Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Ibu aku pergi dulu!"
Teriakan seorang gadis yang terburu-buru, dengan mulut yang menggigit sepotong roti bakar, berlapis selai coklat di dalamnya. Dia begitu saja meninggalkan meja makan, sambilmemakai sepasang sepatu sebelum akhirnya meninggalkan rumah.
"Hati-hati di jalan, Sayang. Jangan lupa habiskan sarapanmu!" Seorang Ibu menjawab dari dapur.
Tidak sempat untuk mencium kening putrinya, dikarenakan ia yang masih mencuci piring, sedangkan putrinya tergesa-gesa ingin pergi sekolah.
"Anak itu tidak pernah berubah," gerutunya, sambil membersihkan tangan yang penuh busa dengan air mengalir selanjutnya dia mengeringkan pada helai kain bajunya.
Wanita kurang lebih berusia 40 tahun itu, kembali melanjutkan mencuci piring yang sempat terhenti karena ulah Angel Wings.
Ya, gadis bertubuh gempal yang baru saja berlari tadi, memiliki nama Angel Wings. Tidak salah jika mendengar nama itu.
Nama indah yang kedua orang tuanya sematkan kepada putri mereka. Harapan besar digantungkan kedua orang tua untuk putra-putri mereka. Termasuk Angel yang mulai masuk SMA.
Sementara itu Angel masih berusaha untuk berlari, dengan sepotong roti di dalam mulutnya.
Angel tidak bisa makan dengan benar. Bayangkan saja, dia makan sembari berlari? Jelas itu sangat tidak baik. Bisa saja tindakan ceroboh ini akan membuat Angel terluka.
"Sial ... Mengapa aku harus bangun terlambat? Aku sudah memasang alarm di pukul enam pagi, tapi kenapa aku tetap terlambat juga?"
"Ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Aku harus segera sampai di sekolah, sebelum gerbang sekolah menutup nantinya."
Angel terus memacu kecepatan larinya. Dia seperti apa? Angel bukan seperti wanita atau orang-orang pada umumnya. Angel memiliki sisi lain yang tentu saja membuat dirinya rugi. Berat badannya melebihi rata-rata remaja seusianya.
"Aku harus segera sampai di sekolah."
Daerah ini sulit untuk menemukan angkutan umum. Kediaman yang Angel tinggali jaraknya cukup jauh dari halte bus setempat.
Angel berusaha untuk bangun tepat waktu, meskipun dia sudah memasang alarm tetap saja ia masih kesiangan. Sembari memakan sepotong roti yang sudah Ibunya siapkan, Angel akhirnya sampai di halte bus tersebut.
"Di mana busnya? Ini sudah pukul 08:00, Waktu setempat, apa busnya sudah lewat?"
Sudah lewat lima menit dari jadwal kedatangan bus. Tubuh yang gempal membuat lari Angel menjadi tersendat. Dengan berat tubuh mencapai delapan puluh kilogram jelas membuat Angel sulit untuk bergerak cepat.
Buktinya ketika berlari. Jarak rumahnya dengan halte bus hanya berjarak beberapa ratus meter saja, akan tetapi bagi Angel terasa ribuan kilometer.
Dia memakan lagi sisa potongan roti yang masih tersisa di tangan kanan. Lalu, mengunyahnya dengan sangat baik, sesekali Angel melihat arloji di tangan kiri, menengok kanan kiri tidak ada tanda-tanda kendaraan akan lewat.
"Aku sudah sangat terlambat!" pekiknya cemas. Hatinya gelisah membuat dirinya tak bisa berdiri diam.
"Apa yang harus aku perbuat? Jika terus menunggu sampai bus selanjutnya datang, maka aku akan sangat terlambat …"
"Berpikir Angel …" gumamnya, sambil mengunyah roti itu sampai habis.
BRUS ….
"Aaaaa …" Suatu yang menjijikkan telah membasahi bajunya. Melaju dari kejauhan dengan kecepatan penuh.
Ketika sedang berpikir, tiba-tiba supercar berwarna merah lekat lewat di depan Angel. Karena di wilayah itu habis hujan kemarin malam, hasilnya menciptakan genangan di dekat halte ketika supercar itu lewat, maka air genangan yang kotor tersebut menyiprat kepada Angel.
Ya, bajunya yang berwarna putih dan masih baru harus kotor akibat sebagian air genangan itu menyiram pakaiannya.
"Ya! Hei orang kaya!"
Angel memanggil pengemudi itu. Dia mengacung-acungkan tangannya, serta membesarkan matanya. Menaikkan suaranya agar teriakannya terdengar. Namun, supercar itu tak mau berhenti.
"Aaaa …. Dasar kau orang kaya! Semoga hidupmu selalu sial, untuk selama-lamanya!"
Angel mengutuk keras pengemudi itu. Siapa saja yang ada di balik setir mobil tersebut, akan mengalami hidup sial semasa hidupnya. Itu yang Angel harapkan. Sebagai balasan atas kekacauan yang diperbuat pengemudi tadi.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Pakaianku basah dan kotor. Aku tidak mungkin ke sekolah dengan pakaian seperti ini."
Frustasi, sakit, dan merasa hancur. Tiga perasaan yang menggambarkan Angel sekarang. Teruntuk pengemudi itu, Angel berterima kasih. Sebab apa? Karena dia sudah membuat Angel harus merasa malu.
Tanpa malu dengan kondisinya Angel akhirnya sampai di kelas. Dia masuk dengan kepala yang tertunduk ke bawah, sembari menahan malu.
Guru yang mengajar terus mencicit memarahi dirinya. Sedangkan teman-teman yang lain terus menertawakan dirinya juga.
"Lihat! Dia sangat kotor. Kelas kita kedatangan seorang pemulung … Hahaha. Lihat pakaiannya, hahaha," ejek salah satu murid.