WIBU VS KPOPER
ah merasakannya hari ini, dan percaya tidak percaya, rasanya sudah pasti sangat menyebalkan layaknya punya anjing tidak diundang yang mendadak datang ke kehi
ah berada tepat di sampingnya dengan senyum menyebalkan yang sama. Bahkan ketika keduanya telah turun dari bus di halte yang sa
dia masih menemukan kenyataan bahwa senyum itu hanya berjarak satu langka
ya menaruh atensi penuh pada makhluk yang sedari tadi tetap mengekor bahkan hingga ke lantai tiga gedung Lembaga Bentala,
i ka
n orang asing, gadis itu memaksakan sebuah senyum yang kentara benar tidak ikhlasny
h segera enyah, pria berkemeja putih itu malah mendekat, menaruh tas tepat di samping kubikel Nara, percis di sampingnya, menempati satu tempat kosong yang sudah ditinggal sejak beberapa bulan
apas dan embusan panjang, gadis berkemeja biru laut
dibilang leb
tersebut, Tina, wanita itu datang dengan cardigan merah jambu bersama bungkusan berisi kudapan dan wajah segar kala bersitatap dengan keduanya. Bersemat ra
entu saja langsung mendekat ke arah gadis yang lebih muda beberapa tah
a yang menyunggingkan senyum sambil dadah-dadah sok akrab. Refleks, Tina ikut tersenyum juga, n
aja yang seperti
minggu lalu di group chat
m ini? Tuhan, yang benar saja! Bahkan mereka berada dalam satu lantai yang sama, dan yang lebih buruk; kubikel keduan
erempuan di sana bahkan merangkul keduanya, lagi-lagi sok akrab saat berkata, "Padahal sudah memperhatikan se
ah asuhannya." Ada tepukan-tepukan hangat yang mendarat di bahu kanan Nara saat Tina berkata demikian, yang mana diikuti tata
rin, sepertinya memang berhubunga
t, ya, Kak Alan! Semoga har
a ada yang tida
u adaptasi, lama-lama ju
a saja
n separuh jiwanya tercabut paksa, enggan m
*
ti magnet kala Alan Rahardian bercengkrama dengan karyawan lain. Gelagatnya terlampau santai, seperti teman lama, bahkan tidak sungkan menggunakan kata aku-kamu alih
hut, ceria benar nadanya, "Kopi pertama untuk Mbak Nara yang s
tnya duduk. Tidak nyaman diam terlalu lama, agaknya. Nara yang memperhatikan jadi sedikit-banyak mengerti perangainya. T
elesai. Tepat sebelum dia berdiri dan pergi, Alan segera datang dan siap sedia di sampingnya d
k?" dia bertanya, nadanya
"Omong-omong teri
bawakan dari lantai bawah. Ternyata itu benar, ya? Setelah di
kan hal tersebut, apalagi saat keduanya berjalan beriringan menu
biasa. "Tidak bisa dibilang begitu dong,
yaknya orang yang mempunyai tujuan sama; makan siang di kafetaria lantai bawah. Untuk sejenak, Nara bisa menjauh dari Alan, dia me
an dengan cukup cepat menuju salah satu meja yang ditempati oleh seorang pria, entah siapa. Percis di belakangnya, Nara yang sadar cuma
ikuk, dan Nara bisa mengembuska