Faith, Hope, and, Love
menyenangkan," ungkap Tara ketika Atan mengend
bih cepat lagi ketika lampu lalu lintas di depan sana m
erkendaraku?" sahut Atan dengan agak keras agar adiknya itu bisa mendengar su
i juga. Yang ada kita malah
a, Atan tertawa keras, meskipun adiknya itu
mpuh dalam waktu lima menit, mampu membu
empat parkir setelah melewati pint
a bisa datang tepat waktu. Akan menjadi masalah untuknya j
urid-murid berseragam putih abu-abu sepertinya yang sedan
a yang lama, mungkin gedungnya saja yang lebih
gkungan sekolahnya yang baru, tiba-tiba s
Tara melongokkan kepalanya ke depan dan menemukan motor Atan yang
aknya itu ternyata bersikap seperti preman juga jika di sekolah, dia kira itu hanya di rumah saja.
au mengalah karena memang merasa tidak bersalah. "Memangnya lahan parkir
n mulai menjadikan mereka pusat perhatian, Tara jadi malu karena diperhatikan. Sedari a
parkir lain saja, enggak u
t Atan dengan nada suara
keras kepala." Tara bahkan menarik jaket Atan dan berharap dia akan menden
memajukan sedikit tubuhnya ke depan stir motor dan m
ni sebelumnya. Dan dia mulai ingat sekarang, cowok yang sedang ribut dengan kakaknya itu adalah cowok yan
tan di dahi. "Kenapa kau selalu cari ribut denganku? Jang
mimpi, timmu baru menang sekali melawan timku, tapi
da yang mau mengalah. Mereka mungkin akan terus bercekco
dan memberikan mereka sanksi. Yang lebih buruk lagi, mereka mungkin
k menyaksikan keributan yang terjadi pun memilih
an empat orang. Termasuk Gama yang tidak meninggal
at parkir lain yang kosong, tapi dia sama keras kepalanya seperti Ata
ekolah. Dia duga perempuan itu adalah pacar baru Atan. Tapi tidak seperti biasa
ikap, seperti paus yang malu-malu. Tapi sekarang seniornya itu terang-teran
berusaha menengahi, tapi tidak dengan lembut. Gama mengerjap dan kem
ak kejam padaku jika aku melanggar janjiku lagi untuk tidak terlambat. Apa kau tidak kasihan padaku? Sudah, yuk, pergi saja," bujuk Gama. Dia b
Gama lagi, tidak menyerah. "Bebas d
rtahankan tempat parkir itu karena motor itu pun kan bukan miliknya juga, jadi dia menatap Atan s
. Tapi baru beberapa langkah, suara berat yang dikenalnya menghentikannya. Alan
elas malah ngumpu
atau apa hingga tidak men
h sebabnya Gama berusaha sekali untuk jadi murid teladan agar tidak perlu berurusan d
, tapi tidak ada tempat yang kosong, jadilah dia terpaksa memasukan mot
uk-angguk patuh, dia sudah kena mental duluan. Alan yang pertama menuju ke
kaknya menanggung masalahnya sendiri, tapi jika ingat pesan ibunya yang mengatakan untuk mengingat
ah dia ikut terseret ke lingkaran setan ini. Ini mungkin terakhir kal
kati lebih dulu pintu gerbang yang sudah ditutup. Murid-m
uh murid-murid yang terlambat itu untuk pulang saja. Tara yang mendengar hal
aku jadi terlibat ma
." Atan menunjuk Alan dengan jari telu
enyahut tidak terima. "Kau
u," sahut Atan sengit sambil m
n." Tara menatap hampa pada lapangan kosong yang
elihatan killer itu bukanlah