icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Niat Menyamar Malah Dilamar

Bab 4 Mi Instan

Jumlah Kata:1218    |    Dirilis Pada: 15/09/2023

ompor gas," ucapku kemudian menu

dengan memiringkan kepala dia bertanya, "Selama ini

milin ujung baju kaos,

pikir. Mengerti?" ucapnya saat itu. "Jangan bersikap seperti sekarang. Posisikan menjadi orang yang tida

an aku. Belum tahu d

r dan kompor sumbu. Sa-saya takut dengan kompor gas, takut meleda

a hanya memandangku. Apa akt

ngagetkanku, aku menatapny

sudah akan pindah ke Mars, eh kamu masih takut komp

ik sedikit ujung bibi

ernah terjadi ledakan kompor gas di rumah. Aku mengerti, ini karena keboc

akan kompor induksi--kompor energi elektromagnetik--cukup

a, kemudian mendahuluiku masuk ke

makan?" tanyanya

an pelengkap mi instan: sawi hijau, cabe kecil, bakso, dan sosis sapi. Aku beri keratan mem

kepadaku. Memang, aku tidak jago masak. Namun untuk penyajian makanan, lumayan bisa diandalkan.

tik

adi hening. Kesan manis begitu lekat pada la

lau makan, ada yang cantik gini, jadi semangat!" Kemudian

uf

rsamaan kami tadi. Sesaat, aku lup

rusak renca

ng menyebutku ganjen. Pembantu ya

genit, ya, bukan g

ah salah bersama, kami memulai aktifitas. Bik Ningsih

sak tadi malam. Aku jawab saja, Den Langit yang

to, tertata rapi di atas meja panjang. Beberapa, ada foto hitam

eng duduk memangku bayi, diapit seorang laki-laki berkumis d

ent

lan. Yang satu berkumis tipis dan satunya lagi terlihat masih muda dan menawan. Mereka tertawa bersama,

ku in

gang pigura foto. Berarti, foto ini yang membu

gu di meja makan," ucap Den Langit mengagetkanku. Tiba-tiba saja dia ada di

amu Tut

tik,

gil kamu Tutik saja! Deng

an meninggalkannya. Aku berusaha

ku akan mengambil map warna merah, tetapi di meja ada tiga tersebut. Satu berisi berkas

i ketiganya akan dibawa. Semua

en. Tolong diperiksa. Apakah ini benar?

menatapku. "Saya tadi bilang apa? Kenapa kam

bunya baru saja datang dan duduk di depa

undukkan kepala menjelaskan alasanku. "Tadi Den Langit menyuruh meng

merasa, dia mulai mencurigai sesuatu. Kalau aku jelaskan,

gitu, saya s

rti dan bingung, dengan mengem

meraih tas berisi map tadi. Aku terkesiap,

lunak. Tangan satunya melepas tanganku, dan sekarang tas berada di

jahil ke Astuti. Kasihan dia!"

karena selalu membungkukkan badan. Sikap badan yang biasanya tegak, sem

ng" panggil Bulek Nings

ku sambil men

tan. Di ru

dak ada masalah. Aku kawatir, d

uduk di kursi sofa. Den Ajeng langsung menunjuk

n multi-multian itu, lo? Saya sudah

itu?" tanya Den Langit

k akal di pikiran mereka. Dengan begitu mereka

alun-alun. Saya baca promosi yang dipasang. Tulisannya tabungan multicurrency, katanya satu nomor tabu

paling sederhana, supaya tida

manya?" tany

a banknya, aku akan terkesan menggurui mereka. Tidak! Aku har

inum dan beranjak pergi. Begitu juga Den Ajeng, mengikuti Den

au aku ikut dia ke ban

u

umer service di bank itu. Sedangkan, aku

ng,

**

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka