Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
"Nia, aku hamil."
Dengan wajah jumawa Sonya mengabarkan berita kehamilannya untuk kakak tirinya, Kania.
"Apa aku harus mengucapkan selamat? kau bahkan belum menikah!" datar suara Kania menanggapi pernyataan adik tirinya.
Dia heran biasa Sonya menemuinya hanya untuk memakinya, menghinanya, memfitnahnya.
Itu yang selalu dilakukannya sejak ibunya menikah dengan ayah Kania.
Tumben hari ini dia berbicara yang tidak ada hubungannya dengan Kania.
"Terserah, kau bisa mengucapkan selamat padaku atau pada Bram." Kini wajah Sonya tersenyum culas.
"Pada BRAM? Bramantyo?" Kania tahu kalau Sonya memang selalu menggoda tunangannya, Bramantyo Ajisaka, tapi selama ini Bram mengabaikannya.
Lalu kalau sampai hamil, diperlukan 2 pihak yang terlibat untuk bisa hamil bukan?
"Memangnya ada berapa Bram yang kamu kenal? ya iyalah Bramantyo Ajisaka!" bentak Sonya.
"Nggak mungkin, Bram tidak mungkin mengkhianati aku, jaga mulutmu Sonya!"
"Heh, kakak tiri, kamu yang jaga mulutmu, kalau nggak, aku bisa melemparmu keluar dari rumah ini!" kembali Sonya membentak Kania.
Kania tidak menghiraukan Sonya.
Sudah kenyang Kania dengan ulah Sonya dan Ibu tirinya yang tidak puas-puasnya berusaha menyiksa Kania.
Kania mengabaikan adik tirinya yang masih berusaha menancapkan taringnya, Kania sedang menelepon tunangannya yang kini satu kantor dengan ayahnya.
Setelah mereka bertunangan, ayah Kania telah memberi Bramantyo Ajisaka kedudukan sebagai salah seorang Wakil Direktur Keuangan di perusahaan milik keluarga mereka.
"Kania, tumben kamu telepon, ada apa?" tanya Bram.
"Apa aku menyela sesuatu yang penting?" Tanya Kania.
Itu memang kebiasaan Kania yang selalu mengesampingkan urusan pribadi.
"Tidak, aku sudah di jalan, ada yang ingin kau beli? Makanan?" Tanya Bram dengan nada seperti biasa.
'Pasti Sonya yang bermulut besar,' batin Kania mendengar nada lembut Bram.
"Ada Sonya di depanku, dia bilang sedang mengandung anakmu, benarkah?" Kania bertanya sambil menatap tajam manik Sonya.
Tidak ada jawaban.
Hening.
"Bram?"
"Masalah ini tidak bisa kita bahas lewat telepon."
Deg!!
Kania mulai merasa gelisah mendengar jawaban Bram.
"Kau hanya tinggal bilang TIDAK, maka semuanya selesai." sergah Kania lembut.
"Tunggu kita bahas bersama, separuh perjalanan lagi aku sampai." Kemudian Bram menutup teleponnya.
"Bagaimana? masih nggak percaya? Oh ya Bram juga bilang kamu terlalu dingin, nggak bisa membangkitkan gairahnya, bahkan banci pun mungkin lebih baik dari kamu, itu kata pria yang jadi tunanganmu lho, bukan kata aku." Sonya semakin mengejek sambil menaikkan alisnya.
"Nggak mungkin itu anak Bram, kamu memang terlalu liar!" Desis Kania.
Tawa Sonya seketika membahana.
"Tahukah kau? Itu yang membuat Bram jatuh dalam pelukanku... LIARRR...itu memang kelebihan ku sekaligus itu adalah kekuranganmu, kau pikir di ranjang pria ingin wanita yang sopan? Tenang? Lemah lembut? Elegan? Kasihannn amat .... nggak becus sampai tunanganmu harus cari kepuasan di ranjang wanita lain!"
Sudah lama Kania tahu mulut Sonya memang jahat, tapi sore ini dia mendapati mulut itu terlalu jahat!
Kania ingin menyangkal tidak mungkin Bram bilang dia di ranjang lembut dan sopan, karena memang mereka belum pernah seranjang, dia berusaha menjaga dirinya, lagian menurutnya selama ini dorongan untuk melepas kesuciannya pun tidak pernah datang, Bram tidak membuatnya kepanasan dan kewalahan seperti yang dia baca dan dengar selama ini.
Kania memandang adik tirinya dengan muak.
"Hamil tanpa suami kok malah bangga, dasar tidak PUNYA MALU!"
"Ada apa ini?" tanya seorang wanita lanjut usia yang masih terlihat segar dengan gaun terbuka di dada.
Sonya langsung memasang tampang memelas.