Kesucian yang Ternoda
ungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh Kinara. Semejak keluar dari kamar hotel yang
ke luar gedung hotel tersebut. Suasana masih terlalu pagi, sehingga be
uskan untuk pulang lebih awal. Rasanya ia tak ingin berlama-lama di tempa
ahan. Jam yang masih terlalu pagi, membuat kendaraan belum b
depannya. Kinara melangkah dengan lemah, dikarenaka
ma, karena banyak penumpang yang menunggu," senta
mah, seraya melangkah tertatih menahan ra
ju dengan kecepatan sedang, menuju ke halte yan
g tak jauh dari halte tersebut. Dengan langkah lemah, Kinara berusaha untuk tiba di rum
ah gang perumahan yang terbilang sempit. Lekas Kinara berjalan cepat menuju ke salah satu
egitu bersih dan rapi. Bahkan ada taman bunga kecil yan
ambang pintu. Perlahan ia mendorong pintu kayu yang telah r
seraya berjalan pelan menuju ke salah s
ee
nara segera mengarah ke dalam kamar tersebut. Gadis itu segera berjalan pelan
ggil gadis itu de
rin
lahan mulai mendudukkan bok*ngnya di atas ranjang dengan kasur tipis yang sudah me
ina seraya memegangi per
bat usus buntu kamu. Tapi untuk sekarang, kakak belum ada uangnya." A
ahannya. Bagaimana pekerjaan kakak? Lan
a adiknya? Bahwa di hari pertamanya bekerja, ia sudah mendapatkan
aan kak
kak ya. Sekarang kamu fokus dengan kesembuhan kamu,"
Karina menga
embersihkan diri ke kamar mandi. Langkahnya tertatih, menyusuri rum
uk, menatap begitu banyak bercak merah di area dada dan perutnya. Hati Kinara sem
tangis Kinara sambil menjambak ramb
atukan rambutnya dan menjambak lembut rambut Kinara,
mengambil sikat baju yang biasa ia pakai untuk mencuci, lal
sampai kulit Kinara memerah dan sebagian bahkan malah terlihat m
ar-benar menjijikkan. Huhuhu." Tangis Kinara semakin
agi ia merasakan rasa panas dan perih yang
edua kakinya, tetapi rasa sakit itu tak kunjung menghilang. Kinara pun akhirnya
kin menjadi, karena r
jahnya nampak sangat pucat. Ia menggigit bibir bawt berada dalam kesakitan itu, kini Kinara merasakan sakitnya mulai mereda. Ga
emah, sambil kembali melanj
sung pergi ke kamar untuk bergantian pakaian. Kini Kinara
h berbalut handuk. Jemari lentiknya kembali meraba leher dan k
ku, Tuhan?" lirihnya sendu, sembari
a-tiba bayangan pria itu bertubuh kekar itu kembali melintas
angat c
di telinga Kinara. Gadis itu merasa sangat terke
...
saat tiba-tiba menyadari keber