Di ruang VIP sebuah kelab malam.
"Apakah Anda yang bernama Hans?"
Seorang gadis muda tiba-tiba masuk, berdiri di depan Hans, lalu bertanya dengan nada menantang. Wajahnya cantik, hidung bangir, bibir mungil berwarna merah muda. Kulitnya yang putih tampak bercahaya di bawah pantulan lampu yang berwarna keemasan.
Hans yang sedang mengisi gelas minumannya merasa terusik, refleks menoleh ke sumber suara yang menyebut namanya.
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Hans dingin.
Menatap tajam pada gadis itu, tanpa memedulikan tatapan kagum para pria lainnya yang sedang duduk bersamanya.
"Bagus, berarti aku tidak salah orang," jawab gadis itu ketus.
Tangannya mengepal, lalu dalam kecepatan kilat pukulannya melayang ke wajah Hans. Hans tersandar tidak siap mendapat serangan yang begitu tiba-tiba.
Semua orang berseru kaget melihat seorang Hans yang terkenal dingin dan kejam pada wanita di pukul dengan mudahnya di tempat umum. Yang lebih mengagetkan lagi pelakunya adalah seorang gadis cantik yang terlihat masih sangat muda.
"Apa yang kau lakukan?!" sergah Hans dengan amarah tertahan.
Ia berdiri, memposisikan diri tepat di depan gadis itu. Membuat kesenjangan tinggi tubuh mereka terlihat begitu jelas. Gadis itu mendongak, membalas tatapan Hans dengan sepasang bola mata yang menyala-nyala.
"Kau telah menyakiti sahabatku, itu adalah balasan karena kau telah mempermainkan hatinya," jelas gadis itu tanpa rasa takut.
"Siapa nama sahabatmu itu? Bawa ke sini biar aku kasih pelajaran karena telah berani memfitnahku," kecam Hans.
"Tidak perlu. Semuanya sudah jelas, kau adalah orang yang telah berkhianat dan membuatnya menangis. Sekarang kau berurusan denganku," sergahnya, kembali melayangkan pukulan ke pipi Hans.
Namun, kali ini Hans sudah memprediksi serangan itu. Tangannya bergerak cepat, menangkap tangan gadis itu lalu menahannya dengan kuat.
"Lepaskan tanganku!" teriaknya.
"Tidak semudah itu, Nona. Tanganmu sudah lancang memukulku, berarti kau harus siap menerima hukuman," ancam Hans dengan seringai kemenangan di bibirnya.
"Kau ingin balas memukulku? Silakan saja, aku tidak takut!" tantangnya sambil terus meronta, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hans.
"Begitukah? Kalau begitu terimalah ini."
Hans melayangkan tangannya yang satu lagi, membuat gadis itu spontan menutup mata karena takut.
Namun, bukan pukulan yang ia terima, melainkan sebuah lumatan kasar di bibirnya yang ranum.
"Hmmmp ... hmmmph," gadis itu berusaha menyuarakan protes, tetapi percuma karena Hans bagaikan singa yang lapar terus melumat bibir mungil itu dengan buas.
"Apa yang kau lakukan?!" protes gadis itu, terengah-engah begitu Hans melepaskan bibirnya.
"Berhentilah memakiku, Nona. Apa kau ingin merasakan hukuman berikutnya? Tetapi aku tidak janji jika rasanya akan tetap sama," ancam Hans, bersiap mendekatkan wajahnya kembali.
Gadis itu mendorong wajah Hans sekuat tenaga.
"Dasar pria mesum. Akan aku laporkan kau ka—mmmphhh,"
"Aduuuh, Shenka. Apa-apaan kamu?"
Tiba-tiba seorang gadis lainnya datang langsung menutup mulut gadis yang ia panggil dengan nama Shenka itu.
"Maaf, Pak. Maaaaf. Teman saya salah paham. Maafkan saya, maaf," pintanya sambil menundukkan kepala berkali-kali.
Tanpa memedulikan pandangan orang-orang yang sedang kebingungan, ia pun menyeret Shenka meninggalkan ruangan VIP itu.
"Apa-apaan sih, Mila? Kenapa kamu meminta maaf kepada bajingan itu?" protes Shenka setelah mulutnya bebas dari jari-jari Mila.
"Aduh, Shen. Kamu tuh salah orang."
"Salah orang gimana? Kamu bilang bajingan itu bernama Hans, pengunjung VIP di kelab ini."
"Memang benar, tetapi bukan pria yang tadi kamu pukuli. Ya, Tuhaaan. Habislah riwayatku," erang Mila dengan wajah pucat.
"Aku gak ngerti, deh. Salah orang gimana? Jelasin dong, Mil."
"Pria yang mempermainkanku namanya Hans Daromesh. Sementara pria tadi, namanya Hans Fernandes Adalrich, pria terkaya di kota iniii," jelas Mila.
"Pria tadi ... dari keluarga ... Adalrich?" tanya Shenka terbata.
"Ya, dia adalah generasi ketiga keluarga Adalrich yang terkenal dingin dan kejam pada perempuan. Kelab ini salah satu miliknya, dan kau berhasil membuatku jadi pengangguran."
Shenka terdiam. Bola matanya berputar, menandakan dirinya sedang berpikir keras.
"Sudahlah, tenang saja. Jika dia memecatmu, masih ada aku yang akan mengurusmu," katanya kemudian, lalu merangkul bahu Mila dengan cuek.
"Bagaimana kamu bisa mengurusku? Hidupmu sendiri tidak jelas," sungut Mila.
"Sudaaah, percaya deh sama aku. Kamu ga bakal jadi pengangguran kok. Sekarang ayo kita pulang, kamu harus tidur cepat malam ini biar besok semangat lagi," sambungnya.
***
Sementara itu di dalam kelab, Hans duduk dengan wajah tegang. Seumur hidupnya baru kali ini ia dipermalukan begitu oleh perempuan.
"Siapa gadis tadi?" tanyanya pada Rovan, manajer kelabnya itu.
"Saya tidak tahu namanya, Pak. Tetapi sering melihat dia datang menjemput karyawan kita yang bernama Mila."
"Jadi sahabatnya itu bernama Mila? Mulai besok pecat dia. Aku tidak butuh karyawan yang punya teman minim attitude seperti itu," perintah Hans dingin.
/0/7047/coverorgin.jpg?v=20250122182427&imageMogr2/format/webp)
/0/12389/coverorgin.jpg?v=20250123144638&imageMogr2/format/webp)
/0/4605/coverorgin.jpg?v=20250121182556&imageMogr2/format/webp)
/0/18078/coverorgin.jpg?v=20240701114450&imageMogr2/format/webp)
/0/2268/coverorgin.jpg?v=20250120165833&imageMogr2/format/webp)
/0/4979/coverorgin.jpg?v=20250121182959&imageMogr2/format/webp)
/0/4056/coverorgin.jpg?v=20250121182037&imageMogr2/format/webp)
/0/15065/coverorgin.jpg?v=20250123120501&imageMogr2/format/webp)
/0/15887/coverorgin.jpg?v=20240408181857&imageMogr2/format/webp)
/0/18902/coverorgin.jpg?v=20240918152605&imageMogr2/format/webp)
/0/2973/coverorgin.jpg?v=20250120143228&imageMogr2/format/webp)
/0/2815/coverorgin.jpg?v=20250120160155&imageMogr2/format/webp)
/0/6559/coverorgin.jpg?v=45d6c5c69d9d87862b83435260019af8&imageMogr2/format/webp)
/0/12500/coverorgin.jpg?v=befb16d69d2aa39dd63d3fea97482a83&imageMogr2/format/webp)
/0/7523/coverorgin.jpg?v=20250616185145&imageMogr2/format/webp)
/0/16864/coverorgin.jpg?v=adf95f7a3362026d360844632bb99819&imageMogr2/format/webp)
/0/21897/coverorgin.jpg?v=31156dc72b2797871c94a083151f0cce&imageMogr2/format/webp)