Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Fayzia Khumairah dipaksa sang ayah--Faiz--untuk menghadiri acara 4 bulanan anak dari sahabatnya. Sebenarnya Zia paling malas dengan acara-acara yang melibatkan banyak orang, tapi demi sang ayah akhirnya ikut juga.
Zia sendiri adalah seorang mahasiswa semester empat yang menyendiri. Di kampus pun tak banyak yang kenal dengan gadis berkacamata besar itu. Dia lebih senang menyendiri, bahkan di kampus banyak yang menyebut dirinya Mrs. Nerd karena penampilannya yang terlihat cupu.
Siang itu dengan menggunakan taksi online akhirnya Zia dan Faiz pun sampai di kediaman sahabat sang ayah. Di sana terlihat sudah ramai mulai dari pekarangan rumah sampai ke dalam. Zia turun lebih dulu disusul Faiz dari belakang.
"Bah, ini beneran rumahnya?" tanya Zia seraya mengedarkan pandangan ke segela penjuru halaman luas tersebut.
"Muhun, Neng. Ini rumahnya Queri, sahabat Abah waktu kuliah sama kerja," jawab Faiz semringah.
Sebenarnya Zia paling malas bertemu orang banyak. Apalagi di tempat umum. Dia akan memilih mendekam di kamar dengan tumpukan buku dibandingkan beramah tamah dengan puluhan orang. Zia menarik napas pelan sebelum mengikuti langkah abahnya.
"Neng, ayo atuh. Masuk! Masa di luar doang," tegur Faiz yang melihat putrinya malah terdiam begitu saja di ambang gerbang.
"I-iya, Bah. Ini mau betulin sepatu dulu," jawab Zia asal sambil pura-pura berjongkok.
Justru hal tersebut jadi perhatian abahnya. Bagaimana tidak, Zia mengenakan flatshoes yang mana tidak mungkin ada kendala lepas tali sepatu, kan? Faiz menggeleng pelan. Sikap Zia sejak dulu tidak pernah berubah.
Lelaki dengan jambang lebat itu mendekati anak gadisnya, lantas menggandeng lengan Zia layaknya seorang putri.
"Gak usah grogi gitu kali, Neng. Biasa aja. Kalau nggak nyaman anggap orang-orang di sekitar kamu itu patung," celetuk Faiz sembari menuntun Zia untuk masih terdiam ke area yang lebih dalam.
"Si-siapa yang grogi. Huuh ... Abah sok tempe, nih."
Tak mau berdebat lagi, keduanya pun melenggang mendekati kerumunan. Faiz yang humble langsung menyalami satu per satu tamu di sana. Walaupun tidak kenal. Tentu saja membuat Zia harus mengikutinya dengan perasaan yang tidak menentu.
Sampai di depan pintu. Faiz disambut seorang lelaki yang mungkin seumuran dengannya. Tanpa rasa malu sama sekali keduanya pun berpelukan layaknya teletubsi. Terlihat sangat lucu.
"Duh, Iz gue kangen banget sama elu," ucap lelaki yang memeluk ayah Zia.
"Sama atuh. Lama banget ya kita teh nggak ketemu. Ampun, makin tamvan saja dirimu," balas Faiz.
"Dih, yang lebih tamvan malah membalikkan fakta," timpal Sahabatnya.