Ibuku Mati Dua Kali
a
berat. Saat baru membuka mata, cahaya dari jen
ng
ini kamar Ibu. Apa semal
sekolah saat ini, aku harus segera ke warung
kamar, Ibu sedang duduk
menanyaiku seakan
mbeku di d
u kerokin. Pagi ini warung
dinding. Sudah setengah sembila
alu makan sedikit. Perutku rasanya mual, jad
gungku dengan uang koin dan balsam. Rasanya perih dan panas. Ak
tergenang karena hujan lebat semalam. Bersihkan, lalu buka. Jual sayur sis
h kenapa rasanya canggung
yang dipinta ibu. Sambil menunggu pembeli datan
rmi
barang yang diinginkannya. Namun, ia malah me
i a
uang ko
Ibu punya hutang di koperasi? Bukan
ebut menunggu lama, aku la
puluh d
ominal yang
serupa dengan jumlah uang yang berbeda.
ekali?" gumamku sambil me
g Ibu. Tapi penipuan! Aku menepuk
emacu kencang dengan perasaan takut. Tapi, sejenak aku mengerutkan kening. M
meminjam motor pada tetangga untuk mengantar bapak berobat, tap
araan yang ia pakai di depan
siapa
bil kredit. Nanti kamu belajar pakenya, biar gak usah pake
u. Jantungku kembali berdebar. Segera kubuka laci
mang benar ibu ada utang sama ko
punya utang, mana bisa maju, Feb. Lagi pula seti
Jika setiap hari, ditambah lagi menyisihkan uang un
sudah memperhi
a. Karena kemarin tak hadir tanpa keterangan, sete
membersihkan WC yang berada di samping kelas sebelas IPS. Sialnya, kemarin ternya
peralatan bersih-bersih ke kantor, aku berpapasan
erespon. Apa di
memanggilnya seraya berbasa-basi meski
karena kejadian tempo hari, Marisa enggan membalas sapaanku. Dia tak
*
duduk. Menyimak pelajaran yang seb
encolek lenganku. Aku menoleh
nyaku dengan
loh, Feb. Katanya kamu mempermalukan
an Marisa. Tapi, mungkin ada benarnya, mereka malu pada I
Rania memastik
ku meng
ila kam
ni aku menge
lau mau mengobro
Rania kembali
harus cerita semuanya.' Tul
sampai hampir mati gara-gara disuruh ke toko emas tapi aku bersikeras ingin berang
ituturkan Marisa pada teman-teman. Meski tak tahu ap
empat jam pelajaran. Beberapa muri
ntar ya, Feb. Baru mend
eluar kelas. Kemudian meletakkan ke
g, Rania kembali
, Ran," ucapku tanpa meng
Ban
k di belakangku. Mau tak mau aku mengangkat k
?" Telapak tangan Ba
cepat memundurkan kepala. Sunggu
telapak tangannya, tapi karena aku ingat bahwa
tku sebisa mungkin menahan
endadak tercekat mendengar se
tempo hari juga kare
yu menyadari sesuatu yang tak seharu
seburuk i
an sudah melihatmu diperlak
us menj