365 Hari Menjadi Istri Kedua
Youn
aku sudah yakin tidak merasakan perasaan apapun pada lelaki ini. Dia a
n di depan mata cukup menarik perhatian. "Sejak dulu, aku ingin sekali membawamu ke tempat-tempat indah, sesuai janj
sa aneh di telingaku. Aku tidak benar-benar tersipu, ka
al?" Aku tidak mengalihkan pandangan ke arahnya sama sekali, seb
ku, membuatmu jatuh cinta padaku lagi adalah hal yang harus aku perjuangkan
u benar-benar masih punya rasa malu?" Aku sudah menyentuh sebelah
ian seperti ini, bahkan setelah dia meninggalkan aku. Tapi
r memiliki dirimu luar dan dalam." Eros mendorong tubuhku,
elajahi seluruh isi rongga mulutku. Ciuman kali ini tidak bisa aku tolak, kare
sama lain, jika saja tidak terde
erbuka seperti ini?" Melinda t
lalu melihat ke arahnya yang saat in
kembalilah ke mansion dan jangan sibuk mengurus nafsumu saja." Melinda be
a-Young, kita kembali bersama." Er
tan membiarkan istri keduamu dekat denganku?" Melinda tidak
tegas agar istrinya ini tidak bertindak sesuka hati? Apalagi disaat sep
da sikapnya. Sejak dulu sampai hari ini dia masi
juga harus istirahat." Kata Eros, yang
bisa menyungging senyum simpul. Tern
da banyak waktu jika hanya untuk mengobrol?" Aku melirik ke arah
kapan kau akan selesai menjual diri." Melinda m
n? Atau kau hanya ingin tahu tentan
n bisa tidur dengan siapapun selama setahun ini. Lebih tepatnya, benih di dalam rahimmu hanya bo
ku selalu paham batasan-batasan yang aku harus jaga. Kau mencintai Eros kan? Kau berkata seperti ini juga untuk memastikan bahwa aku tidak akan mengambil cinta s
inkan aku dalam segala hal, dia berkata bahwa kau wanita yang cocok. Karena kau punya rahim yang sehat, tubuh yang sehat tanpa penyakit, dan kau juga tidak akan menuntut apapun. Lalu, reputasimu sebagai wanita yang cer
jadi poin paling istimewa ya." Aku sedikit tertawa kar
sekali? Apakah karena kecerdasanmu di masa lalu belum terbentuk? Atau karena ka
yakin dia begitu kesal setiap kali memikirkan suaminya menyentuh tubuhku. Apalag
tahu kenyataan sesungguhnya, hatimu akan hancur." Aku langsung bangkit dari
lalu suamiku?" Dia masih keras kepala, dia i
n sangat ramping. Tapi tentu saja keseksian tubuhku masih lebih
iri. Karena aku sedang dalam keadaan yang tidak mau mencerit
ia mempertanyakan tentang perasaanku, aku kira selama
ainya." Jawabku dengan s
okanku sangat sakit. Dan hatiku seperti tercabik-cabik,