkin tidak peduli dengan kanan dan kirin
itu menyambut dengan panik, dan mem
bang pintu. Napasnya memburu karena berl
nyebut nama sang putr
atangan putrinya. Tentu saja dia senang karena dengan begitu bisa membawa Vana
butnya sambil tertawa renyah tapi te
egak. Air matanya menggenang di pelupuk ketika menatap wajah
aku terlambat," ucap
kan adalah Vana sekarang, maka dari itu dia memeluk sang pu
is manis sebagai jaminan baayarannya,
ernah ambil Vana dariku!"
mendekat, tidak peduli de
tika Vana melepas
gu di sini sebentar," lanjutnya mengamankan sang ibu terlebih dulu d
tatapan tajamnya sungguh menggemaskan, hahah!" Si k
tidak peduli d
u
etua membuat pria itu terhuyung ke belakan
a marah lalu maju
n gesit me
la diri, tetap saja lawannya tidak seimbang sehingga bebe
Bruk
t mereka yang menyerang Vana terkejut dan serempak saja melihat ke ar
i membuat pria itu mengaduh tertahan. Satu orang lagi berhasil Vana taklu
itu, bertanya-tany