Dia adalah dokter hebat nan jenius di umurnya yang masih sangat muda, ia baru berumur 25 tahun tapi sepertinya nyawa nya tidak akan bertaha di tubuh itu karena sebuah kecelakaan. Karena perbuatannya yang sangat baik hingga ia di percaya untuk hidup kembali tapi di tubuh yang berbeda dan juga dengan kondisi yang jauh berbeda dari kehidupan awal nya. Ia kembali hidup di tubuh seorang gadis muda yang hidup nya tidak di anggap oleh teman bahkan keluarganya sekalipun.
Terlihat seorang perawat sedang berlari dengan tergesa-gesa menuju ruangan seorang dokter.
"Dok, pasien yang kemarin, sekarang kembali drop " ujar perawat itu setelah nafas nya teratur kembali, bagiamana ia tak tergesa-gesa sedari tadi keluarga pasien terus saja berteriak meminta tolong padahal ia sudah bilang untuk bersabar, tapi bukan nya bersabar dan diam tapi ia malah di amuk oleh keluarga pasien tersebut.
"Siapkan semua nya, hari ini kita lakukan operasi dan juga minta persetujuan keluarga, lebih cepat lebih baik" suruh wanita berjas putih itu dengan tenang pada perawat yang bekerja dengan nya, ia sudah biasa menangani hal seperti ini jadi ia bisa tetap tenang walaupun dalam keadaan darurat sekalipun.
"Baik dok, saya permisi" pamit perawat itu kemudian keluar dari ruangan itu, begitu juga dengan dokter cantik itu yang juga ikut keluar untuk memeriksa kondisi pasien nya.
Dokter Anara Windia, seorang dokter spesialis sekaligus sebagai pemilik dari rumah sakit tempat nya saat ini, ia hanya menangani beberapa pasien saja karena sudah ada dokter lain nya.
"Saat ini kondisi pasien sudah kembali stabil dan Operasi bisa kita lakukan hari ini" ujar dokter Anara pada keluarga pasien nya, entahlah sepertinya keluarga pasien nya ini seperti tak peduli pada pasien yang sedang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit,selama pasien nya itu masuk ke rumah sakit ini yang datang pun hanya beberapa orang saja dan yang setiap hari menemani pasien itu hanya seorang wanita patuh baya yang tak lain adalah pembantu di rumah nya, maybe.
"Lakukan saja" ujar seorang pria paruh baya,entah lah di matanya tak ada raut sedih sedikit pun jelas sekali jika keluarga pasien memang tak mempedulikan anak mereka huh padahal jika di lihat lihat keluarga pasien itu orang yang berada dan juga termasuk keluarga harmonis.
"Baik tuan, tolong tanda tangani surat ini dan kami akan segera melakukan operasi pada pasien" ujar dokter Anara dan memberikan kode pada perawat yang menemani nya, perawat itu yang mengerti pun langsung memberikan surat izin operasi pada pria paruh baya itu untuk di tanda tangani.
Setelah menanda tangani surat izin itu, kedua orang tua pasien tersebut segera pergi dari sana dan itu membuat dokter Anara menjadi tercenung tak mengerti akan pikiran mereka.
"Din, mereka seperti nya tak mempedulikan gadis kecil itu" ujar dokter Anara pada perawat yang sudah menemani nya selama ini yang bernama Dina.
"Saya juga gak habis pikir dok,masa ada orang tua yang menelantarkan anaknya sendiri, itu darah daging nya loh dok" balas Dina dan menatap sedih pada ruangan yang di mana terlihat seorang gadis kecil tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan kondisi yang tak berdaya, Anara hanya bisa menggelengkan kepalanya sebab tak habis pikir dengan orang tua pasien,hey dia saja sangat sedih apalagi anak kecil itu.
"Din, kita akan segera melakukan operasi jika tidak maka gadis kecil itu tak akan selamat, cepat sampai kan kepada rekan-rekan kita semua nya untuk membantu operasi" suruh Anara pada Dina yang langsung di angguki oleh perawat muda itu, perawat yang masih berusia dua puluh dua tahun yang sudah menemani nya selama tiga tahun lamanya,mulai dari perawat cantik itu magang dan sampai sekarang.
......
"Alhamdulillah akhirnya operasi my berjalan dengan lancar" ujar Anara sambil berjalan di koridor rumah sakit bersama Dina, karena para rekan nya yang lain telah kembali ke ruangan masing masing dan kini tinggallah mereka berdua yang juga sedang menuju ruangan mereka.
"Dok, dokter gak ada niat nih buat nikah?" Tanya Dina dengan senyuman nya.
"Iya nanti kalo udah ada jodoh nya Din,kalo sekarang mah belum ada jodoh nya dan juga daya masih punya Zikri yang harus di urus" jawab Anara dengan senyum tipis nya kala mengingat adik laki laki nya yang ia besar kan sedari kecil karena di tinggal kan oleh kedua orang tua mereka, ya Anara adalah yatim pintu karena di tinggal kan oleh kedua orang tua nya saat tragedi mengenaskan itu terjadi yang merenggut nyawa kedua malaikat tak bersayap nya.dulu ia sempat memiliki niat untuk bunuh diri tapi itu semua ia urungkan karena mengingat ia masih punya adik yang masih kecil, waktu itu ia berusia 10 tahun dan adiknya berusia satu tahun, mereka berdua hidup dengan uang tabungan yang sudah di siapkan untuk mereka tapi itu semua hanya sampai dirinya tamat SMA selebihnya untuk kuliah dia harus mengejar beasiswa dan juga bekerja paruh waktu untuk kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan adiknya yang juga sudah masuk sekolah pada saat itu.
"Dokter mah bisa aja, nanti kalo saya nikah duluan gimana kan kasian dokter gak punya temen curhat" ujar Dina dengan candaan nya.
selain perawat yang menemani nya bekerja, Dina juga merupakan sahabat nya ya lebih tepatnya seperti itu karena selama ini ia tak punya teman apalagi sahabat sebab ia yang hanya anak yatim piatu, untuk bisa mencapai kesuksesan nya yang sekarang sungguh tidak lah mudah, ia harus bekerja dengan keras walau pun harus memulai semua nya dari nol dan ya seperti yang di lihat sekarang ia bisa mencapai titik kesuksesan nya dengan usaha yang selama ini ia lakukan. ia juga tak perlu memusingkan uang untuk kebutuhan sehari-hari nya juga untuk biaya sekolah adik nya, ia akan memenuhi semua kebutuhan sang adik selagi ia bisa.
"Oh iya Din, setelah ini saya mau pulang dan mungkin besok gak masuk jadi kamu tolong cek para pasien ya" ujar Anara pada Dina yang langsung di angguki oleh gadis manis itu.
"Tapi lusa udah masuk lagi kan dok?masa dokter mau ninggalin saya sih dok kan gak asyik tuh" tanya Dina yang hanya di balas dengan senyuman oleh Anara, mereka berpisah di koridor karena Dina yang akan ke toilet terlebih dahulu sedangkan Anara akan kembali ke ruangan nya untuk mengambil tas serta ponsel nya karena ia akan langsung pulang dan menjemput adik kesayangannya di sekolah.
Sesampai nya di depan gerbang sekolah tempat adiknya menuntut ilmu,ia pun menunggu di dalam mobil karena di luar sangat panas, bukan nya ia takut hitam atau apa hanya saja ia terlalu malas untuk keluar dari mobil nya apa lagi bel pulang yang akan berbunyi lima menit lagi ya lebih baik menunggu di dalam mobil saja karena biasanya juga begitu.
" Eh udah pulang? " Tanya Anara pada remaja yang baru saja memasuki mobil nya dan juga menyalami tangan nya,ih sungguh adik nya ini sangat lah baik dan juga sopan.
"Udah mbak, oh iya mbak kok tumben mbak gak keluar?" Tanya remaja tampan itu, biasanya Anara memang akan menunggu adiknya di depan mobil ya juga terkadang kadang hanya menunggu di dalam mobil sih.
"Gak papa sih lagi pengen aja,kamu gak liat tuh panas nya gitu banget, yang ada malah langsung item mbak kalo keluar" canda Anara yang di tanggapi dengan tawa merdu oleh remaja tampan itu.
"Iya iya mbak kan takut gosong hahhaa" Tawa remaja tampan itu sudah tak bisa di tahan lagi, apalagi melihat wajah masam Anara yang menambah keimutan pada wajah gadis 25 tahun itu.
Buku lain oleh alya
Selebihnya