Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Cold Partner

My Cold Partner

Everlast

5.0
Komentar
38
Penayangan
4
Bab

"Hanya Gio harapan satu-satunya agar perusahaan kita tidak bangkrut. Sebagai anak, kamu harus mengerti. Hitung-hitung ini sebagai balas jasa pada kami karena sudah membesarkanmu." "Tapi, Bu...." "Ibu tidak mau mendengar penolakan! Mau tidak mau kamu akan tetap menikah." Kenyataan yang sangat pahit mendera Yumi, seorang gadis berusia 20 tahun yang dipaksa menikah dengan pria yang terpaut lebih tua darinya demi keselamatan perusahaan keluarga mereka. Gadis itu tidak bisa menolak jika itu permintaan dari Ibunya. Namun, apakah Yumi bisa menjalani pernikahan mendadak dan penuh paksaan ini? Akankah gadis itu bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri? Apakah dia akan bertahan, atau... meninggalkan pria itu?

Bab 1 Perjodohan

"Ini sudah keputusan keluarga. Mau tidak mau, kamu akan tetap menikah dengan Gio!"

"Tapi, Bu...."

Plak!

Sita menampar Yumi, anak tirinya. Gadis itu hanya bisa menangis sesenggukan sembari memegang pipi kirinya yang terasa kebas karena tamparan Sita.

"Pak, Yumi masih harus kuliah. Yumi masih mau belajar." Yumi memohon sambil berlutut di depan Papanya.

Sedangkan Seto, Bapak Yumi hanya membuang muka. "Menikahlah, Nak. Turuti apa yang dikatakan Ibumu. Itu sudah menjadi keputusan bersama."

"Lagipula, untuk apa kamu kuliah? Punya gelar pun tidak menjamin kamu akan menjadi orang sukses." Sita menyahut dengan emosi.

"Hanya Gio harapan satu-satunya agar perusahaan kita tidak bangkrut. Sebagai anak, kamu harus mengerti. Hitung-hitung ini sebagai balas jasa pada kami karena sudah membesarkanmu," tambah Sita.

Yumi memang darah daging Seto. Keluarga mereka sangat terpandang di wilayahnya. Namun, Yumi hanyalah anak dari istri muda Seto yang dinikahinya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Sita. Akan tetapi, ibu kandung Yumi meninggal sesaat setelah melahirkan.

Seto sempat berniat membawa Yumi ke panti asuhan, akan tetapi hati kecilnya menolak keras. Dia juga mencintai Yumi kecil, darah dagingnya sendiri. Dengan terpaksa Seto membawanya ke rumah Sita. Memohon pada istrinya agar mau merawat Yumi dan tidak memberitahu Yumi kalau dia hanya anak tirinya saja. Seto cukup lelah membujuk Sita, pada akhirnya wanita itu setuju dengan syarat Seto tidak akan menuntut bagaimanapun cara Sita akan merawat Yumi nantinya. Pun semua keputusan dalam keluarga beralih kepada Sita.

***

Keesokan harinya Yumi menemui Bapaknya yang masih di kantor. Dia berniat membujuk Seto agar mau membatalkan perjodohan yang direncanakan untuknya.

"Bapak tidak bisa menolak, Yumi. Ibu sudah membuat keputusan, dan tugasmu adalah mengikuti semua alurnya!" Dengan keras Seto membantah saat Yumi memohon padanya.

Sambil menangis Yumi terus memohon pada Seto, "Tapi Bapak kepala keluarga. Jelas Bapak bisa merubah keputusan ini. Ayolah, Pak... bantu Yumi."

Seto terlihat menahan air mata. Dia membuang muka tak mau melihat putri bungsunya itu. Sebenarnya dia tidak mau melihat Yumi sampai putus kuliah. Namun, mengingat perjanjian yang telah dia setujui dua puluh tahun silam, Seto tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kenapa Bapak nggak bisa tegas? Yumi anak Bapak juga! Bapak selalu saja mengalah pada Ibu. Apa memang selalu seperti itu? Sampai-sampai Yumi harus dikorbankan." Amarah Yumi menggebu-gebu.

Seto menatap Yumi dengan dingin, lalu membentaknya dengan berkata, "Semua ini Bapak lakukan demi kamu. Demi kamu, Yumi!"

Gadis itu terperanjat kaget. Tidak biasanya seperti ini. Seto tidak pernah membentak Yumi sebelumnya. Namun, kali ini tatapan yang biasanya hangat itu berubah dingin dan menakutkan.

"Kakak lebih tua dariku. Bukankah dia lebih cocok dengan orang yang bernama Gio itu? Kukira usia mereka tidak terpaut jauh," usul Yumi mencoba semangat.

"Bagaimana, Pak?" tanya Yumi menuntut jawaban.

"Apa katamu? Sudah jelas kau yang akan menikahi pria itu. Kenapa sekarang malah menyebutku?"

Yumi terkejut saat Yuri, kakaknya tiba-tiba masuk dan membantah dengan suara lantang.

"Aku tidak sudi menikah dengan pria tua itu. Kau mau tahu, kabarnya pria yang akan menjadi suamimu itu buruk rupa," kata Yuri sembari menahan tawa. Mendengar itu membuat Yumi semakin melotot. Apakah seburuk itu, batinnya dalam hati.

Yuri menunduk dan menghapus air mata adiknya, kemudian berbisik, "Kau saja yang menikah dengannya. Aku sudah beritahu Ibu kalau aku tidak mau."

Sambil melambai Yuri meninggalkan Yumi yang semakin terisak sekarang. Harapan terakhirnya sudah pupus. Haruskah dia melanjutkan semua ini dengan terpaksa? Lalu, bagaimana dengan pendidikannya? Kenapa semua anggota keluarga begitu tega padanya hingga mengorbankan dirinya demi perusahaan?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Everlast

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku