Cinta yang Tersulut Kembali
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Gairah Liar Pembantu Lugu
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sang Pemuas
Aku berdiri di atas balkon hotel yang menjulang tinggi bersama gedung pencakar langit lainnya. Aku sudah sampai di posisi pemilik tunggal dengan saham terbanyak, memiliki segalanya dan dihormati serta disegani banyak orang.
Siapa yang akan menduga jika aku nyonya Airin Zafira dulunya hanya seorang gadis kampung lulusan diploma pariwisata perhotelan yang mampu mencapai posisi tertinggi di sini. Aku tersenyum puas mungkin malam ini adalah puncak keberhasilanku dan juga titik kehancuranku. Dendamku sudah usai, kubayar dengan tunai pada seorang laki-laki yang dulu tidak melihatku sebagai manusia.
Laki-laki itu tidak melihatku sebagai manusia, dia hanya menganggap semua wanita hanya permainan dan pemuas nafsunya belaka. Betapa dulu dengan mudahnya dia menginjak harga diriku, merampas kehormatanku dan membuangku begitu saja.
Kamar hotel VIP ini jadi saksinya, saksi atas bejadnya seorang laki-laki memperdaya gadis lugu yang sedang bekerja membiayai keluarganya di kampung. Gadis muda yang hanya bisa menangisi dirinya yang sudah tidak suci lagi, membakar seragam hotelnya dan ingin bunuh diri seketika itu juga.
Tetapi takdir berpihak padaku hingga aku diperkenankan hidup, merangkak, jatuh bangun kerja keras meraih kesuksesan. Lalu di sinilah aku, berdiri tegak di malam laki-laki bernama Ariel sedang menuai karma. Aku tertawa puas … sangat puas … Ariel menggelar pesta di ball room hotelku, pesta yang sangat meriah hingga nyaris pembesar-pembesar dan kaum kalangan atas menghadiri pestanya. Tentu saja aku tidak keberatan untuk membantunya menyiapkan pesta untuknya. Pesta kemeriahan menuju nerakanya
Dua puluh tahun yang silam …
“Rin, dipanggil sama bu Sanjaya di ruangannya.” Kartika salah seorang temanku menghampiriku yang sedang membawa map dan ingin menyerahkan laporan ke menejer hotel.
“Sekarang?” tanyaku ragu, pak Andy menejer hotel ini galaknya minta ampun tapi menunda panggilan pemilik hotel ini pun kurasa tidak etis.
“Baik Tika, aku kesana sekarang, makasih yaa.” Kartika hanya tersenyum dan berlalu. Aku merapikan sejenak pakaian dan sanggul rambutku. Perasaanku cemas tak karuan, apa aku melakukan kesalahan yaa selama aku bekerja di sini? Memang aku baru bekerja beberapa bulan tapi aku bekerja dengan penuh dedikasi bahkan aku rela bekerja melebihi jam kerjaku jika memang ada hal yang belum beres atau belum maksimal.
Aku menarik nafas panjang dan mengatur debaran jantungku, aku tidak boleh gugup dan harus tampak percaya diri. Pintu kuketuk dengan pelan dan suara lembut ibu Sanjaya terdengar menyahutiku dan menyuruhku masuk.
“Duduklah Airin. Jangan tegang begitu gak ada yang salah kok sama kamu.” Nyonya itu tersenyum hangat dan memberi efek tenang.
“Maaf jika mengganggu waktu kerja kamu. Aku ingin bicarakan hal yang penting dan bersifat pribadi.”
“Tidak kok Bu, tidak mengganggu. Hal pribadi apa yaa Bu?”
Ibu Sanjaya mendehem sejenak, tampaknya beliau sedang mempersiapkan diri berbicara denganku.
“Apa kamu sudah punya kekasih atau calon suami Airin?”
Aku cukup terkejut dengan pertanyaan bu Sanjaya ini, apa ada maksud tertentu beliau menanyakan hal itu?
“Saya tidak punya pacar atau calon suami Bu, saya masih ingin fokus pada pekerjaan saya. Saya ingin menerapkan semua pengetahuan yang telah saya pelajari di hotel ini.”
Ibu Sanjaya tampak tersenyum lega, lalu beliau berjalan menuju sofa dan memanggilku untuk duduk di sampingnya.
“Duduk di sini Airin agar kita bisa bicara lebih santai.” Tangannya menepuk sofa yang letaknya di samping beliau, sedikit ragu aku mengikuti keinginannya. Lagi-lagi aku terkejut saat beliau meraih tanganku dan menggenggam jemariku erat.
“Airin, aku ingin minta tolong sama kamu. Aku sudah memperhatikan prestasi kamu sejak kamu magang dan aku akhirnya meminta kamu bekerja di sini. Kamu cerdas, pekerja keras, berdedikasi tinggi dan kamu tipe yang ramah serta baik hati.” Ibu Sanjaya mengatupkan bibirnya ada kesedihan di raut wajahnya lalu mata sendu miliknya memandangiku sayu.
“Aku terkena kanker setengah tahun yang lalu, harapan hidupku tipis Airin, usiaku tidak muda lagi dan aku sepertinya ditakdirkan tidak bisa memiliki keturunan. Aku tidak ingin semua usahaku ini sia-sia, Ariel keponakanku mengincar hotel ini untuk diubah menjadi casino dan tempat hiburan. Aku tidak akan rela Airin, jadi … ku mohon menikahlah dengan suamiku Sanjaya.”
Aku seperti tersengat listrik spontan menarik tanganku dari genggaman hangat ibu Sanjaya. Aku berharap presdir dari hotel megah ini sedang membuat lelucon yang tidak lucu.