/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
"Mirah! Mirah! Buka pintunya!" Suara gedoran dari arah pintu rumahku itu terdengar begitu keras hingga membuat aku dan Mas Danu terkejut dan bangun tiba-tiba.
Aku melirik jam dinding yang bertengger di atas meja rias, menunjukkan pukul sebelas malam.
"Siapa malam-malam bertamu, Mas?" tanyaku.
"Nggak tahu, aku cek dulu, ya, Sayang." Mas Danu langsung turun dari tempat tidur dan berjalan cepat keluar kamar.
Perasaanku tidak tenang, aku pun berjalan mengikuti Mas Danu sambil menutupi tubuhku dengan selimut tebal.
Semakin lama, suara dari arah luar rumah itu terdengar semakin familiar.
"Sepertinya itu suara Mbak Lina, Mas," ucapku.
"Benarkah?" Mas Danu buru-buru membuka pintu.
Benar saja, Mbak Lina tengah berdiri di depan rumah kami dengan penampilan yang tak biasa. Ia membawa tas besar di tangannya, sementara rambutnya tampak sangat berantakan.
"Mirah!" Mbak Lina berjalan cepat menghampiriku lalu memelukku dengan erat. Ia menangis tersedu-sedu hingga kedua bahunya berguncang hebat.
"Ada apa, Mbak? Kenapa malam-malam kesini?" tanyaku heran.
"Aku di usir, Mir. Aku nggak tahu harus pergi ke mana. Tolongin Mbak Lina, Mir," jawabnya.
"Kenapa di usir, Mbak? Mbak Lina salah apa?"
Mbak Lina menggeleng cepat. "Tolong izinkan Mbak tinggal di sini sementara, Mir. Tolong, ya," pintanya memohon.
"Sayang, biarkan Mbak Lina tenang dulu. Jangan diintrogasi gitu, kasihan," sela Mas Danu.
Suamiku itu lantas memegang kedua pundak Mbak Lina dan membantunya duduk di kursi ruang tamu kami.
"Mbak Lina boleh tinggal di sini, kok. Kami nggak keberatan. Iya, kan, Sayang?" Mas Danu menoleh ke arahku.
Aku tak kuasa menolak, namun aku juga tidak mungkin tega membiarkan Mbak Lina terombang ambing di jalanan di tengah malam begini.
"Baiklah, tapi tolong jelaskan pada kami kenapa Mbak tiba-tiba di usir gini. Siapa tahu kami bisa bantu, Mbak," ujarku.
"Kita bahas besok aja, Sayang. Biarin Mbak Lina istirahat dulu," pinta Mas Danu.
Suamiku itu memang laki-laki yang baik hati. Ia tak pernah tega membiarkan siapapun dalam kesulitan. Tak peduli pada dirinya sendiri, Mas Danu selalu membantu orang lain dengan tulus dan ikhlas.
"Ya sudah! Sini, aku antar ke kamar," ajakku.
"Kamu istirahat aja, Sayang. Biar aku yang antar Mbak Lina," sela Mas Danu.
Laki-laki itu lantas membawakan tas besar milik Mbak Lina dan berjalan lebih dulu menaiki anak tangga.
Di lantai kedua rumah kami, hanya ada satu kamar kosong dan ruang santai. Sementara aku dan Mas Danu lebih suka memilih kamar di lantai dasar karena tak perlu repot naik turun tangga.
Hanya berselang lima menit, Mas Danu langsung kembali ke kamar kami untuk menyusulku.
"Mbak Lina gimana, Mas?" tanyaku.
"Kelihatannya masalah Mbak Lina serius, Sayang. Kasihan dia," gumamnya.
"Iya, kasihan." Aku menganggukkan kepala pelan.
Baru satu tahun yang lalu Mbak Lina menjada. Mas Yanto, suaminya meninggal secara tiba-tiba. Orang bilang karena serangan jantung. Tapi anehnya, Mas Yanto adalah orang yang sangat sehat. Selama menjadi suami Mbak Lina, aku tak pernah mendengar Mas Yanto sakit.
Kabar kematiannya mengejutkan semua orang, bahkan orang tuanya sendiri. Kami tak menyangka, Mas Yanto yang usianya masih tiga puluhan itu meninggal secara tiba-tiba.
/0/17021/coverorgin.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
/0/13634/coverorgin.jpg?v=0dc0548ead96d92736c8b70bde21c855&imageMogr2/format/webp)
/0/18136/coverorgin.jpg?v=bbddd094c3a24fb96ea320ae91ec957d&imageMogr2/format/webp)
/0/19255/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/22929/coverorgin.jpg?v=7210deed904b68c803a92f2cf55e913f&imageMogr2/format/webp)
/0/7073/coverorgin.jpg?v=bd32cbe09214b01b78a8457aafa9b110&imageMogr2/format/webp)
/0/7651/coverorgin.jpg?v=4c2f9a954961dfe599635b3d8f1e787d&imageMogr2/format/webp)
/0/21538/coverorgin.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245&imageMogr2/format/webp)
/0/6214/coverorgin.jpg?v=e7964c940b9a30f19f7aef8a42f2e32c&imageMogr2/format/webp)
/0/21153/coverorgin.jpg?v=a3c220b94da29fd4a4332f588261ba03&imageMogr2/format/webp)
/0/19437/coverorgin.jpg?v=10f7a26f993d2fbbc8598e531f76a716&imageMogr2/format/webp)
/0/16941/coverorgin.jpg?v=0287241b7668739a4c72736a78e50339&imageMogr2/format/webp)
/0/18210/coverorgin.jpg?v=31158ae1ed59c383e87f44cd82f6a431&imageMogr2/format/webp)
/0/5370/coverorgin.jpg?v=2a674aa6924609945d54c52e1c44793b&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)
/0/23524/coverorgin.jpg?v=bf28a9667d89a8d0ddd15401e2bbb7f8&imageMogr2/format/webp)
/0/22772/coverorgin.jpg?v=e46496a6b33705989b174e47bb935022&imageMogr2/format/webp)
/0/5356/coverorgin.jpg?v=ffda3a761434a6526b416ab99b2fbf53&imageMogr2/format/webp)