Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Cinta Saudara Tiri

Terjerat Cinta Saudara Tiri

Sintia

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
2
Bab

Cinta tak harus memiliki. Itulah kenapa Jeno Dirgantara berusaha untuk memperjuangkan cintanya. Cinta antara saudara tiri ini tentu hal yang rumit. Mereka menjalin hubungan diam-diam sampai akhirnya sesuatu terjadi kepada Karina. Terpaksa, hubungan itu terungkap hingga keduanya harus dipisahkan. Namun, berjalannya waktu Karina tidak bisa menahan diri lagi. Dia berusaha untuk kabur menemui Jeno, tetapi lelaki itu sudah menikah dengan seorang gadis pilihan Mario. Lalu bagaimana dengan Karina? Apakah dia menerima semua yang sudah terjadi atau malah merusaknya untuk mendapatkan Jeno kembali?

Bab 1 Saling Membenci

"Sial!" Lelaki itu mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang menerpa wajahnya, sebelum akhirnya kesadarannya mengumpul di dunia nyata.

Mata Jeno hampir meloncat dari matanya saat kesadarannya sudah kembali. Matanya liar keseluruh ruangan dan itu bukanlah kamar yang biasa ditempatinya.

"Hah! Apa yang terjadi?" Gumamnya. Jantung lelaki itu memompa dengan cepat begitu menyadari tubuhnya hanya berbalut selimut tebal yang membingkai ranjang besar.

Ia terpekik syok begitu meraba tubuhnya sendiri tidak ada sehelai benangpun yang menempel dalam tubuhnya di balik selimut. Tubuh naked-nya merinding saat mengingat kejadian semalam. Tubuh lelaki itu tiba-tiba gemetar saat melihat sosok tubuh gadis dan dikenalnya sedang terlelap damai tidur di sebelahnya dengan kondisi yang sama dengan dirinya.

"Oh, shit! Apa yang terjadi semalam?!" Jeno menggelengkan kepalanya menjerit dalam hati, wanita itu menarik rambutnya frustasi. Manik matanya memindai lantai yang berserakan bajunya dan baju lelaki itu.

"Argh, kenapa harus dia?" Jeno Dirgantara mengusap wajahnya kasar mengapa ini terjadi pada dirinya. Ia segera keluar dari kamar ini setelah mengenakan pakaiannya kembali meninggalkan gadis yang sudah dia tiduri semalam.

Dia tidak habis pikir kenapa bisa-bisanya sampai ke ranjang? Kalau tidak ada obat perangsang paling Jeno juga tidak akan melakukan hal seperti ini. Lalu siapa yang berani memberikan obat itu ke minumannya? Dan wanita itu. Sangat sulit untuk dijelaskan.

_

"Aish, kenapa kesiangan lagi sih?!" Pagi-pagi sudah ngedumel karena bangunnya kesiangan tanpa ada yang membangunkannya. Karina kesal, akhirnya dia buru-buru membersihkan tubuhnya dan segera pergi kuliah hari ini.

Karina menuruni tangga dengan terburu-buru kemudian disusul oleh Jeno, sang kakak. Mereka menuju ke meja makan. Gadis sudah rapi dengan pakaiannya yang feminim dan anggun. Rambutnya digerai panjang asli berwarna coklat, selalu menjadi most wanted di kampusnya. Wajah cantik dan imut itu, membuatnya banyak penggemar.

Brukh!

Jeno tak sengaja menabrak adiknya yang tengah berjalan di depannya. Hampir saja tersungkur, Karina melirik sinis menoleh ke belakang melihat wajah Jeno yang sama sekali tidak ada rasa bersalah kepadanya. Jeno sibuk memainkan ponsel, dengan handphone miring sudah pasti main game online.

"Aw! Sakit tau, emangnya lo nggak bisa jalan pelan-pelan apa?! Fokus!" cetus Karina.

"Sorry," ucapnya tanpa menoleh ke arah Karina.

"Orang kayak dia, pantesnya hidup di hutan!" umpat Karina setelah membalikkan tubuhnya berjalan lebih cepat menuju meja makan. Ayah dan Ibunya sudah siap untuk menikmati sarapan pagi bersama.

Karina mendengus kesal wajahnya menunjukkan tidak suka kepada lelaki itu. Begitu pula dengan Jeno dingin sekali kepada Lisa. Mereka benar-bener menunjukkan sikap tidak saling menyukai karena tidak menyetujui hubungan kedua orang tua mereka. Jeno Dirgantara putra dari Mario Dirgantara telah menikahi seorang wanita yaitu Nissa Marcelina Anggun memiliki seorang putri bernama Karina Marcelina.

"Hari ini, hari pernikahan Mama dan papa yang ke 3 tahun. Kalian mau ikut datang ke Dinner kami?" tanya Nissa seraya menuangkan air putih ke gelasnya Jeno.

"Nggak!"

"Nggak juga!"

Jawaban kompak disertai ekspresi tak minat menatap kedua orang mereka. Jeno melirik ke arah Karina yang sama sekali tidak memakan santapan pagi ini, hanya di liat saja. Perasaan mereka sama, keduanya keras kepala kalau tidak ya tidak dan itu, sejak pertama kali sang Ayah memberitahu anniversary pernikahan.

"Kenapa? Kalian harus datang karena acara ini cukup besar, Mama dan papa mengundang banyak tamu. Ayolah, Nak. Jeno, Karina, sampai kapan kalian akan terus seperti ini?"

"Ma, aku itu banyak tugas kuliah. Belum lagi aku harus magang ke kantor sebagai karyawan. Mana ada waktu untuk hal kayak gitu," jawab Karina dengan ketus. Dirinya ingin mengeluhkan segalanya kepada Ibunya yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan anaknya.

"Karin, jaga ucapan kamu!" tegur Nisa kepada anak gadisnya yang tak pernah menyukai acara spesial ini.

"Tau ah!" Karina meninggalkan meja makan. Segera pergi keluar rumah daripada dia makin kesal dengan keadaan dirumah. Ketika dia akan membuka pintu mobil pergelangan tangannya ditahan oleh Jeno, Karina menoleh.

"Kenapa?" cetus Karina.

"Lo harus cuti, acara ini juga penting untuk kita karena menghargai mama dan papa." Jeno mencoba merayu Karina untuk datang ke acara anniversary orang tua mereka.

"Tumben, biasanya lo paling males datang ke acara yang nggak penting itu."

"Kayaknya udah waktunya kita seperti saudara. Mama dan papa butuh kita di acara itu, semua orang pasti mencari keberadaan kita di sana. Apa lo mau disebut anak durhaka?"

"Tapi gue beneran sibuk,"

"Gue bayar waktu sibuk lo, mau berapa? Sesibuk apa sih lo? Bukannya tiap malam lo datang ke klub," celetuk Jeno.

"Bukan urusan lo, Jen! Mending urusin diri lo yang waktunya habis cuman buat mempermainkan perasaan cewek! Sok ganteng banget lo jadi orang!" cerita Karina kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan kasar.

Karina memang selalu bersikap keras kepala karena dirinya kurang perhatian sejak kecil, kurang didikan? Mungkin juga iya, semenjak Ayah dan Ibunya bercerai Karina lebih banyak merenung setelah menjadi anak broken home. Ketika Mamanya menikah lagi, disitu Karina merasa kalau dunia sangat tidak adil kepadanya.

"Kenapa sih harus dateng, nggak jelas acara begituan pake ngundang orang segala." Di hari pernikahan mamanya saja dia tidak datang, baginya itu sebuah pengkhianatan yang sangat menyakitkan dalam hidupnya.

***

Ada gadis manis dan membawa beberapa buku tebal memakai blazer biru muda. Kemudian tersenyum ke arah Jeno yang menatapnya tanpa ekspresi. Meski dingin kepada semua cewek, tapi Jeno sangat peduli dan perhatian pada gadis ini. Yang bernama Gisel, pacarnya Jeno.

"Kamu kena hukum lagi?" tanya gadis sembari melangkah pelan menuju kelasnya masuk pagi pula hari ini. Beda kelas juga dengan Jeno.

"Nggak kok. Cuma dapat nasehat aja," jawab Jeno, tangan cowok itu berada disaku celana terlihat sangat cool sekali, berandal tampan, Badboy kelas kakap. Namun, banyak sekali gadis kampus yang menginginkan Jeno sebagai pacar. Makanya Gisel agak gimana gitu menjalin hubungan dengan Jeno karena banyak dari mereka yang iri dan menjadi orang ketiga.

"Eum, kamu ada masalah lagi?" tanya Gisel. Gerak-gerik Jeno bisa terbaca oleh Gisel yang mengerti kalau Jeno sedang dalam masalah atau banyak pikiran.

"Nggak ada kok. Gimana urusan kamu, presentasi kamu di kelas apakah aman-aman aja?" Jeno mengalihkan pembicaraan, ia tidak suka jika masalah yang menimpanya orang terdekatnya tahu. Jeno akan merahasiakannya rapat-rapat. Gisel yang hanya bisa bersabar menghadapi Jeno, sudah terbiasa jika pertanyaannya dialihkan kepembicaraan lain.

"Eum, aman kok. Bahkan kami mendapat nilai A+ loh, ini juga berkat kamu." Gadis itu tersenyum lebar seakan dirinya senang hati. Padahal, tadi banyak sekali yang mengolok-olok dia karena banyak yang tidak menyukainya. Gisel tidak peduli, yang penting grupnya mendapatkan nilai yang memuaskan.

"Baguslah. Oh, iya. Malam ini ada acara anniversary pernikahan Papa, kamu aku jemput ya?" Jeno mengajak Gisel untuk datang ke acara tersebut. Lagipula, Jeno butuh pasangan di sana daripada berduaan dengan Karina malah jadi bosan.

"Oke. Tapi, beneran nggakpapa?" tanya Gisel.

"Urusan itu, jangan takut ada aku di samping kamu."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku