/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
Ultimatum.
Betapa Diraja membenci kata tersebut. Terlebih lagi sekarang.
Di hadapannya, ayah dan ibu duduk berseberangan setelah memberikan ultimatum keras kepada dirinya.
Posisi duduk mereka pun tersirat menunjukkan di mana posisi mereka dalam pengambilan keputusan absurd ini.
“Tapi Ayah! Aku menolak perjodohan ini! Ini skema pernikahan gila! Kita masih bisa selamatkan Sudibyo Corporation tanpa pernikahan bisnis ini!” tolak Diraja dengan tegas.
Rahangnya mengeras dan dia menggerutukkan gerahamnya penuh amarah.
“Bagaimana kamu mau tanggung jawab setelah ada insiden penembakan salah satu karyawan kita di Royal Ruby dengan keluarga Ong dari Singapura, huh? Mau ditaruh di mana muka kita jika bertemu kembali dengan keluarga Arka kelak?” Ayah bersuara keras memotong penolakan Diraja.
Kejadian dua minggu lalu di Hotel Royal Ruby kembali terngiang di ingatan Diraja. Saat itu mereka sedang meeting di hotel milik salah satu korporasi terbesar di Indonesia, Danudihardjo Enterprise membicarakan masalah IPO atau Initial Public Offering perusahaan mereka demi mencari modal tambahan untuk ekspansi bisnis mereka.
IPO tersebut akhirnya batal karena ternyata salah satu partner bisnis mereka, keluarga konglomerat Ong dari Singapura berniat menghancurkan Sudibyo Corp dan menjadikan perusahaan mereka sebagai boneka untuk kepentingan mereka di Indonesia.
Berangkat dari temuan tersebut, Diraja berhasil membujuk ayahnya untuk menolak rencana IPO dan tertarik dengan ide merger dan akuisisi dari Danudihardjo Enterprise.
Di tengah-tengah pembicaraan dengan Darius tempo lalu, ayahnya tiba-tiba mengajukan proposal pernikahan dengan keluarga Darius demi menjaga kekuatan Sudibyo dalam diskusi tersebut. Ide yang tentu saja ditolak oleh Darius, karena Amir mengusulkan adik ipar Darius–Ambar sebagai ‘tumbalnya’.
Meski sudah ditolak, ayahnya masih bersikeras dengan ide perjodohan sebagai balasan tawaran merger dan akuisisi dari Darius Danudihardjo demi melindungi perusahaan ayahnya–Sudibyo Corporation dari ambang kehancuran karena terseret intrik dari keluarga konglomerat Ong yang berbasis di Singapura.
Pertemuan di hotel tersebut dilakukan bersama penasihat terpercaya mereka, Mas Arka untuk mencari opsi terbaik bagi perusahaan mereka. Dan sepertinya Mas Arka juga setuju untuk menerima proposal merger dan akuisisi yang ditawarkan oleh Darius.
Danudihardjo Enterprise tidak akan menjadi majority shareholder mereka, dan mereka menjanjikan first option untuk keluarga Sudibyo dalam right of first offer untuk membeli kembali saham mereka jika Danudihardjo Enterprise ingin exit strategy dari perusahaan mereka.
“Ayah, aku akan cari cara supaya deal dengan Danudihardjo dapat memberikan win-win solution bagi semua pihak yang terlibat! Tapi aku menolak opsi perjodohan dengan anak yang bahkan masih belum lulus SMA!” ujar Diraja penuh frustasi.
Dia tak bisa memungkiri kalau dia melakukan banyak langkah yang salah ketika membantu ayahnya memimpin perusahaan yang menyandang nama mereka.
Tapi perjodohan? Pernikahan bisnis? Dengan bocah SMA pula?
Itu adalah garis yang tak akan Diraja lewati sampai kapanpun!
Ayahnya tetap menatap tak senang ke arahnya. Amir Sudibyo masih menganggap kalau pernikahan antara dirinya dan Ambar adalah hal terbaik untuk Diraja dan juga eksistensi perusahaan mereka.
Konsolidasi dengan salah satu keluarga konglomerat di Indonesia yang mana silsilah dari pihak ibu Darius bahkan bisa ditelisik hingga beberapa generasi ke atas karena mereka keturunan ningrat sejak jaman penjajahan.
Ambar Tri Handayani adalah satu anomali dalam business deal Diraja kali ini. Batu sandungan yang membuat Diraja sulit bergerak dan bahkan harus beradu kepala seperti ini dengan ayahnya sendiri. Sosok yang begitu Diraja hormati karena etos kerjanya yang tinggi dalam membangun perusahaannya sendiri.
“Pasti ada cara lain, Ayah!” ujar Diraja keras kepala. Setengah memohon agar ayahnya melunak dan mencari pilihan lain.
Ibu yang duduk di samping ayah hanya terdiam, meskipun tangannya secara tak sadar mengusap lengan sang suami agar pria paruh baya itu tetap tenang dan tidak terpancing emosinya.
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/20434/coverorgin.jpg?v=3349f46a85b181fc79c776f6d3a9e78c&imageMogr2/format/webp)
/0/29640/coverorgin.jpg?v=04a85618c17bd8334be9470f43906970&imageMogr2/format/webp)
/0/17527/coverorgin.jpg?v=f897dc8b13f78dfe01fceeb0f359ac4c&imageMogr2/format/webp)
/0/17129/coverorgin.jpg?v=c7133c7cf7386821f7350d0c81edca4d&imageMogr2/format/webp)
/0/15760/coverorgin.jpg?v=1f2915ec59d5fb1fa4f5cc0e3bb76ead&imageMogr2/format/webp)
/0/22396/coverorgin.jpg?v=79a171403b1637ac9b0441ae7d3dec97&imageMogr2/format/webp)
/0/14151/coverorgin.jpg?v=20250123145854&imageMogr2/format/webp)
/0/15751/coverorgin.jpg?v=1bdf86b5ee5478fbb236687f80b2d534&imageMogr2/format/webp)
/0/17282/coverorgin.jpg?v=a34e9b4d14493b1290fca4ee43eafa69&imageMogr2/format/webp)
/0/7971/coverorgin.jpg?v=dca440106a4673dbd2ad510e2059881b&imageMogr2/format/webp)
/0/12472/coverorgin.jpg?v=c7988bac3f3d14b659a233bcc5a771bf&imageMogr2/format/webp)
/0/13436/coverorgin.jpg?v=91683f13085b241fe4523a1ab5bd1648&imageMogr2/format/webp)
/0/28779/coverorgin.jpg?v=a8474d94571f667da671c85db7b388ce&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/16547/coverorgin.jpg?v=4af839c0b4f28409dca0f3ab0a705866&imageMogr2/format/webp)
/0/3425/coverorgin.jpg?v=931db14174065e64c293c717cd29590a&imageMogr2/format/webp)
/0/19139/coverorgin.jpg?v=1ed13e1d4e43a9e8bf857b90d37b476e&imageMogr2/format/webp)
/0/18693/coverorgin.jpg?v=b47fb6091ccd5dc83be6d07ed6a1f4d1&imageMogr2/format/webp)