/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
Langit sore di Manhattan mulai meredup, menyisakan semburat jingga di antara gedung-gedung pencakar langit. Namun, di dalam ballroom hotel mewah tempat pernikahan itu berlangsung, semua terasa dingin dan hampa.
Aurelia duduk diam di kursi pelaminan, jari-jarinya menggenggam buket bunga putih dengan begitu erat, seolah itulah satu-satunya hal yang bisa dia kendalikan saat ini. Gaun pengantinnya terasa terlalu berat, seperti beban yang kini mengikatnya dalam pernikahan tanpa cinta ini.
Di sampingnya, Damon Aldrich tampak tenang, hampir terlalu tenang. Dengan setelan jas hitam yang sempurna, dia lebih mirip seorang eksekutif yang baru saja menandatangani kontrak penting daripada pria yang baru menikah.
Dan memang, bagi mereka, ini bukan pernikahan. Ini hanya transaksi.
"Pernikahan ini tidak mengubah apa pun," suara Damon terdengar rendah namun tajam, hanya cukup untuk didengar oleh Aurelia.
Dia menoleh, menatap mata kelam pria itu yang tak menunjukkan emosi apa pun.
"Aku tahu." Aurelia mengangkat dagunya, berusaha menyembunyikan kekecewaan yang selama ini dia pendam.
"Dalam beberapa tahun, kita akan bercerai," lanjut Damon. "Aku mendapatkan warisan yang seharusnya menjadi milikku, dan kau bisa melanjutkan hidupmu tanpa ada lagi beban keluargamu di pundakmu."
Aurelia menelan ludah, menahan kepedihan yang mulai menjalari hatinya. Pernikahan ini memang bukan keinginannya. Dia tidak pernah ingin menjadi istri seseorang yang bahkan tidak bisa berpura-pura peduli. Tapi saat keluarganya di ambang kehancuran, dia tidak punya pilihan lain.
Kepala keluarganya, ayahnya, telah mempertaruhkan segalanya dalam bisnis yang salah. Keluarga Voltaire, yang dulu terpandang, kini nyaris bangkrut. Hanya satu jalan keluar yang tersisa: pernikahan ini.
"Kau tidak perlu mengingatkanku," jawab Aurelia akhirnya, suaranya datar.
Damon hanya menatapnya sejenak sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke para tamu yang mengelilingi mereka, memberikan senyum tipis yang penuh kepalsuan.
Di kejauhan, Aurelia bisa melihat wajah orang tuanya-terutama sang ayah, yang terlihat lega karena kesepakatan ini telah berjalan lancar. Aurelia seharusnya merasa lega juga. Seharusnya dia merasa beruntung karena berhasil menyelamatkan keluarganya.
Tapi mengapa hatinya terasa begitu kosong?
/0/23467/coverorgin.jpg?v=7c33e9d3577c0703241f1d9944ad495b&imageMogr2/format/webp)
/0/24351/coverorgin.jpg?v=438a84648b6f816827dd64001b9f281d&imageMogr2/format/webp)
/0/20412/coverorgin.jpg?v=2c495306c7fd2f60c3276826592aeffd&imageMogr2/format/webp)
/0/26717/coverorgin.jpg?v=ffcc8b37d4bd2a2f407739d9fb6a934c&imageMogr2/format/webp)
/0/29114/coverorgin.jpg?v=8ef50e2564eedbd7adab40a8459a0b58&imageMogr2/format/webp)
/0/29722/coverorgin.jpg?v=3b05118fa63ee6922da40b1725865d4f&imageMogr2/format/webp)
/0/29709/coverorgin.jpg?v=6fcb174a878b4609f3946580a7866757&imageMogr2/format/webp)
/0/30070/coverorgin.jpg?v=1d516568456b2592bd713a426b3b7b30&imageMogr2/format/webp)
/0/22930/coverorgin.jpg?v=4420cec838c34fe1f814359898b47151&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/16862/coverorgin.jpg?v=5b58bde442f778486c7d04e37d3d2af3&imageMogr2/format/webp)
/0/5752/coverorgin.jpg?v=3719f8e9cf0fc50aa652c7fe17740b8d&imageMogr2/format/webp)
/0/12702/coverorgin.jpg?v=f4481dfcdbd8914281be0491552c1724&imageMogr2/format/webp)
/0/15512/coverorgin.jpg?v=473570011405f57dce1b8da6ef5a741f&imageMogr2/format/webp)
/0/16383/coverorgin.jpg?v=48f19583495716405ff6084aa3ca3b79&imageMogr2/format/webp)
/0/5411/coverorgin.jpg?v=26066b1e186cf3a7055c7839dabf3401&imageMogr2/format/webp)
/0/18153/coverorgin.jpg?v=f78fa773721ad8b0372ca9fa8cb631a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5215/coverorgin.jpg?v=39958dcbcb0c5b4484b6761a5dcb8525&imageMogr2/format/webp)