/0/15547/coverorgin.jpg?v=c919da9d1068f2a65413c2b878183c94&imageMogr2/format/webp)
Bruukkk!!!
Sebuah kecelakaan terjadi di persimpangan lampu merah. Seorang pengendara motor terlempar jauh bersama motornya hingga sepuluh meter ke depan. Beberapa pengendara motor dan mobil ikut membantu membawanya ke pinggir jalan.
"Masih hidup gak?"
"Pria atau wanita?"
"Ya ampun darahnya sampe bercucuran"
Begitulah kasak- kusuk para pejalan kaki yang ikut serta melihat korban kecelakaan yang tergeletak di trotoar.
"Masih hidup, dia seorang pria" ucap salah seorang yang membuka helm full face korban tabrak lari tersebut setelah mengecek denyut nadinya terlebih dulu.
Ya! Pria itu bernama Bastian Theo Raymond. Pria berusia dua puluh empat tahun yang bekerja sebagai pengacara di firma hukum Raymond Nusantara dan Partner (RNP).
Pria berparas tampan yang mempunyai tubuh tinggi tegap yang populer di kalangan masyarakat karena seringnya muncul di televisi bak selebriti papan atas.
Namun naas, saat itu tak ada satupun yang mengenalinya karena salah satu luka di pelipisnya akibat pecahnya kaca helm menyebabkan wajahnya penuh dengan darah. "Saya akan menghubungi polisi dan ambulance" ucap salah seorang yang menolong pria tersebut.
Sementara pengendara mobil yang menabraknya tak lantas menghampiri dan malah melarikan diri.
Selang beberapa menit, polisipun datang beriringan dengan mobil ambulance.
Rumah Sakit MMC
Plapp
Theo mulai membuka matanya perlahan. Maniknya mengarah ke langit-langit ruangan yang berwarna putih. Lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, dilihatnya sebuah infusan yang menggantung dan menyambung ke tangannya. Dia pun melihat pakaian yang dikenakannya saat ini yang tak lain adalah seragam untuk pasien rumah sakit. "Bapak sudah sadar?" Tanya seorang dokter perempuan dengan ramah, yang masuk ke ruangan tersebut bersama seorang perawat yang mengikutinya di belakang.
Dokter itu tak lain adalah dr. Liliana Mahendra, anak dari pemilik rumah sakit Mahendra Medical Center (MMC), dr. Mahendra.
"Cantik" reflek Theo mengucap kata itu pelan. Namun masih terdengar oleh dokter perempuan itu walau samar.
Tentu saja cantik, semua orang mengakuinya, bahkan banyak diantaranya yang menyebutnya mirip artis korea Kim Ji-Won.
Selain itu, walaupun tidak pernah perawatan khusus, tapi wajah dan tubuhnya putih mulus bak porselen. Juga rambut panjang sepunggung dengan poni tipis panjang setengah wajah yang tak menutupi dahi terlihat meliuk ke arah telinga. Hal tersebut mampu menghipnotis para pria.
"Kenapa pak?" Dokter itu pun ingin memastikan apa yang didengarnya barusan. Dia takut salah mendengar, juga tak ingin merasa kepedean. Selain itu diapun ingin memastikan jika pasiennya tidak mengalami keluhan pasca operasi.
Namun Theo hanya menggelengkan kepalanya malu.
"Baiklah, perkenalkan nama saya dr. Liliana. Saya yang sudah mengoperasi kaki bapak beberapa jam yang lalu. Setelah ini bapak akan dipindahkan ke ruang perawatan ya pak. Bapak harus istirahat total saja. Saya akan pantau 2x sehari selama satu minggu ke depan. Boleh saya tahu nama bapak siapa?" Tanya dr. Liliana. Pasalnya pihak rumah sakit belum mengetahui identitas pasien, karena menurut petugas ambulance yang membawanya, mereka tidak menemukan kartu identitas ataupun dompet di sekitar TKP.
"Theo" jawabnya singkat.
"Baiklah, bapak Theo. Apakah bapak tahu kenapa bapak sampai berada di rumah sakit ini?" Tanya dr. Liliana pelan dan lembut.
Lagi-lagi Theo hanya menggelengkan kepalanya. Tak lantas menjawab, dia hanya mengagumi sosok cantik tersebut. Bahkan dalam hatinya merasa seperti menemukan sesuatu yang pernah hilang. Sungguh aneh bukan?
dr. Liliana pun tersenyum menanggapinya. Tidak heran untuk seorang pasien kecelakaan untuk tidak mengingat apa yang mereka alami.
"Sebenarnya bapak tadi mengalami sebuah kecelakaan di lampu merah yang tidak jauh dari rumah sakit ini. Sehingga bapak mengalami cedera yang cukup parah pada tulang kaki, tapi sekarang sudah tidak apa-apa, tinggal pemulihan saja. Maaf, kami melakukan operasi darurat dikarenakan keadaan bapak yang kami golongkan menjadi pasien trauma". dr. Liliana dengan penjelasan yang panjang lebarnya. Sementara Theo hanya mengangguk tanda paham. Tersenyum, dengan senyuman yang tak biasa.
/0/16611/coverorgin.jpg?v=eeefc1165138c107bcb6fb0b036f5215&imageMogr2/format/webp)