Membangun Surga Bersamamu
Sekecil apa pun kebaikan, jika ikhlasnya seluas langit, m
akkan diri dari dunia yang penuh dengan kepura-puraan ini. Sementara aku sed
n di dunia ini tidak akan bisa bergerak dan terjadi begitu saja tanpa ada Sang Operator. Ibarat sebuah kapal
kaum muslimin. Tentang pergantian siang malam. Tentang gunung-gunung yang menjulang sangat tinggi, berdiri nan kokoh. Tentang langit dan tanah
satu Zat yang memang tidak bisa dinalarkan. dengan
amuala
ada suara
t, seketika menunduk di bawah tanah. "Waa
h, mataku merekam bahwa salah satu perempuan di de
lo,
menjulurkan telap
la
ikit terkekeh melihat betapa gesitnya dia me
nku ini agak tol
hu kalau Kakak Ustadz." Temanny
saja di situ muk
pergi, sebelum Bara keluar dari kamar da
hati-hati menyimpan kanto
k. Assalamualaik
um, Kak," lan
, Hu'uk." Aku hampir tertawa melihat sepatu
njutkan perkataannya setelah ta
h itu. Namun, aku begitu kaget, saat kubuka pintu lemari tenyata di dalam ada Bar
ari perempuan lagi." Aku sebenarnya panik, jang
, tukang laundry. tapi kok mirip sama perempuan kemarin yang aku lihat keluar dari mas
a, siapa tahu angin membawa suaraku ke Aden di dalam kamar. Bet
m-salam gitu." Dia mulai memasang muka-muka na
en datang. Yang lebih mengagetkan lagi, Aden akhirnya jujur. Memberi tahu ke Bara, bahwa dia melihat aku tidur di saf akhwat dengan perem
ri di teras masjid dengan sangat girang. Entah apa yang menyambat anak itu. Kayaknya
suka sama dia. Wira selalu dekat sama perempuan itu kalau kami masuk di kela
ya
er
saja perempuan itu risih atau dia emang sering
Makanya jangan sering-sering minum bekas gelasnya Bara." Aku meningg
mpuan itu terus diajak di kampus setiap malam? Bisa juga dia diancam oleh te
meminta bantuan aku lagi ke depan ke depannya. Udah cukup empat bocah ini dan beberapa temannya yang selalu jadi
ami selalu didukung oleh birokrasi kampus untuk mengadakan kegiatan agama seperti ini. Di balik kondisi kampus yang bisa dibilang diperburuk oleh beberapa okn
pada Bara sebagai divisi publikasi. "Tenang, Kanda. Sudah beres. Padaha
ka-buka media sos
ebagus apa desain pamflet yang aku buat."
n desain kamu
u celananya. Dia mengacak-acak layar
alimantan ini menyodor
sanya hanya foto ustadz saja yang ditampilkan. Kalau moderator cukup nama sa
marin biasa aja, tidak sampai seratus. Sekarang menghampiri 200 orang. Nah,
sekali rasanya mencol
ti Ustadz di sana. Hatiku yang gelisah tadi karena melihat pamflet yang dibuat oleh Bara, seketika setenang ik
minta izin kepada Ustadz untuk memulai kajiannya, karena mengingat jamaah di ikhwan su
wat sudah bisa dibuka atau belum. Aku hanya mengangguk. Bara pun membuka hijab itu dar
ll dari ujung kanan dan kiri, tetapi ini di luar prediksi BMKG, saf akhwat full dengan akhwat-akhwat yang dimulai dari
giatan ini, tetapi entah kenapa, kali ini aku kembali resah. Ingin sekali menjadi peserta yang bisa duduk di depan ustadz, dan menatap ustadz dengan waktu y
sang netra menatap tajam ke arahku. Dia berada di tengah-tengah perempuan berjilbab besar dan bercadar. Dia tidak hanya menatap, tetapi juga melempar senyum ke arahku. Hanya dia yang meng