Forbidden Love (Ketika Cinta Tak Lagi Berlogika)
diam padaku. Tidak ada lagi sarapan yang tersedia seperti biasanya. Aku ajak bicara pun bunda selalu me
berangkat kerja, aku tidak sempat memasak sarapanku sendiri. Aku terlambat bangun, kualita
berdiri mematung di sebelahku. Masih belum ada senyum yang terukir di bibir
da pasti belum sarapan 'kan? Rani ta
u membeku. Bunda hanya bergeming tanpa berbicara
ara sama kamu,
, Bun?" tan
pindah dari
mendengar perkataan bunda yang mendadak minta pindah rumah. Aku abaikan bungkusan nasi uduk y
mah Bunda, kenapa Bunda mau keluar
ri suasana baru." Bunda menjawab dengan nada suara datar da
atku bertanya-tanya. Tidak nyaman yang bagaimana maksud bunda? Apa b
awan. Sayangnya, aku sanggup melawan bunda hanya dalam hati saja. Aku tida
t pack kemarin?" nada suaraku melemah. Be
enjawab pertanyaanku per
kamar Bunda. Kemarin Rani cuma mau bantu bereskan kamar Bunda doang. Rani juga nggak sen
tikan wajah bunda yang terlihat pucat. Keringat sebesar biji jagung jatuh membasahi dahi
menggelengkan kepalanya. Kemudian bunda menutup mulut dengan kedua telapak
pan," jawab bunda dengan susah payah sambil mencoba m
seperti ingin muntah ketika selesa
a mual?" tanyaku pu
isa nyium bau
li lagi, tingkah bunda ini meyakinkan aku bahwa bunda memang sedang hamil. Bunda
r Bunda kenapa-kenapa," pintaku sekali
u ke dokter kalau nggak sama Adam!" B
aku dibuat terkejut. Bukan karena tindakan bunda yang kasa
alau nggak sama Adam!' terng
iasa saja. Namun bagiku, perkataan bund
dokter? Apa bedanya ke dokter bersamaku atau bersama
'kan Bunda kemana-mana sama Rani. Sekarang kok apa-apa
pergi sama Adam, titi
k bisa menahan keinginannya untuk memuntahkan isi perutnya. Mungkin saja bun
erlebihan. Aku tahu, mungkin bunda merasa senang karena sebentar lagi akan punya anak laki-laki meskipun hanya seorang anak menan
�🥀