Belenggu Sang Mantan
bahagia denga
rsikap seperti ini, Mas." Arron terdiam, menahan rasa sesak yang bergumul di dada, entah mengapa mendengar kat
Kiara. "Kenapa kamu nangis? Kamu juga masih sayang sama aku kan, Ara?" Kiara terdiam, matanya terpejam, hatinya pun terasa sesak saat Arron berulang kali mengucap kata cinta tepat di telingany
r tidak pernah mengijinkan kita untuk bersatu? Karena takdir cinta ini, mu
uk dilupakan? Kita hanya bisa menjalani alur yang rumi
gila kam
ku hampir gila karena kehilanganmu, dan sekarang saat a
aku harus mengikuti kegilaanmu itu? Apa kau sudah lupa pada janjimu saat tadi kita ber
tu aku memang begitu bodoh. Ara, aku yakin, saat ini adalah kesemp
anusia bodoh seperti dulu lagi, melanjutkan hubungan ini sangatlah mustahil, lagi pula orang tua kita juga tidak pernah meres
enundukkan kepalanya, retina wanita itu tampak mulai be
as. Kau sudah punya Qu
menghindar dari tatapan mata Arron yang begitu mengintimidasi. Arron kemudian
ngarkan aku, apa kau sudah lupa siapa yang menyebabkan kita berpisah? Mereka yang mempermainkan pernikahan kita, Kiara. Lalu, kenapa kita tidak melakuka
yakitkan baginya, dan semua itu terjadi karena sebuah fitnah kejam dari orang-orang yang tak menyukai pernikahan mereka. "Kiara, aku minta maaf atas semua kesalaha
u hangat, seolah ingin menumpahkan rasa rindu yang begitu membuncah di dada. "Ara, kita mulai dari awal lagi." Kiara masih terdiam, sebenarnya dia tak ingin menjalin hubung
Arron. Melihat tatapan sendu Kiara, pria itu pun menempelkan bibirnya pada bi
wanita yang sangat dia cintai, dan begitu dia rindukan. Sontak, Kiara pun membuka bi
s..
*
da Arron, tubuh telanjang keduanya hanya tertutup selimut. Kulit mereka saling me
hari di sini
minggu
aiknya aku membelikan rumah untukmu, Ara. Jadi, kamu bisa tempati rumah itu kalau kamu lagi ke Jakarta. Bagaima
, Mas. Ada anak dan istrimu yang menunggu di rumah. Nggak usah konyol deh, apalagi sampai beliin rumah, nggak
u lagi kangen s
menatap tajam, menunjukkan sikap protes pada laki-laki itu. Tetapi, Arron malah terkekeh melihat ekspresi Kiara yang ta
ra pun terdiam, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Arron, jika laki-laki itu bisa saja berkumpul dengan
hnya pun sangat lelah. Kejadian di jalan tol sudah begitu menguras tenaga, ditambah lagi sesi bercintanya dengan Arron. Wanita itu pun memejamka
" Dengan mata terpejam, Kiara pun menganggu