Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
"Apa?! Tata kabur dari rumah?" Rafi, seorang laki-laki paruh baya terkejut mendengar kabar yang baru saja disampaikan oleh Andi--orang kepercayaannya. Ini masih pagi, dan waktunya sarapan, tapi Andi sudah melaporkan hal yang kurang menyenangkan itu.
"Benar, Tuan." Andi mengangguk, tanda apa yang ia laporkan tadi memang benar adanya.
"Kamu kalau ngasih informasi yang bener dong, Ndi. Jangan membuat kita panik seperti ini." Anita--istri Rafi pun ikut bicara.
"Benar, Nyonya. Apa yang saya sampaikan itu memang benar. Tentu saya tidak berani untuk membohongi Tuan, dan Nyonya." Sekali lagi Andi mengkonfirmasi kebenaran dari apa yang disampaikannya kepada pasangan suami istri yang menjadi bosnya itu.
Anita melihat ke arah Andi, dan mengamati gerak-geriknya. Tidak ia temukan kebohongan di sana. Anak buah suaminya itu memang sedang jujur.
Berbeda dengan sang istri, Rafi justru langsung percaya dengan apa yang disampaikan Andi tadi. Andi sudah bekerja puluhan tahun dengannya, dan sudah menjadi tangan kanannya. Tidak mungkin Andi berani memberikan informasi yang salah.
"Kamu tahu dengan siapa Tata kabur?" tanya Rafi.
"Nona Tata pergi bersama seorang laki-laki yang sepertinya seumuran. Setelah saya gali lebih lanjut, laki-laki itu ternyata kekasih nona Tata, Tuan." Andi menjelaskan kronologi dari apa yang dilihatnya tadi malam.
Tata adalah anak dari rekan bisnis Rafi yang dijodohkan dengan Zayyan, anaknya. Beberapa hari ini Rafi memang sengaja mengutus beberapa orang kepercayaannya yang diketuai oleh Andi untuk mengawasi gerak-gerik keluarga Tata.
Yang merencanakan perjodohan antara Zayyan, dan Tata memang Rafi sendiri, serta ayah Tata. Namun, akhir-akhir ini ia merasa ada yang janggal dengan Tata, sehingga ia memutuskan menyuruh anak buahnya untuk mengawasi Tata, beserta keluarganya.
Semalam, saat Andi bertugas mengintai di sekitar rumah Tata, ia melihat Tata keluar dari halaman rumahnya dengan cara mengendap-endap pada waktu tengah malam. Setelah Tata berada di luar pintu gerbang, ada sebuah mobil yang menjemput Tata, kemudian pergi begitu Tata menaikinya.
Andi kemudian menyuruh anak buahnya untuk membuntuti Tata. Pada pukul empat pagi, barulah Andi mendapat informasi, bahwa orang yang membawa Tata pergi adalah kekasih Tata. Andi juga mendapat kabar bahwa Tata beserta pacarnya akan pergi ke luar negeri pukul sembilan pagi.
"Nona Tata, dan laki-laki itu akan pergi ke luar negeri pukul sembilan nanti, Tuan. Jika Tuan menghendaki, saya bisa menggagalkan penerbangan nona Tata," lanjut Andi.
"Tidak perlu!" sahut Rafi. "Biarkan saja dulu. Kita tunggu sampai dua hari."
"Tapi, Pah, pernikahan Zayyan, dan Tata tinggal dua minggu lagi, gimana kalau Tata ternyata lama di luar negeri?" sela Anita.
"Ya batalkan saja pernikahannya. Zayyan pantas mendapatkan calon istri yang lebih baik daripada Tata," putus Rafi.
"Kok gampang banget memutuskan begitu, Pah? Papah sendiri yang merencanakan perjodohan Zayyan, dan Tata, hingga akhirnya rencana pernikahan sudah di depan mata. Tapi sekarang, tiba-tiba mau dibatalkan begitu saja," protes Anita. "Memangnya Papah nggak malu sama pak Waluyo, dan bu Susi, calon besan kita?"
"Kenapa harus malu? Seharusnya mereka yang malu karena anak mereka pergi ke luar negeri bersama pacarnya, bahkan setelah rencana pernikahan disepakati. Harusnya mereka itu mengawasi Tata dengan ketat, sehingga tidak terjadi kecolongan seperti ini," sahut Rafi. "Sekarang papah malah curiga, jangan-jangan keluarga pak Waluyo mau mempermainkan kita."
"Jangan su'udzon begitu, Pah. Mungkin saja keluarga pak Waluyo memang sedang kecolongan kali ini," tegur Anita, seraya mengelus punggung tangan sang suami.
Rafi menghela napas. Ia benar-benar kecewa kali ini, terutama pada Tata yang digadang-gadang sebagai calon menantunya, tapi justru membuatnya marah. Untung saja ada Anita, sang istri yang selalu berhasil menenangkannya.
"Andi, kamu terus awasi keluarga pak Waluyo. Laporkan segala hal, tanpa ada yang terlewat sekali pun. Dan perintahkan juga pada anak buahmu untuk membuntuti Tata ke luar negeri," titah Rafi.
"Baik, Tuan," jawab Andi. "Kalau begitu, saya mohon undur diri."
Setelah kepergian Andi, Rafi meneguk kopinya yang mulai dingin, dengan Anita yang masih setia duduk di sampingnya.
"Zayyan mungkin saja sedih kalau mendengar kabar ini, Pah," keluh Anita. Sebagai seorang ibu, ia tidak tega jika nanti melihat sang anak kesayangannya itu bersedih hati mendengar calon istrinya pergi bersama kekasihnya.
"Zayyan itu bukan laki-laki lemah, Mah." Setelah mengatakan itu, Rafi pun bangun dari duduknya. "Papah berangkat ke kantor dulu, Mah."
Anita pun mengangguk. "Hati-hati di jalan, Pah." Ia pun menjabat, dan mencium tangan sang suami.
"Jangan terlalu dipikirkan," ujar Rafi, dan Anita pun kembali mengangguk.
Anita mengantar sang suami sampai ke depan pintu, dan menunggu sampai mobil yang membawa suaminya itu keluar dari halaman rumah. Begitu berbalik badan, ia terkejut dengan kehadiran anak perempuannya.
"Tasya! Kamu ini ngagetin aja! Sejak kapan kamu ada di belakang mama?"
"Sejak Mama fokus ngeliatin papah naik mobil tadi," jawab remaja perempuan yang memakai seragam sekolah menengah atas itu.
Anita menghela napas. "Ini sudah siang, Tasya, kenapa kamu belum berangkat sekolah? Kalau kakakmu ada di rumah, pasti dia akan marahin kamu."