/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Pria 27 tahun itu memasukkan dompet usang ke dalam saku celana dan mengambil tas selempang satu-satunya yang dia punya dari atas kasur busa yang tipis dan kumal.
Sam, nama panggilan pemuda itu.
Dia mengunci pintu kos yang berdinding triplek dengan gembok kecil dan berjalan kaki sampai simpang dan lurus ke jalan raya sejauh 2 kilometer menuju hotel tempatnya bekerja karena dia tinggal di tempat yang terpencil dan kumuh.
Perutnya terasa lapar, Sam membuka dompet usang miliknya.
"Cuma bisa beli roti!"
Sam mengambil uang terakhir yang tersisa dengan wajah lesu.
Kemudian dia mampir untuk membeli makanan di warung yang ada di pinggir jalan.
"Bu, beli rotinya 1 ya!"
Sam pun mengambil satu bungkus roti isi dengan harga lima ribu.
Tiba-tiba saja segerombolan anak-anak menabraknya dari belakang membuat rotinya terjatuh.
"Hei! kalau jalan lihat-lihat!" ucap Sam meneriaki anak-anak itu.
Sam menghela napas panjang melihat rotinya yang sudah kotor. Sam tidak punya uang lagi, tapi dia juga tidak ingin memakai uang tabungannya. Dulu dia tidak perlu pusing memikirkan makan apa, setiap hari menu makanannya selalu enak dan lezat tapi sekarang Sam hanya makan nasi sehari sekali dengan menu sederhana.
Dia teringat saat empat tahun lalu kabur dari rumah dan hanya memakai baju yang melekat di tubuhnya.
Dia merasa bosan dengan peraturan yang mengekang hidupnya meskipun dia tau alasan kuat di balik itu.
Sam kembali berjalan dengan gontai.
Di Hotel Marina…
Seperti biasa Sam akan membersihkan area di Lobby hotel. Dia bertugas sebagai Cleaning service, pegawai yang paling rendah di hotel yang memiliki gedung tiga lantai.
Sam lelah harus mengepel lantai itu berulang kali karena beberapa tamu lewat di tempat yang baru selesai dibersihkan, bahkan ada juga tamu yang sengaja lewat padahal Sam sudah memasang tanda peringatan, meskipun begitu Sam tetap sabar mengepel lagi lantai yang kotor. Sam menyeka keringat dengan lengan baju seragamnya yang lebih cocok menjadi kain lap.
Saat tengah fokus mengepel Sam mendengar suara seorang gadis yang sangat dikenalnya. Sam pun menoleh ke arah sumber suara. Sam sedikit memicingkan matanya untuk memastikan pandangannya, tidak salah lagi gadis itu adalah Dinda Pratiwi. Gadis berusia 24 tahun yang menemani hari-harinya selama ini.
Sam terkejut melihat pacarnya sedang bergelayut manja di lengan kiri seorang pria yang tak dikenalnya dan ternyata pria itu adalah General Manager di tempatnya bekerja. Pria itu bernama Reno Ahmad berusia 29 tahun yang menempati posisi tertinggi di hotel ini.
Dengan perasaan yang berkecamuk Sam menghampiri Dinda yang ingin masuk ke restoran di hotel itu.
"Dinda?" sapa Sam yang masih memegang alat pel di tangannya.
Dinda menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Dia begitu terkejut, tidak menyangka akan bertemu Sam disini, apalagi melihat Sam yang memakai seragam lusuh dan kumal. Gadis itu juga memandang jijik Sam yang membawa alat pel dan ember berisi air kotor.
"Apa kamu mengenalnya, Sayang?" tanya Reno dengan mesra.
"Si-siapa kamu? Jangan sok kenal!" jawabnya ketus.
Dinda terlihat gugup karena ada beberapa orang yang mulai melihat ke arah mereka.
Mendengar kata sayang yang diucapkan Reno, membuat darah Sam berdesir.
"Dinda, aku ini pacarmu tapi kenapa kamu malah pergi dengan pria lain?"
Sam tidak percaya Dinda mengkhianatinya padahal dia sudah menabung seluruh gajinya selama setahun ini untuk menikahi gadis itu.
"Hei! Dengar ya, aku tidak mengenalmu! Jangan bicara omong kosong!"
Dinda tentu saja tidak mau mengakui kalau Sam adalah pacarnya, bisa jatuh harga dirinya di hadapan semua orang.
"Hei, cleaning service! Apa kau mengantuk? Kembalilah bekerja, jangan ganggu kami!" usir Reno dengan mengibaskan tangan kanannya.
"Tidak! Aku ini pacarnya juga calon suaminya. Dinda katakan padanya kalau kita akan menikah!" jawab Sam tetap berdiri di sana.
Dia tidak ingin pergi sebelum Dinda mengakuinya.
"Calon suami? Hei bung! Aku adalah Calon suaminya! Apa kau sedang mengigau? Mana pantas pegawai rendahan sepertimu memiliki pacar yang cantik!" ucap Reno dengan tawa mengejek.
"Benar, Sayang. Mana mungkin aku mempunyai pacar miskin. Tentu aku memilih calon suami dengan pekerjaan yang bagus dan juga kaya raya, bukan pria miskin jelek dan kucel seperti dia. Sudah cepat pergi dari sini!" Dinda juga berkata kasar dan mengusir Sam.
Sam tidak percaya dengan apa yang didengarnya, ternyata selama ini Dinda berselingkuh di belakangnya dan lebih memilih Reno yang kaya darinya.
"Apa kau tidak dengar? Cepat pergi dari sini! Merusak pemandangan saja!"
/0/18136/coverorgin.jpg?v=bbddd094c3a24fb96ea320ae91ec957d&imageMogr2/format/webp)
/0/29791/coverorgin.jpg?v=c8f87fc91d6ffdd05b2ae06e30edaecd&imageMogr2/format/webp)
/0/29792/coverorgin.jpg?v=b17bc5f0babdbbce849d22cb4a92f651&imageMogr2/format/webp)
/0/29624/coverorgin.jpg?v=f4b49d72034c00807fb6c6fb558fd1e1&imageMogr2/format/webp)
/0/26860/coverorgin.jpg?v=688a8e93266c6f182d45b9f345e5139f&imageMogr2/format/webp)