Membangun Surga Bersamamu
poksinya masing-masing. Jangan digado
mari akhwat?" Tiba-tiba Bara datang bawa sapu
t baik-baik," jawabku yang sudah
perempuan tadi subuh yang ambil, ya, karena aku lihat
. Dia memperbaiki duduknya seperti i
ernyata menyimak perbincangan kami. "Tadi aku sudah telepon tuka
tadi pas membersihkan di belakan
kita tahsin. Kamu tadi lagi asik ma
los Aden, tersembunyi wata
nti setelah itu kita makan bersama, aku beli n
lah, sia
meninggalkan
a, Kak? Sudah ada jadwal
di pembimbing 2 sa
r sampai jam 12. Mungkin terlambat salat dzuhur. Tap
had gak kuli
tanya jam 1
7 ini kamu sering masbuk? Emang mata kuliah kamu ban
junior, kelasnya sering molor, bah
in bentarlah
lu dosennya tidak pernah akrab sama mahasiswa dan selalu erorin maha
arep
husunya sama sekali tidak memperhatikan waktu salat. Padahal salah satu
03, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjad
aikan oleh Kepala Sekolah di SMA-ku dulu. Kalimat itulah yang membuat aku berani sel
sementara pembelajaran berjalan, dosenku langsung bi
alau aku terus menerus mengikuti teman-teman yang takut dan ragu, maka kebiasaan buruk ini akan menjadi budaya. Dan dosen akan mengangg
juga ngikut. Meskipun ada embel-embel lain, ada yang singgah dikantin baru ke masjid, ada yang kelu
ara pelajar. Dan keimanan. seorang yang beragama dapat dilihat dari hubungannya dengan Tuhan mereka. Tidak ada satupun hal yang bisa mengikat antara seorang hamba d
da masjid atau pun piket, serta masalah internal. "Mana, Bara?" Mataku tersorot ke arah Aden yan
ini, Kak," jawab Aden la
n tempat makan dan masak-masak ada di belakang bangunan masjid ini. Makanya
Aden menyambar Bara yang baru s
ntar." Bara lari-lari kecil menuju
k masjid dulu sih. Kebiasaan anaknya orang itu," ketus
ara datang, duduk di antara aku dan Aden. D
aja kali." Bara nampaknya menyind
roket tepat
sjid ini kita hidup bareng, satu atap, dan terhimpun beberapa kepala, yang jelas punya watak dan karakteristik masing-masing. Jadi, kalau
ertanya kenapa dia bisa diam. Kalau ada yang marah atau ngambek sama antum, jangan ikut- ikutan, tetap
ta semua adalah perantau di kota besar ini, untuk datang kuliah dan menuntut ilmu. Oleh karena itu, kita harus
mwarahmatullah
alu, bersalawat untuk Baginda Nabi Muhammad SAW. Hal pertama yan
ku rutinkan. untuk bertanya di musyawarah, agar perkuliahan mereka ada yang pan
," ucap Bara setelah dia bilang
pa
l, tapi ...." Sudut mata Bara menoleh ke arah Aden. "hehehe bercanda, Kak," lanjut Bara me
dzuhur-ashar kalian tidak salat di sini? Aden
ka adalah junior bungsu di sini, satu ke
11, tapi setelah selesai kuliah, saya dan Abid
berdua?" Ade
n, banyak sekali senior yang duduk-duduk, terus kami b
nyahut?" Bara
erdua ha
ena ada kakanda Zay yang tertua. Palingan mereka itu angkatanku atau gak angkatannya Kak Aden. Kalian ja
ai aku suruh Kak Akbar telepon dan pura-pura jadi omnya antum untuk suruh cepat pula
mua yang sudah lulus. Sekarang
cil mendengar celote
as. Bahkan mahasiswa yang sudah setahun lebih
ra satu jurusan denganku, jadi Bara agak aman, karena sistem di kampus ini siapa yang
piring kotor, atau hanya sekadar untuk dipukul bersama teman kelas. Kadang aku berdua sama teman. Bahkan pernah sendirian. Waktu itu aku belum tinggal di m
ah dalam kelas 31 orang, kini tersisa hanya 26 orang. Awal datang di kota ini, masih polos-polosnya. Tidak pernah terbers
nginkan, bebas memakai aksesoris apa pun, tetapi setelah masuk sangat bertolak belakang. Kebebasan dibatasi dan malah disuruh nunduk kalau jalan melewati sen
ia. Organisasi besar di kampus ini bahkan aktif semua, seperti Maperwa dan BEM, tetapi tidak pernah melirik kesalahan dan kekejaman yang dilakukan oleh para
ncaman dan tekanan batin termasuk kenyamanan mahasiswa. Ingin sekali rasanya jadi pemimpin di kampus ini, mengub
reka. Yang lebih kejam lagi ada yang sampai tewas karena mengikuti pengkaderan dengan senior mereka. Begitu miris. Tujuan
mpus ini seperti apa. Kalau bukan aku, setidaknya di antara bocah-bocah empat orang yang sedang duduk melingkar bersamaku malam ini, atau siapa pu