Enough Me
yang telah mencukupi untuk memilih. Ananda be
duduk di kursi paling belakang. Dia tidak pernah setuju keluarga kecilnya hancur, apalagi ini di depan matanya send
at berpikir mereka egois untuk kebahagiaan mereka sendiri. Tanpa, meminta
apa. Selama ini dia tak dekat dengan siapa pun, baik bunda maupun ayah. Bahk
kemarin tak kuasa lagi dibendung. Tak ada seorang memeluk dan mengusap bulir kepedihannya. Matany
a bahagia. Rumah mana lagi yang bisa menciptakan tawa, kedamaian, dan ket
sekali lagi, kala itu hanya mata ayah yang selama ini bernotabene ti
berharap bisa dimaafkan, karena telah gagal membuat kebahagiaan untuk sang buah hati tercinta. Namun, kepergian Fian yang terus menjauh, meninggalkan ruang
n, samar-samar matanya membuka, dan menangkap
pulkan nyawa yang ambyar dan mengusap air mata di pipinya. "Kenapa menangis?" Ayah k
k apa-
r otak berpikir cara agar Fian mau mengikis dinding tebal dan tinggi yang telah lama membatasi mereka, hal itu tentu memerlu
*
harusnya dilakukan sedari tadi, akan tetapi malah tertunda hingga malam. Kamar mandi rumah nenek berada di luar r
mar, pasti aku tidak perlu mandi
ukk
jauh dari kamar mandi berhasil membuat sekujur tubuh Fian
a-gesa mengenakan pakaian. Beberapa saat kemudian dia keluar kamar mandi dan melangka
g duduk berjongkok dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan. D
tolong ayah untuk menemani. Sedangkan, ayah lebih tahu perasaan Fian,
r dengan Fian. Kedua tangannya meraih pudak Fi
gan berdiri, tapi masih memegangi letak
i?" Fian memalin
kut kegelapan," ujar ayah dengan tersenyum. Dia berharap gurauan kecil sepert
ersama Fian," batin Fian tanpa membalas ucapan ayah dan langsung berlalu masuk ke d
asnya yang kemudian menyusul langkah Fian yang sudah menjauh masuk
*
rgantian, mereka mengambil nasi dan lauk. Ayah dan nenek yang terus berusaha dekat dengan Fian pun hendak
tkan untuk mencoba bicara dengan Fian. Sepanjang hari dia hanya menyendiri di ka
i di sekolah?"
i sendok dan mengunyah. Matanya fokus pa
anggapi dengan ucapan simple, itu tida
pat teman baru di
any
Fian pun juga tidak yakin akan a
k lama kamu pasti punya teman
Iy
annya, perasaan, dan kehidupan barunya di sini. Sejujurnya ayah tidak ingin Fian tertekan dan menyimpan semua sendiri. Ayah tau, ada beberap
selesai, tapi mereka masih di mej
an Fin di sekolah, te
Ayah juga gak bakal tau, k
piring dengan sendok bersamaan lan
Fi
o
ilan nenek