Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
24
Penayangan
6
Bab

"Michelle, apa kau tak bosan menjadi wanita nakal seperti itu? Kapan kau akan berhenti melakukan hal-hal bodoh?" "Bukan urusanmu." "Dasar wanita jalang!" "Diam!" wanita itu berteriak, "Jika kau tak tahu apa-apa, maka lebih baik tutup mulutmu dan jangan ikut campur urusan orang lain!"

Bab 1 Prolog

Keadaan rumah itu begitu mencekam.

Seorang wanita datang dengan penuh ketakutan. Wajahnya memerah dan badannya penuh luka lebam. Dia meringis kesakitan sekaligus bersyukur karena kaki lemahnya masih bisa lari dari kejadian itu.

Tatkala masuk ke dalam rumah, wanita itu terkejut karena kondisi rumah begitu berantakan. Figura foto berjatuhan, puluhan gelas pecah dan barang-barang sudah tak berada dalam posisinya.

Dia mengunci pintu rapat-rapat. Seberusaha mungkin jendela dia tutup meski kondisi rumahnya sudah hancur.

Dengan merangkak, wanita itu perlahan memanggil-manggil nama seseorang yang berada di dalam rumah itu. Kamar demi kamar dia singgahi, berharap seseorang itu ada dan baik-baik saja.

Matanya tak bisa menahan tangis saat melihat kondisi rumahnya begitu hancur dan tak menyisakan satu barang yang masih bagus. Hatinya begitu takut dan selalu berharap bahwa seseorang di dalam sini masih bisa menyaut panggilannya.

Tangannya gemetar. Beberapa saat dia baru sadar bahwa kakinya berdarah karena terkena gesekan pecahan kaca. Wanita itu sudah tak mampu berdiri tegak. Lututnya begitu lemas dan sakit sekali karena pukulan dari orang-orang jahat tadi.

Meski seperti itu, dia masih tetap bersyukur karena bisa keluar dan kabur dari tempat yang sangat keji itu. Ada sedikit harapan untuk hidup dan kembali bersama dengan orang yang dia cintai.

Sementara itu, rumahnya sangat gelap. Hanya cahaya remang-remang dari lampu luar yang mampu menyinari sedikit isi rumah itu. Beberapa kali wanita itu meraba-raba barang yang ada di depannya dan berusaha mengingat benda apa yang dia pegang. Semua sudah tak berbentuk dan hancur tak karuan.

Dia tak tahu bagaimana cara para penjahat itu menghancurkan seluruh isi rumahnya.

"Matt?" wanita itu masih memanggil dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Rumah berlantai dua itu, cukup membuat dia kesulitan mencari suaminya.

Tapi dengan segala rasa cinta dan khawatir yang begitu besar, dia berusaha mencari sang suami dengan apa pun itu caranya.

Lantai dua sedang ia tapaki. Rasa perih karena luka di sekujur tubuhnya tak membuat wanita itu menyerah. Pintu yang sudah terbuka semuanya ia masuki satu persatu, berharap orang yang dia cari ada di salah satu ruangan itu.

"Chelle...." suara lirih yang ia dengar di ujung ruangan mampu membuat wanita itu tersentak kaget. Seperti ada energi baru yang tiba-tiba muncul, dia berusaha merangkak dengan cepat sambil terus memanggil-manggil namanya.

"Aku di sini...." suara itu begitu pelan dan lemah.

Dengan cepat dia membuka pintu.

"Matt!" wanita itu berteriak saat melihat pria yang ada di hadapannya begitu kesakitan. Tangan dan kakinya diikat. Hidungnya mengeluarkan darah dari luka lebam berada di sekujur tubuh. Pria itu hanya mengenakan celana pendek. Badannya penuh dengan luka gores dan luka lebam yang entah bagaimana para penjahat itu lakukan kepadanya.

Wanita itu memeluk suaminya dengan erat sambil menangis. Dia tak menyangka ternyata orang-orang jahat itu selalu berusaha menghancurkan keluarganya dan menyakiti suaminya sendiri. Rasanya ingin mengakhiri semua itu dengan segera namun wanita itu tahu, bahwa kejahatan ini tak mudah untuk dihentikan.

Banyak sekali kejadian demi kejadian yang tak bisa diceritakan dengan gamblang. Dimulai dari penculikan, teror setiap malam, fitnah di mana-mana dan berbagai hal yang mampu membuat rumah tangga mereka goyah.

Selama kurun waktu empat tahun itu, cobaan selalu datang bertubi-tubi di kehidupan mereka hanya karena ketidaksukaan seseorang terhadap kedua manusia itu.

Keteguhan hati wanita itu cukup membuat para penjahat merasa marah dan ingin menghancurkan kehidupannya. Tak banyak yang tahu bahwa keadaan sepasang suami istri itu begitu hancur, namun harus saling menguatkan satu sama lain.

"Apa yang mereka lakukan kepadamu? Mengapa kau menjadi seperti ini?" wanita itu menangis sambil berusaha mengusap darah segar yang keluar dari hidung suaminya. Tentu, ada rasa sakit yang begitu luar biasa saat melihat sosok yang dia cintai begitu rapuh seperti itu. Ingin berusaha melawan para penjahat, namun apa daya bahwa dirinya sendiri pun rapuh.

Tatapan pria itu penuh cinta. Ada rasa bersalah karena tak bisa melindungi istrinya sendiri dari kejahatan para penjahat itu. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, pria itu berusaha menggapai pipi istrinya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Air mata jatuh tak terbendung. Sorot matanya begitu menyiratkan bahwa dia benar-benar mencintai wanita yang ada di depannya saat ini.

"Kakimu...." lirih pria itu pelan. Dia mengusap kaki sang istri yang terluka cukup parah.

"Aku baik-baik saja, Matt. Kau tak usah khawatirkan aku. Aku hanya takut kau tak bisa bertahan. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."

Tangis wanita itu pecah. Dia tak tahu kapan cobaan itu akan berakhir, dan dia juga tidak tahu kapan para penjahat itu bosan dengan perlakuannya. Lelah sekali rasanya ketika harus menghadapi sebuah kehidupan yang begitu pahit, namun lagi-lagi dia tak mau menyerah karena dia menganggap bahwa semua ujian itu adalah cara Tuhan dalam menguji apakah mereka berdua kuat atau tidak dalam menjalani sebuah hubungan.

"Apa yang telah mereka lakukan kepadamu?" tanya wanita itu lagi. Mulut Matt seperti kaku untuk menjelaskan semuanya. Dia merasakan sakit di sekujur tubuh hingga untuk berbicara pun rasanya sakit. "Aku sungguh heran mengapa mereka begitu jahat kepada kau. Aku tak habis pikir kapan semua ini akan selesai. Matt, tolonglah bertahan untukku. Aku ingin kau baik-baik saja dan kita akan melanjutkan rumah tangga ini."

Matt tersenyum. Ada rasa takut ketika dirinya yang rapuh ini, malah membuat sang istri semakin menderita karena kepergiannya. Dia tak mau meninggalkan wanita yang ada di hadapannya ini sendirian.

Setelah semua hal terjadi, entah suka ataupun duka, Matt merasa bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang bisa memahami dia dan bahkan rela berkorban apa pun untuk kebersamaan itu.

Namun dirinya juga tak bisa berbohong bahwa saat ini dia benar-benar kesakitan. Tubuhnya begitu lemah dan terasa sakit jika digerakkan. Sesekali dia meringis saat tulang-tulang di tubuhnya terasa linu. Luka lebam sudah tak dia hiraukan. Dia hanya takut jika saat ini adalah saat-saat kepergiannya.

"Aku mencintaimu...." lirih Matt di pelukan istrinya. Wanita itu menangis dan berusaha menguatkan sang suami. Suasana gelap benar-benar tak lagi dia pedulikan. Dia hanya berharap dan berdoa agar suaminya bisa bertahan dan kembali sehat seperti biasa.

"Kau tak boleh pergi, Matt. Kau membiarkan aku mati di dunia ini jika kau pergi meninggalkanku."

Matt menangis, "Sakit sekali. Aku tak kuat."

Wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia berusaha tegar walau hatinya benar-benar hancur. Baru kali ini dia mendengar suaminya pasrah atas apa yang menimpanya saat ini. Entah apa yang dilakukan oleh para penjahat itu hingga membuat pria itu benar-benar tak berdaya.

"Kau harus kuat demi aku. Kau harus bertahan." tak peduli dengan kondisi tubuhnya, wanita itu berusaha bangkit dan mengangkat tubuh suaminya untuk dibawa ke rumah sakit. Rasa sakit telah dia rasakan semuanya, dan dia tak tahu harus mengawalinya dari mana lagi.

...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Siti Maisyaroh

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku