/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
“Ooh yaaaa ooooh, Sayaaang,” lenguh lirih seorang wanita. Orgasme ketiga yang sangat dinantikannya mulai terbangun kembali. Dalam pada itu lelaki yang lebih muda itu langsung meremas kuat pantatnya. Bergeraklah tubuh telanjang itu, naik turun di bawah genjotan sang jantan. Hentakan tubuh mereka saling berlawanan, napas keduanya terengah-engah.
“Oooh… Sayaaaang… sedikiiit lagi aku dapaaat lagi oooh, teruuuussssss...” Lenguhan sang betina sedikit tertahan. Gelombang orgasmenya kian mendekat, sang jantan pun sontak menggila, hingga desakkan orgasme itu tak mampu lagi dibendung.
“Sayaaang aaaaah ssssst….” Lolongan panjang nan parau, mengiringi pandangan sang wanita yang mendadak gelap, jantungnya berdegup kian kencang, tubuhnya menegang, otot vaginanya berkontraksi. Seluruh sendi di tubuhnya mengejang saat cairan kenikmantan meluncur dahsyat dari lobang surgawinya.
“Oooh…” Tak berselang lama pemuda itu melnguh. Ranjang terus bergoyang, bunyi deritnya terdengar nyairng akibat hentakan-hentakan yang terjadi di atasnya. Wanita beranak satu itu pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya, guna meredam erangannya yang tak terkendali. Lelaki perkasa 20 tahun yang sedang menggejotnya benar-benar telah hilang kontrol.
“Keluarin di luaaar, Saaaaayang….” pesan mendesah dari sang wanita saat menyadari jika sang jantan hampir mencapai puncaknya.
“Oooh aaah ssssst….!” pekik sang pemuda tertahan dalam deru napas yang membara, gerakannya sangat cepat saat mencabut batang kejantanannya dari lobang sang wanita. Lantas dia berdiri dengan kedua lututnya dan mengocok batang licin yang berdenyut-denyut, seraya menengadahkan wajah ke langit-langit.
“Oooooh, Tanteee aku keluaar…” Erangan panjang sang pejantan mengiringi semburan kencang cairan kental dari dalam dirinya. Menghantam perut, dada hingga sebagian wajah wanita yang terkapar di bawahnya.
“Oooh yeees I like it’s…” Wanita itu mendesah lirih dengan senyum kepuasannya.
Sudah sering wanita itu melihat semburan sensasional dari ujung batang kejantanan sang pemuda, namun malam terakhir itu terasa lebih spesial dan dahsyat. Gairahnya bahkan seolah tak pernah padam, walau sudah hampir dua jam berada di kamar itu dan sudah tiga kali pula menggapai puncak kenikmatannya.
"Aku akan selalu membutuhkan ini…" ucap wanita berusami itu, sambil meratakan sperma yang membasahi tubuhnya; Lalu dia jilati jari-jemarinya guna membersihkan sisa-sisa cairan birahi sang jantan yang besok akan pergi merantau meninggalkan dirinya. Beberapa detik kemudian, sang jantan pun jatuh terkapar di sampingnya.
Untuk beberapa saat mereka terdiam dalam berpelukan lemas, meredakan napas yang memburu, sebelum keduanya bersegera membersihkan dan mengeringkan tubuh basahnya masing-masing. Setelah itu sang wanita pun kembali berkaian, lalu melangkah keluar dari kamar sang pemuda dengan perasaan lega.
Dengan langkah mengendap dan harti-hati wanita itu pun masuk kembali ke kamarnya. Dan dengan sangat hati-hati merebahkan tubuhnya di samping suaminya yang masih tertidur lelap. Sebelumnya dia pun mengecup lembut kening anak balitanya, lalu kening lelaki tampan, bertubuh kekar yang sudah enam tahun menjadi suaminya.
‘Maafkan aku, Mas. Semua ini aku lakukan karena kamu juga. Tapi percayalah, cinta dan kasih sayangku padamu tak akan pernah pudar untuk selama-lamanya,’ batin wanita sebelum akhirnya memasuki gerbang mimpi-mimpinya yang kelabu.
^*^
“Rafa, bangun udah mau pagi, nih!” Terdengar suara yang penuh wibawa dari luar kamar Rafael.
“Iya, Om,” balas Rafael sigap.
Rafael sudah terbangun dari tadi, sedang merenungi peristiwa semalam yang sangat menegangkan sekaligus menggairahkannya. Berharap semua itu menjadi yang terakhir buatnya. Dia pun masih tak percaya jika istri pamannya berani berbuat nekad, masuk kemarnya dalam keadaan setengah telanjang, ketika pamannya ada di rumah, walau katanya sudah tertidur karena pengurh obat tidur yang secara sembunyi-sembunyi dimasukan ke dalam air minumnya.
Rafael bangkit dari tidurannya, lantas memakai kembali singlet dan kain sarungnya. Setelah itu dia keluar kamarnya hendak ke kamar mandi, kemudian bersiap-siap untuk pergi merantau walau belum jelas hendak kemana dan apa yang akan dilakukannya di perantauan nanti. Hanya berbekal setitik asa, dia yakin salah seorang teman sekaligus musuh dalam selimut yang akan bisa membantunya.
Saat hendak masuk kamar mandi, langkah Rafael tertahan karena ada suara seseorang yang sedang mandi di sana. Dia menduga orang yang sedang mandi itu pamannya atau tantenya. Rafael pun balik arah, hendak turun ke lantai bawah untuk ke kamar mandi satu lagi yang ada di dapur.
Deg! Jantung Rafael sedikit tersentak saat memasuki dapur.
Wanita yang tadi malam nekad mengajaknya bersetubuh dengan sangat binal itu, sedang berdiri menghadap meja makan masih dalam balutan busana tidur transparan, persis yang dikenakannya tadi malam. Untuk beberapa saat Rafael berdiri tertegun. Sensasi tegang dan gairah semalam mendadak kembali menderanya, hingga tak sadar benda tumpul di balik kain sarungnya pun bereaksi.
Wenda, sang tante menolehkan wajah ke belakang, menyadari ada seseorang yang mendekat dan memperhatikan dirinya dalam jarak tak lebih dari dua meter.
‘Sudah kuduga!’ batinnya kegirangan. Wenda tersenyum sambil membalikan badan menghadap pemuda ponakan suaminya yang terlihat tampan dan gagah dalam balutan singlet putih dipadu kain sarungnya. Seketika itu pula, dia merasakan desiran halus yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kedua matanya menatap nanar benjolan besar di balik kain sarung Rafael. Benjolan yhang sontak mengingatkan dia kembali pada sensasi semalam yang sangat mendebarkannya.
Wenda melangkah pelan mendatangi Rafael yang mematung terbengong-bengong.
“Oooh…!” lenguh Rafael serya sedikit tersentak, saat tangan Wenda tiba-tiba memgang dan meremas batang kejantannya di balik sarungnya.
“Wow, sudah berdiri aja, nih. Masih belum puas yang semalam ya, Sayang,” bisik Wenda di telinga Rafael.
/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
/0/14388/coverorgin.jpg?v=f76b824520df1dc3f3c4ad5364656b2c&imageMogr2/format/webp)
/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
/0/6132/coverorgin.jpg?v=3810932eb6084b674d9f87e793d95928&imageMogr2/format/webp)
/0/3182/coverorgin.jpg?v=3710f979d753a2aeb47fff0c4fe21681&imageMogr2/format/webp)
/0/12626/coverorgin.jpg?v=feb13b1300e4221467f17e6271b97f27&imageMogr2/format/webp)
/0/2137/coverorgin.jpg?v=af3e3e305a2e483d6cce15c104c55b1a&imageMogr2/format/webp)
/0/12103/coverorgin.jpg?v=8765078e1a3d6cf3629a4c0797950ed0&imageMogr2/format/webp)