Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
Aw...." Teriak seorang wanita cantik yang terkejut mendengar suara klakson mobil saat akan menyebrang jalan.
Mobil mewah berwarna hitam itu, sempat berhenti sebentar, kemudian kembali melaju membelah jalan ibu kota.
"Ya Tuhan, syukur saya tidak tertabrak," ucap wanita mudah itu kepada dirinya sendiri sambil mengelus dada.
...................................
Siapakah wanita cantik dan muda itu ? Dia adalah Vania Wahyuningsih yang baru berusia 18 tahun dengan memiliki tubuh yang subur, bisa dikatakan tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya. Vania anak yang cantik memiliki rambut hitam yang panjang, kulit yang putih, hidung yang mancung, dan memiliki lesung pipi. Vania adalah murid yang sangat cerdas, pintar dan berprestasi sehingga dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas ternama di ibu kota Jakarta. Namun sayang saat pertama kali menginjak kota Jakarta, jantungnya sudah hampir copot karena akan tertabrak sebuah mobil mewah berwarna hitam.
Vania sudah dua jam berkeliling kota Jakarta untuk mencari alamat yang diberikan kepala sekolah namun belum juga dia temukan. Vania sudah banyak bertanya kepada orang-orang yang dia jumpai, tetapi tidak ada yang tahu di mana alamat itu. Dia duduk di atas bangku yang ada di sebuah taman, kakinya yang sudah terasa capai membuat dia harus beristirahat sejenak, terik matahari membuat tenggorokannya kering, dan kulit putihnya terasa gosong.
Vania meraih sebuah foto dari tas ranselnya, dengan melihat foto itu semangatnya bisa pulih kembali. Dia tersenyum sambil mengelus Foto yang ada di tangannya saat ini. "Ibu aku akan berjuang demi kamu dan Dita" ucap Vania. Dita adalah adik kandung Vania yang saat ini baru berusia 10 tahun, tetapi anak itu bisa dikatakan kurang beruntung karena diusianya yang masih anak-anak, dia sudah menderita bocor jantung. Hal itu yang membuat Vania bersemangat untuk melanjutkan kuliah di ibu kota sambil bekerja agar bisa membantu biaya pengobatan adiknya.
Jantung Vania tiba-tiba berdegup kencang saat seorang pria melangkah ke arahnya. "Hay... Apa aku bisa duduk di sini ?" Tanya pria itu. Vania hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Kamu baru datang ke Jakarta ya?" Pria itu kembali bertanya.
"I...iya..kak," sahut Vania dengan gugup.
"Santai saja. Kamu tidak perlu takut, aku bukan orang jahat. Oh iya, kenalkan namaku Rico." Pria itu menyodorkan tangannya kepada Vania dan disambut oleh Vania.
"Saya Vania," ucapnya.
"Oh iya, kamu baru datang dari mana?" Rico kembali bertanya. Ia tahu kalau Vania sedang mencari alamat, sebab dia melihat sebuah kertas di tangan Vania.
"Saya dari desa gunung raya kak," jawab Vania dengan ragu-ragu.
"Kamu pasti sedang mencari alamat ? Coba aku lihat alamat yang kamu cari." Rico meraih kertas dari tangan Vania.
"Ow...ini tidak jauh dari tempat saya. Kalau kamu mau, aku bisa mengantar kamu." Rico menawarkan bantuan kepada Vania.
Sebab kost yang dicari Vania tidak jauh dari rumahnya. Tetapi Vania sempat menolak bantuan Rico, karena ia sama sekali tidak kenal dengan pria yang menawarkan bantuan kepadanya saat ini. Apalagi sebelum dia berangkat, ibunya sudah berpesan agar tidak sembarang menerima ajakan dan bantuan dari orang yang tidak dikenal.
Tetapi karena wajah Rico terlihat baik dan tulus, akhirnya Vania menerima bantuan Rico untuk mengantarnya ke alamat yang dia cari. Di sepanjang perjalanan Vania hanya diam tidak berani membuka mulut, jantungnya berdegup kencang dia takut kalau Rico akan menjual atau mencelakainya. Karena di zaman sekarang sungguh banyak kejadian-kejadian yang tidak terduga dan di luar akal sehat manusia.
"Apa kamu datang ke Jakarta hanya seorang diri ?" Rico kembali bertanya untuk memecah keheningan diantara mereka.
"I..iya kak," sahut Vania dengan singkat. Mobil itu kembali hening hingga mereka tiba di depan sebuah bangunan berlantai dua.
"Apa ini alamat yang saya cari ?" Vania akhirnya membuka mulut.
"Iya. Ini dia alamat yang ada di dalam kertas itu" Rico melangkah mendekati pos penjaga. Karena yang setahu Rico kost ini khusus untuk anak yang berprestasi dan mendapatkan beasiswa, itu artinya Vania pasti sudah terdaftar di sini dan sudah ada pemberitahuan dari pihak sekolah.
"Maaf pak. Kamar nomor berapa untuk anak baru yang bernama Vania ?" Tanya Rico. Vania mengerutkan keningnya, dia bingung kenapa Rico sudah bisa memastikan kalau ini tempat yang Vania cari dan kenapa pria itu tahu kalau dia sudah terdaftar di kost ini.
"Iya Den, sebentar saya cek dulu," sahut penjaga kost.
Setelah penjaga kost memberitahu nomor kamar Vania dan memberikan kuncinya ! Vania melangkah menuju kamar nomor 13 dan diikuti Rico.
"Vania." Panggil Rico
"Iya kak," sahut Vania lalu menghentikan langkahnya untuk menunggu Rico yang sedang melangkah ke arahnya.
"Aku antar kamu sampai di sini saja ya ? Kamu sudah tahu kamarnya kan ?"
"Sudah kak. Terima kasih ya kak sudah membantu Vania," ucap Vania dengan hormat dan sopan.
Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan pria sebaik Rico. Dia berpikir kalau orang kota itu sifatnya sombong dan tidak peduli dengan orang desa seperti dirinya, ternyata dia salah.
"Sama-sama. Aku pergi dulu ya ?" Rico berpamitan, tadinya dia berniat untuk meminta nomor ponsel Vania, tetapi saat menatap mata indah Vania dia tiba-tiba lupa dengan tujuannya.
..................
Matahari telah menyembunyikan sinarnya, kini digantikan dengan cahaya bulan. Vania sedang duduk sendiri sambil termenung di teras kostnya, yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah ibu dan adiknya yang tinggal di desa. Sedang apa mereka, bagaimana mereka, apakah mereka sudah makan ?
"Hay... Kamu anak baru ya." Suara lembut seorang wanita telah menyapa Vania dan membuatnya tersadar dari khayalan.