Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sultan Dalam Bayang-Bayang

Sultan Dalam Bayang-Bayang

Van Winata

5.0
Komentar
45
Penayangan
10
Bab

Gilang Chao adalah seorang seorang anak dari keluarga paling kaya di Indonesia bernama keluarga Chao yang memiliki arti berlimpah karena keluarga ini amat sangat kaya karena mereka adalah raja minyak bumi dunia. Namun, Gilang Chao tak bisa terang-terangan mengakui kalau dirinya adalah anak keluarga Chao. Ia harus menyembunyikan identitasnya terutama setelah ia menikahi Maya Lian dari keluarga Lian yang berarti cahaya yang terang. Keluarga Istrinya ini diisi oleh orang-orang terkenal juga dimana sangat mementingkan status sosial. Gilang Chao selalu direndahkan karena dirinya yang hanya orang biasa, tapi ia dipaksa menikahi Maya Lian karena keluarga Maya berhutang budi kepada Ibu Gilang, Dina Chao karena telah mendonorkan jantung kepada Maya Lian dengan syarat Maya harus menikah dulu dengan Gilang. Dina punya rencana kenapa ia sampai melakukan itu. Gilang pun tahu sebabnya karena ada cinta segitiga dimana Maya sangat diperebutkan oleh seorang konglomerat saingan keluarga Chao, yaitu Raka Feng dari keluarga Feng yang artinya abadi. Keluarga Feng ingin menjadi penguasa dengan menumbangkan kerajaan keluarga Chao, maka dari itu Gilang harus membuat Raka hancur dengan menikahi Maya yang berhutang nyawa kepada Ibu Gilang. Maya tak suka dengan GIlang begitu juga sebaliknya, namun Gilang mulai merasa ada getaran rasa yang tak biasa di hatinya. Ia pun mulai mencoba merebut hati Maya dengan sungguh-sungguh sambil juga membuat Raka hancur. Apakah Gilang akan berhasil melakukannya?

Bab 1 Menantu Miskin Rendahan

Menantu Rendahan

"Gilang, bangun! Cepat cuci baju dan piring kotor sisa semalam!" teriak Marsita Lian, Ibu mertua Gilang Chao yang sangat membenci Gilang.

Gilang masih setengah sadar karena ia tidur pulas sekali. Ia tak langsung menjawab Ibu Mertuanya itu sampai Istrinya, Maya Lian, yang tidur di sampingnya menendang tubuh Gilang sampai jatuh dari kasur. "Kalo dipanggil Mama tuh nyaut napa sih! Berisik banget pagi-pagi!"

Gilang kaget sekali ketika ia jatuh karena ditendang. Ia ingin marah, tapi tak bisa. Karena, yang menendangnya adalah Istrinya yang ia cintai.

Gilang sudah setahun menikah dengan Maya. Mereka menikah karena sebuah kondisi yang memaksa mereka, lebih tepatnya memaksa Maya.

"Iya, Mah!" Gilang akhirnya menyahuti Ibu Mertuanya.

"Bikinin sarapan juga!" teriak Marsita lagi dari luar.

Gilang akhirnya keluar dari kamar dengan mata masih mengantuk karena lelah semalam.

Bukan lelah karena hubungan suami istri dengan Maya, tapi lelah karena setiap hari Gilang selalu menjadi pembantu di rumah ini. Tak pernah sekalipun ia dianggap menantu oleh Marsita, apalagi dianggap suami oleh Maya.

Gilang menumpang hidup dengan keluarga Lian karena ia tadinya adalah keluarga miskin.

Gilang berasal dari keluarga Chao yang kini hanya sebatang kara saja. Ia tak punya keluarga lagi karena Ibunya sudah meninggal.

Bukan meninggal karena usia tua, tapi karena sebuah kesepakatan dengan Marsita.

Ibu Gilang, Dian Chao, meninggal karena mendonorkan jantungnya untuk Maya yang gagal jantung dan hampir meninggal.

Dian sudah sangat lama mendaftarkan diri di rumah sakit Hao Tao Hospital sebagai pendonor organ tubuh. Tak disangka, dari semua calon pendonor, hanya Dian saja yang cocok untuk mendonorkan jantungnya.

Gilang sempat melarang ibunya. Sejak lama ia tak setuju Ibunya mendonorkan organ tubuhnya karena Gilang tak mau kehilangan Ibunya yang merupakan keluarga satu-satunya.

Namun, untuk mengobati kerinduan Gilang padanya nanti, ia membuat satu syarat kepada Marsita. "Aku tak mau kamu membayar jantungku. Tapi, sebagai gantinya kamu harus menikahkan dulu anakmu Maya dengan Gilang."

Baik Marsita dan Maya sama-sama menolaknya, namun kondisi Maya sudah sangat kritis dan hanya Dina yang bisa menyelamatkannya.

"Baiklah, baiklah! Gilang akan menikah dengan Maya!" kata Marsita.

Gilang dan Maya pun menikah di rumah sakit dan hanya dihadiri oleh Dina dari pihak keluarga Chao dan beberapa anggota keluarga Lian yang menjenguk.

Setelah mereka menikah, barulah Dina menjalankan operasi donor jantungnya kepada Maya dan berhasil.

Itu sudah setahun yang lalu, sekarang mereka sudah hidup serumah dan GIlang tak pernah dianggap berjasa karena yang mereka hormati hanyalah Dina Chao.

"Cepetan Gilang! Maya mau berangkat kerja!" kata Marsita.

"Iya Mah!" kata Gilang berusaha keras menahan kesalnya karena disuruh-suruh terus.

Gilang selesai masak dan ia melihat Maya sudah keluar dari kamar dengan pakaian kerja yang rapih dengan rok span selutut lebih dikit, dan kemeja putih yang tampak ketat terutama dibagian dada.

Gilang yang tadinya kesal karena diperintah terus, langsung reda marahnya begitu melihat Maya.

Maya menyadari kalau ia sedang dilihati oleh Gilang. "Buruan napa bawa makanannya ke meja! Aku terlambat nih gara-gara sarapannya lama!"

Lain sekali efek yang GIlang rasakan. Ia tak marah sama sekali begitu Maya yang menyuruhnya.

Marsita dan Maya makan bersama. Sementara Gilang hanya bisa makan makanan sisa dari masakannya di belakang sambil mencuci piring dan penggorengan bekas masak.

"Kamu kapan mau ceraikan si Gilang?" tanya Marsita.

Suara mereka mengobrol terdengar dari dapur tempat GIlang mencuci piring. Ia mengecilkan keran airnya agar bisa mendengar lebih jelas.

"Mama nanya itu mulu deh!" kata Maya kesal karena Ibunya bertanya hal yang sama terus setiap beberapa waktu sekali.

"Ya iyalah! Kamu udah setahun sama dia dan kamu ga bahagia, Mama tahu itu."

"Ga segampang itu tahu, Mah! Mama ga inget apa Ibunya Gilang udah ngelakuin apa?"

Gilang jadi teringat dengan IBunya yang sudah tak ada lagi. Ia ingin marah dengan kondisinya sekarang, tapi tidak bisa. Itu sama saja tidak mensyukuri hidup.

Tiba-tiba, ponsel Gilang bergetar tak bersuara karena disilent. Gilang melihat sebuah nomor yang tak ia kenal menelfonnya. Ia pun mengangkatnya dan berbicara dengan suara pelan agar tidak ketahuan sedang menelfon.

"Halo?"

"Selamat pagi, Sultan Gilang."

Suara siapa ini? GIlang tak mengenalnya, terlebih lagi ia seumur hidup tak pernah dipanggil Sultan oleh seseorang, malah ia sekarang jadi kacung!

"Maafkan saya baru menghubungi anda setelah 25 tahun lamanya."

"Tunggu, tunggu, kamu siapa?" GIlang jadi penasaran.

"Saya adalah Fiko, asisten pribadi Nyonya Dina Chao."

Fiko? Gilang tak pernah mendengar nama itu. Sejak kapan Ibunya punya asisten pribadi sedangkan sejak kecil GIlang sudah hidup miskin?

"Anda mungkin tidak mengenal saya karena Almarhum Nyonya Dina menyimpan rapat semua rahasia keluarga Chao dari anda."

"Rahasia keluarga Chao? Bukannya selama ini saya hidup sebatang kara bersama Ibu saya saja?"

"Tidak, Sultan. Anda memiliki keluarga yang sangat powerfull di dunia. Keluarga Chao, khususnya Almarhum Nyonya Dina adalah raja minyak saat ini. Ia menginvestasikan semua uangnya untuk bisnis minyak yang kini setelah 25 tahun lamanya akhirnya ia berhasil mencapai puncak kekayaan yang sulit sekali ditandingi. Surat wasiat dari Nyonya Dina menuliskan secara sah menyerahkan semua bisnis dan saham minyak itu kepada anda, Sultan Gilang."

Gilang nyaris tak bisa berdiri lagi setelah mendengar itu. Kakinya sangat lemas.

Selama 25 tahun ini ia hidup sangat susah. Ibunya selalu berhutang kepada tetangga, pemilik warung, tukang sayaur, siapa saja hanya demi menghidupinya. Tapi, ternyata selama ini Ibunya menginvestasikan semua uang yang ia punya untuk saham minyak dan setelah selama ini, ia sekarang resmi menjadi raja minyak karena kepemilikan saham dan kepemilikan ladang minyak bumi terbesar di dunia!

"Sultan Gilang kalau ada waktu kita harus bertemu dan aku akan menjelaskan semuanya kenapa ini bisa terjadi," kata Fiko.

Sementara itu, "Gilang! Lama banget sih cuci piring doang. Cepet cuci mobil sama motor!"

"Iya, Mah!... Fiko, nanti aku hubungi lagi. Terima kasih ya," kata Gilang kemudian mematikan telfonnya.

Ia sangat senang sekali mendengarnya. Gilang nyaris menangis ketika tahu bahwa dia ternyata adalah orang kaya!

"Ibu, terima kasih!" kata Gilang kepada Ibunya yang sudah tak ada lagi.

Semua ini sudah disiapkan oleh Dina, termasuk dengan menikahkan Gilang dengan Maya, anak Marsita Lian dari keluarga Lian.

Sebuah konflik keluarga yang sangat pelik menanti Gilang di depan sana. Dina tak sanggup menanggungnya sendiri, jadi ia menyerahkan tugas ini kepada Gilang.

Untuk sementara, Gilang masih bisa menikmati status barunya yang tak pernah terbayangkan olehnya.

Sultan Gilang, sang raja minyak baru!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku