AMBISI GADIS DESA
g karena ada pemeriksaan lanjutan. Namun ibu seakan tak peduli, se
s jawab apa? Kata Bang Rusdi ibu baru beso
otkan Bang Rusdi. Kalau ibu di sini sampai besok, biayanya semakin mahal,
esuatu sama ibu, Nay tidak tahu harus berbuat
nya. Kamu tidak usah cemaskan ibu," timpal i
pun memanggil becak dan menyuruh ibu menunggu di teras rumah sakit. Beberapa kali aku melambaikan tangan untuk
ibu saat aku masuk kembali ke tera
eka tidak mau mengangkut kami. Mungkin karena aku masih
n-pelan pasti nanti akan sampai," kata i
enyumannya menutupi rasa sakit tersebut seakan dia mengatakan jika d
u M
Maya. Maaf
eh, ada seorang bapak bertopi jerami dengan handuk yang melilit di lehernya. Bapak te
pulang ke rumah," ajak bapak itu
nggil andong tadi, Pa
Bu. Barusan saja orangnya pergi naik mobil. Sebenarnya beliau yang datang, tap
g Rusdi," imbuhnya melihat kami yang kebi
a," ajakku pada ibu, t
Ibu tidak m
akan tas kami ya," pin
ondisi ibu tak memungkinkan kami berjalan kaki. Dulu ibu masih kuat berjala
. Ayo say
araan dengan kuda sebagai penariknya di depan. Ketika nenek masih hidup lima
ih kecil waktu naik andong bapak." Bapak
sama anak say
nya ibu Dewita yang rumahnya di be
ama nenek saya. Kok bap
a. Nanti kamu menganggu bapaknya
an ibu Dewita ke pasar setiap Sabtu. Cucunya tidak mau diam
kenal sama
bu Dewita langganan
emukan kami melalui orang sebaik bapak andong. Aku bersyukur ada yang membant
a ibu sembari menyu
a tadi," sahut bapak andong tersebut seraya be
ahkan kaki masuk ke rumah yang tampak sepi. Aku yakin si pemalas itu sedang berada di su
mah dalam keadaan kosong. Ibu selalu memiliki dua kunci cadangan, karen
umah ini tak ubahnya sampah yang berserakan dan terpaksa kami members
at itu?" Rupanya perka
an keras dan juga para wanita penghibur---itu kata Mas Indra dulu. Sebutan itu jelas aku memahaminya. Wanita
suka kamu berada di sana karena merupakan
eorang wanita. Kamu pa
u. Nay
bu untuk dibicarakan. Ibu mengajariku mengenai pria dan wanita dalam bergaul. Aku
suara di luar y
, Nduk," kata ibu mengeta
beralih menuju luar menemui Farida. Aku mel
amu? Sakit?" tanya
ang ibumu sudah sehat kembali," ujarnya s
u kembali. Terasa
ayam goreng dan bua
k dulu? Ibuku ada di dalam," aj
mampir
menganggap kami. Mereka mau berteman juga berbincang denganku a
kita enggan berbicara atau m
tidak
ang janda lalu menikah lagi demi menutupi aib. Tapi ib
ang menjauhi kami. Mereka bukannya tak peduli, tetapi l
enikah lagi? Ya mungkin itulah ada sebagian para wanita keluar dari d
nanti," kataku senang karena kami a
tu ya," bisik Farida dan aku
ibu istirahat sebab wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. Tak samp
itu dari ibunya untuk keperluan beli obat. Kami menghabiskan makan malam tanpa ga
*
akan ibu lalu belajar karate bersama Mas Indra. Namun satu yang paling kusuka yai
gan dan nasi bungkus saja hari i
Kemarin malam sebelum tidur, aku membantu ibu mengganti perban. Aku tak sepanda
ndra mau ajarin Nay latihan karate jadi N
an sekolah tinggi? Kamu tuh harus cepat b
Dia memang tidak dalam keadaan mabuk, tetapi aroma tubuhnya menanda
kalau ujung-ujungnya cerai atau mendapat suami
yang sopan sama a
an ayahnya Nay," e
esar," timpal Parman sembari mencomot nasi bungkus dan dua gorengan di meja lalu
pahit," perintahnya sa
h." Aku menolaknya. Enak saja dia
jadi anak. Biar begini
ah tangga. Aku tahu dia tak wajib mengeluarkan uang untukku sekolah,
berangkatlah sekolah," kata ibu dari
tu kopi. Dia kalau minum kopi tidak mau secangkir, tetapi memakai gelas besar. Ken
arahnya dan dia sedang asyik memakan
ka berhadapan dengan pria pemalas tersebut. Baru saja kaki ini berjal
rumah, Nay?" ta
" tunjukku dengan gugup karena melihat
kolah. Aku janji tak akan
Mungkinkah pisau yang kuserahkan ke Mas Indra dibawa Bang Rusdi ke
samb