Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Bunda, masa Illa magangnya harus di kantornya Om Altan sih? Nanti kalau Illa dimarah-marahin melulu gimana, Nda? Om Altan itu kan persis kayak setan. Udah galak, bawel eh mesum lagi. Illa magang di kantor ayah aja ya, Nda?"
Vanilla Putri Mahameru yang sedang sarapan cantik bersama bundanya, berupaya merayu sang bunda agar diperbolehkan magang di perusahaan ayahnya saja. Sebagai syarat kelulusan kuliah tentu saja ia harus magang dan membuat skripsi. Vanilla sebenarnya tidak masalah magang di mana saja. Bahkan di Desa Penari sekalipun. Mau banyak hantunya kek, banyak demitnya kek, ia mah kagak bakalan jiper. Lah dia kan emang ratunya demit menurut teman-teman satu ganknya. Hehehe. Intinya ia bersedia magang di mana saja, asal, catat kata asalnya itu dengan huruf besar. Tidak di kantornya Altan. Ia tidak sudi magang di perusahaan Altan seperti yang direkomendasikan oleh ayahnya.
Maksud ayahnya memang baik. Ayahnya ingin agar ia lebih fokus dan belajar bertanggung jawab dalam bekerja. Dan caranya adalah dengan magang di perusahaan orang lain. Di bawah kepemimpinan orang lain. Tapi perusahaan orang lainnya tidak harus perusahaan Altan juga ya kan? Bisa luluh lantak berdarah-darah hatinya kalau setiap hari harus mendengar segala cercaan unfaedah Altan. Altan Wijaya Kesuma adalah pewaris dari Wijaya Kesuma Group. Wijaya Kesuma Group ini meliputi berbagai sektor usaha. Di mulai dari dealer mobil-mobil mewah, perkapalan, pertambangan hingga garmen dan properti. Altan berusia tiga puluh tahun. Lebih tua delapan tahun dari usianya sendiri. Mengenai panggilan om, itu berawal dari drama yang mereka perankan sewaktu di sekolah dulu. Waktu itu ia berperan sebagai keponakan Altan. Dan panggilan itu menempel hingga sekarang. Lidahnya sudah merasa pas memanggil Altan dengan sebutan om. Selain itu kedua orang tua mereka sudah saling kenal sejak lama. Bahkan ayah Altan, Om Abyaz Wijaya Kesuma adalah mantan pacar bundanya. Hubungan antara keluarga mereka sangat baik kecuali hubungannya dengan Altan.
Altan ini gemar sekali mengkritiknya. Yang ia dibilang cewek modal tampang doang lah. Anak daddy lah sampai otaknya cuma ada seperempat isinya dibandingkan dengan otak rata-rata manusia lainnya. Lihatlah betapa jahanam mulutnya bukan? Bagi Altan saat ini bernapas pun sudah salah di matanya.
"Ck! Masa sih anak Bunda kalah sama itu tikus sawah? Percuma dong Illa menyandang nama besar Bunda kalo sama dedemit jadi-jadian itu aja Illa jiper. Malu dong sama poni anti badaimu, Nak." Sahut bundanya santuy.
Kenalkan, Liberty Delacroix Mahameru alias Lily. Bundanya yang paling cantik sejagat raya, seruang angkasa beserta segala isinya. Bunda gaulnya ini diajak berbicara seserius apapun, pasti jatuh-jatuhnya jadi nyantai banget. Semua hal pasti akan ia bilang, ah keciknya itu. Ntah kapan besarnya. Mungkin masalah akan bundanya anggap besar kalau ayahnya kawin lagi misalnya. Hihihi... set dah, durhaka banget ya ia jadi anak?
"Cara menghadapi atasan yang galak itu mah gampang. Ada dua poin yang bisa kamu praktekkan. Yang pertama, catat semua kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan. Hal itu gunanya untuk berjaga- jaga dan membalikkan keadaan pada saat kamu berada dalam situasi darurat. Sebagai contoh, saat kamu lagi diomelin kanan kiri atas bawah, maka kamu tinggal keluarkanlah saja semua poin-poin yang dulu sudah kamu catat sebelumnya. Balikkan semua omelan-omelannya dengan kata-katanya sendiri di waktu lalu."
Vanilla takjub. Ia sama sekali tidak menyangka kalau bunda koplaknya ini kadang-kadang nasehatnya bisa lurus juga. Ini adalah suatu keajaiban sodara-sodara. Karena biasanya nasehat-nasehat bundanya itu selalu melenceng dari sasaran. Lain yang ditanya, lain juga yang dijawab.
"Dan yang kedua cukup kamu sebutkan berulang-ulang dalam hati, keep calm and love your boss. Maksud Bunda begini. Bukankah dulu kamu sangat tidak suka dengan pelajaran matematika?" Vanilla mengangguk. Matematika adalah musuh utamanya.
"Tapi karena gurunya Pak Tommy yang ganteng, akhirnya kamu jadi menyukai pelajarannya juga bukan?"
Vanilla mengangguk lagi. Pak Tommy adalah guru favoritnya. Ganteng, baik dan tidak pernah marah. Pokoknya guru idamanlah. Hehehe.
"Jadi soal Altan. Ubah saja mindsetmu. Sukailah Altan, maka kamu akan menyukai pekerjaan kamu. Eh terbalik. Sukailah pekerjaanmu, maka nanti kamu juga akan menyukai bossmu. Tergantung dari hasil yang mana duluan yang akan kamu capai." Lanjut bundanya santai.
Dengarlah, nasehat bundanya selalu anti mainstream bukan?
"Ya tapi kan Illa--"
"No tapi-tapian. Ayah dan Bunda sudah memutuskan kalau kamu akan magang di kantor Altan. Oh ya, kemarin Altan telepon, katanya besok ia ingin menginterview kamu dulu sebelum kamu magang di sana."
Sok paten emang si Om satu ini! Magang saja pakai interview-interview segala.
"Kalau kamu lolos, kamu akan magang di sana. Tapi kalau tidak, ya terserah kamu saja. Kamu bebas mau magang di mana saja. Ayah dan Bunda tidak akan mengintervensi lagi."
Iyes tak kewes-kewes!
Vanilla tersenyum puas. Akhirnya ada juga celah untuk lolos dari sana. Berbagai rencana gila berseliweran di benaknya. Lihat saja kehebohan yang akan ia buat esok pagi. Semoga saja ia ditolak sehingga ia bisa magang di kantor ayahnya sendiri. Benaknya dipenuhi dengan angan-angan akan sekantor dengan Bumi Persada Prasetya. Rekan kerja ayahnya. Bumi sementara ini berkantor di perusahaan ayahnya karena adanya beberapa proyek gabungan. Alangkah indahnya dunia apabila kita bisa setiap hari memandangi gebetan sedari orok bukan? Hehehehe.
"Bunda mandi dulu. Setelah itu Bunda akan ke rumah Tante Raline. Om Axel kan ulang tahun minggu depan. Bunda dan tantemu ingin membuat pesta kejutan untuk Om Axel. Kamu mau ikut, La?" Tanya bundanya lagi. Vanilla dengan cepat menggelengkan kepalanya. Tante Raline itu sebelas dua belas dengan bundanya. Di sana paling ia akan menjadi obat nyamuk mendengarkan emak-emak bergossip atau jadi juri dadakan mengenai goyangan siapa yang paling heboh. Satu Indonesia raya juga tahu kalau bundanya dan tantenya itu hobby banget joget dangdut. Eh satu lagi, almarhum opanya juga suka sekali berkolaborasi goyangan dengan bundanya. Orang-orang menjuluki bunda dan opanya dengan sebutan mertua menantu goals.
"Duh, Illa nggak ikut deh, Nda. Illa duduk manis di rumah aja. Illa stress memikirkan harus interview besok." Vanilla berkilah dengan raut wajah yang disedih-sedihkan. Padahal, ia sudah berencana akan memporak-porandakan kantor si Om Setan itu besok pagi. Lihat saja!
Sepeninggal bundanya Vanilla segera menelepon sahabat sehidup sematinya Pandan Wangi Aditama Perkasa untuk mengabarkan tentang rencana gilanya tersebut.
"Hallo, Ndan. Lo ini kan anaknya Om Revan yang terkenal sebagai negosiator ulung. Lo bisa kagak bantuin gue mikir gimana caranya supaya gue nggak diterima magang di kantornya Om Altan? Besok pagi gue harus diinterview dulu di sono." Vanilla langsung nyerocos begitu mendengar sahutan halo dari Pandan.
"Bentar-bentar, gue pura-pura nanya Bang Lautan dulu, apa yang membuat dia ilfeel dan nendang pelamar baru kemarin. Setelah gue dapet resumenya, ntar gue chat lo deh. Tenang aja. Keep calm and go shopping. Yes or no, La?
"Shopping? Ya iyes lah. Gila aja ada cewek nggak suka shopping. Satu jam lagi gue bakalan nyampe rumah lo."
Dan satu jam kemudian Vanilla dan Pandan sudah sibuk mengubek-ubek kosmetik keluaran terbaru di Sephor*. Kedua sahabat itu sudah lupa tentang masalah interview esok pagi.
========================
Pagi hari yang panas, sepanas pakaian yang Vanilla kenakan. Pagi ini ia akan ke kantor Altan untuk melakukan interview. Vanilla memandang cermin sekali lagi. Ia meringis sendiri melihat penampakannya. Dandanan spektakulernya ini lebih mirip dengan orang yang akan hang out ke club, alih-alih melamar pekerjaan. Ia mengenakan kemeja putih transparan dan rok mini kulit berwarna hitam. Ia juga melengkapi penampilannya dengan make up cetar beserta high heels dua belas sentimeter. Dengan penampilan seperti ini ia yakin kalau si bawel bin nyinyir Altan, pasti akan langsung menendangnya keluar alih-alih akan diinterview. Semoga saja semua rencananya lancar jaya. Aamiin.
Vanilla menarik napas panjang beberapa kali sebelum memasuki kantor elegan perusahaan properti Altan. Saat tiba di lobby, ia sengaja melambat-lambatkan gaya berjalannya. Tidak lupa ia juga menggerakan-gerakan pinggul seksinya. Beberapa staff pria yang kebetulan berpapasan jalan dengannya, menatap dengan pandangan spekulatif. Rasa tertarik bercampur penasaran membayangi kedua bola mata mereka. Awal yang baik. Lihat saja, sebentar lagi ia pasti akan diusir dari kantor ini karena dianggap tidak mencerminkan sikap professionalisme sebagai calon karyawati. Di dunia ini orang yang sangat berharap untuk gagal interview, mungkin hanya ia seorang.
"Selamat siang, Bu. Saya Vanilla Putri Mahameru. Mahasiswi magang yang akan mengikuti interview hari ini." Vanilla menyapa mbak-mbak cantik yang bertugas di front desk bername tag Herly Mariani.
"Oh ya, ibu Vanilla sudah di tunggu di ruangan HRD. Mari Bu, silahkan ikut saya." Ujar si mbak ramah. Si mbak manis itu selanjutnya mempersilahkan agar mengikutinya. Dengan patuh Vanilla pun mengekorinya. Langkah si mbak baru berhenti saat tiba pada sebuah pintu kayu dengan tulisan HRD besar-besar di sana.
"Mari silahkan masuk, Bu. Mereka sudah menunggu Ibu di dalam." Ujar di mbak ramah. Kata mereka membuat benak Vanilla langsung tahu bahwa orang yang akan menginterviewnya pasti lebih dari satu. Apa-apaan si Altan ini? Orang mau magang saja diperlakukan seperti seorang narapidana korupsi. Tapi tidak masalah. Lo jual, gue beli. Lu cuci, gue jemur. Kering, kering dah sana.