Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Hari ini Dara pulang ke desanya untuk membujuk orang tuanya agar mau ikut tinggal di kota tempatnya merantau selama ini. Sudah berkali-kali ia membujuk orang tuanya pindah ke kota, tapi mereka selalu menolak. Dan kali ini dia harus berhasil mengajak ibu bapaknya pindah.
Dia datang tidak sendirian. Dia mengajak dua anak kecil, Nindy dan Shaka, anak atasannya.
“Assalamualaikum, Bu, Pak,“ ucap Dara setiba di depan rumahnya.
Terlihat pintu rumahnya tertutup rapat. Satu jendela yang berada di kiri pintu, sedikit terbuka kacanya. Tangan Shaka terlepas dari genggaman Dara. Dia berlari-lari sambil menengok ke arah samping rumah. Sedangkan sang kakak, tetap mengeratkan genggaman tangannya.
Hari ini Dara datang menjelang tengah hari. Dan itu membuat keadaan sekitarnya sepi. Andai datangnya lebih pagi atau sedikit sore pasti para tetangga julid akan ikut memenuhi rumah Bu Maisaroh, ibunda Dara.
“Wa’alaikumussalam,“ jawab sang pemilik rumah dari dalam. Terlihat handle pintu bergerak dan perlahan pintu terbuka.
“Ya Allah, Nduk,“ ucap Bu Maisaroh seketika melihat putrinya di depan rumah. Di elapnya tangan yang sedikit basah tadi di daster yang beliau kenakan. Setelah itu beliau menerima uluran tangan sang putri. Dicium punggung tangan ibunda, setelah itu dipeluknya erat-erat tubuh ibunya yang mulai renta.
Ibu Maisaroh sungguh terkejut melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba. Karena kemarin saat video call pun Dara tidak mengatakan kalau akan pulang. Biasanya Dara akan pulang saat hari raya Idul Fitri saja selepas itu dia tidak pernah pulang mengunjungi kedua orang tuanya.
“Kakak, adik, ayo salim dulu sama Mbah,“ titahnya pada anak yang dari tadi menemaninya.
Anin segera meraih tangan Bu Maisaroh dan mencium punggung tangannya. Sedangkan Shaka terlihat berlari mendekat saat bundanya memanggil.
“Anak siapa ini, Nduk?“ tanya ibunya sambil menerima uluran tangan pria kecil itu.
“Izinkan kami masuk dulu ya Bu. Sepertinya mereka sangat lelah,“ pinta Dara.
“Astaghfirullah ... Ibu lupa Nduk,“ ucap Bu Maisaroh sambil menepuk keningnya.
Bu Maisaroh sedikit menepi dan memberikan jalan agar ketiga tamunya bisa masuk. Setelah memasuki ruangan, Nindy dan Shaka segera duduk di kursi kayu dengan model lawas dengan anyaman rotan di bagian bawah dan sandarannya.
Kursi yang bagian punggung dan tempat duduknya terbuat dari anyaman rotan. Setelah duduk Nindy terdiam sedangkan Shaka mengelilingi seluruh ruangan itu melalui pandangannya.
Setelah masuk rumah tadi, Dara melangkah ke kamarnya. Dia hanya meletakkan tas yang berisi beberapa potong pakaian untuk mereka bertiga. Setelah itu dia kembali ke ruang tamu tempat dua bocah itu menunggu.
“Ini tempat tinggal bunda waktu kecil dulu,“ katanya seraya mendaratkan pantatnya ke kursi di hadapan Shaka.
“Jadi kita akan liburan di sini?“ tanya sang pria kecil.
“Iya,“ jawab Dara sambil mengangguk. “Shaka tidak suka?“
Belum sempat adik Nindy menjawab, Bu Maisaroh datang sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat tiga gelas teh hangat.
“Siapa nama anak-anak lucu ini?" tanya Bu Maisaroh seraya meletakkan gelas-gelas tadi di hadapan mereka.
Shaka melirik Dara seolah bertanya tentang wanita paruh baya itu.
“Ini ibunya bunda. Kalian bisa panggil Mbah,“ seolah mengerti lirikan Shaka.
"Ayo di jawab pertanyaan Mbah tadi. Mulai dari kakak dulu ya,“. perintah Dara. Nindy langsung berdiri.
“Hallo Mbah. Nama saya Nindy, Anindya Wardhani. Umur saya 7 tahun. Saya kelas 2."
Melihat kakaknya memperkenalkan diri, Shaka pun langsung bangkit dari duduknya.