/0/18452/coverbig.jpg?v=1e552035ca0318cb93b374b6cfc5b0ff&imageMogr2/format/webp)
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Saat ini, Regina Hardian sedikit tenggelam dalam lamunannya sendiri.
Sejak siang tadi, semua yang bisa dia pikirkan hanyalah kata-kata dari dokter. "Selamat! Kamu hamil."
Tiba-tiba, Malvin Dirga mencubit lengannya dengan kuat dan menariknya kembali ke dunia nyata. Suara berat khas miliknya terdengar pada detik berikutnya. "Berhentilah melamun. Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Sebelum dia sempat menjawab, Malvin mencium Regina dengan liar setelah memegang bagian belakang kepalanya dengan penuh kasih.
Kemudian, pria itu menuju kamar mandi.
Di tempat tidur besar, Regina terbaring tak bergerak. Helaian rambutnya yang basah kini menempel di pelipis dan pipinya. Dia menatap langit-langit kamar dengan mata berkaca-kaca. Tubuhnya yang tanpa pakaian sedikit nyeri.
Setelah beberapa saat, dia mengeluarkan laporan tes kehamilan dari laci nakas.
Regina pergi ke rumah sakit karena terus-menerus mengalami rasa sakit perut yang mengganggu. Setelah menjalani tes urine, dokter menyampaikan kabar tersebut padanya. Usia kehamilannya hampir mencapai lima minggu!
Berita ini tentu sangat mengejutkannya. Dia dan Malvin selalu menggunakan pengaman setiap kali mereka melakukannya.
Setelah memutar otak, dia menelusuri ingatannya agar bisa menemukan waktu dia mulai hamil. Ternyata itu terjadi bulan lalu, setelah sebuah pesta. Malvin mengantarnya pulang dan tiba-tiba bertanya di depan pintu apakah dia dalam masa aman.
Sekarang, dia sadar bahwa waktu itu jauh dari masa aman!
Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Malvin adalah suaminya. Sudah dua tahun mereka menikah secara diam-diam. Suaminya sendiri menjabat sebagai CEO Grup Dirga, yang juga merupakan atasannya di tempat kerja.
Semua ini terjadi begitu cepat. Dia baru saja bekerja di perusahaan tersebut ketika mereka secara tidak sengaja melakukannya untuk pertama kalinya setelah menghadiri pesta.
Beberapa hari kemudian, kakek Malvin jatuh sakit parah. Saat itulah Malvin menawarkan pernikahan palsu hanya untuk memenuhi keinginan kakeknya yang sekarat.
Mereka menandatangani perjanjian pranikah, setuju untuk menyembunyikan pernikahan mereka dari mata publik. Pernikahan mereka dapat diakhiri kapan saja.
Itu adalah hal yang tidak biasa untuk dilakukan. Namun, saat itu, Regina hanya menganggap dirinya beruntung.
Bahkan dalam mimpi, dia tidak pernah menyangka dia akan menikah dengan pria yang telah dia sukai selama delapan tahun. Dia menyetujuinya dengan senang hati.
Setelah pernikahan mereka, Malvin sangat sibuk. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja.
Regina berharap dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya di rumah. Namun, dia merasa tenang karena tidak ada rumor atau skandal apa pun tentang Malvin bersama wanita lain dalam dua tahun terakhir pernikahan mereka.
Selain sedikit ketidakpedulian yang dia tunjukkan, Malvin adalah seorang suami yang sempurna.
Perasaan Regina campur aduk saat menatap hasil tes kehamilan.
Akhirnya, dia memutuskan untuk mengungkapkan kehamilannya pada Malvin.
Untuk pertama kalinya, dia juga ingin memberitahunya bahwa dia belum mempelajari apa pun tentangnya sejak dua tahun lalu dan dia telah menyukainya selama bertahun-tahun sebelum mereka menikah.
Gemericik air di kamar mandi akhirnya berhenti.
Begitu Malvin keluar, ponselnya berdering. Dia pergi ke balkon hanya dengan handuk mandi dan menjawab panggilan tersebut.
Regina memeriksa waktu dan ternyata saat ini sudah tengah malam.
Entah kenapa, dia merasa tidak nyaman. Siapa yang akan menelepon Malvin di jam segini?
Malvin menghabiskan beberapa menit di balkon. Setelah itu, dia kembali ke kamar dan menanggalkan handuk mandinya.
Tubuhnya sungguh menarik untuk dilihat. Ada otot-otot menonjol yang menghiasi perutnya. Pinggulnya keras dan kakinya jenjang serta berotot. Sederhananya, pria ini memukau!
Ini bukan pertama kalinya Regina melihatnya tanpa pakaian. Meski begitu, dia masih tersipu dan jantungnya mulai berdebar kencang saat ini.
Malvin yang tidak menyadari tatapan mata yang tertuju padanya, mengambil kemeja dan celana jasnya dari tempat tidur. Dia mengenakannya dan kemudian mengikat dasinya dengan jari rampingnya. Garis wajah di wajah tampannya terlihat jelas, membuat Malvin tampak lebih berwibawa malam ini.
Dia sangat memanjakan mata.
"Tidak perlu menungguku pulang. Selamat malam," ucapnya.
Apa? Malvin hendak pergi? Tengah malam begini?
Cengkeraman tangan Regina pada hasil tes kehamilan semakin erat saat dia menatapnya dengan kecewa. Tanpa sadar, dia sedikit mundur. Setelah berpikir sebentar, dia berseru, "Ini sudah larut malam."
Jari-jari Malvin membeku di dasinya. Dengan senyum tipis, dia mencubit daun telinga istrinya dan bertanya, "Apakah kamu tidak ingin tidur malam ini?"
Mendengar pertanyaan ini, wajah Regina memerah seluruhnya. Jantungnya berdebar keras di dalam rongga dadanya. Dia hendak mengatakan sesuatu ketika Malvin melepaskannya dan berkata, "Jadilah gadis yang baik, oke? Ada sesuatu yang perlu kulakukan. Tidak perlu menungguku pulang."
Setelah mengucapkan itu, dia berjalan menuju ke pintu.
"Malvin."
Regina berlari dengan cepat dan berhasil mengejarnya.
Malvin berbalik dan memandangnya dengan serius.
"Ada apa?"
Ada sedikit aura dingin dalam suaranya. Awan es menyelimuti mereka saat mereka saling menatap satu sama lain.
Sedikit tertekan, Regina bertanya dengan suara pelan, "Aku ingin mengunjungi nenekku besok. Bisakah kamu menemaniku ke sana?"
Neneknya sudah tua, tubuhnya lemah dan sakit-sakitan. Dia selalu ingin bertemu dengannya. Alhasil, Regina ingin mengajak Malvin ke sana untuk meyakinkan neneknya bahwa mereka bahagia.
"Mari kita bicarakan ini besok, oke?" Tanpa menyetujui atau menolak, Malvin buru-buru pergi.
Berbagai macam pikiran terlintas di benak Regina saat dia mandi dan kembali ke tempat tidur. Dia sama sekali tidak bisa tidur.
Setelah cukup lama bolak-balik, dia bangun dari tempat tidur dan membuat segelas susu hangat untuk dirinya sendiri.
Beberapa notifikasi dari blog online masuk ke ponselnya.
Namun, dia tidak tertarik untuk memeriksanya. Ketika dia hendak menghapusnya, salah satu dari notifikasi yang masuk menarik perhatiannya. Nama yang familier itu membuatnya mengekliknya.
Berita itu berbunyi, "Hari ini, desainer terkenal, Leviana Mores terlihat di bandara bersama pacar misteriusnya."
Leviana mengenakan topi model ember. Sosok pria itu sedikit buram, tetapi bentuk tubuhnya cukup untuk menunjukkan bahwa dia tampan.
Regina memperbesar foto dalam artikel. Detik berikutnya, hatinya dipenuhi kesedihan.
Pria di foto itu tidak lain adalah Malvin!
Jadi, dia membatalkan rapat sore tadi hanya untuk menjemput mantan pacarnya dari bandara?
Regina linglung, seolah-olah ada batu besar di perutnya saat dia menyadari fakta ini.
Tangannya gemetar. Tanpa sadar, dia mencoba menelepon nomor Malvin.
Nada sambung yang terdengar di telinga menariknya kembali ke dunia nyata. Saat dia hendak menutup telepon, panggilan tersambung, dan sebuah suara datang dari ujung sana.
"Halo!"
Itu bukan suara Malvin, melainkan suara wanita yang sangat lembut.
Regina membeku sesaat lalu melempar ponselnya.
Dia tiba-tiba merasa mual di perutnya dan tenggorokannya tercekat.
Dengan tangan menutup mulutnya, dia berlari ke kamar mandi dan muntah di toilet.
Bab 1 Kembalinya Mantan Pacar
02/05/2020
Bab 2 Bangun dari Mimpi Liar
02/05/2020
Bab 3 Tidak Lebih dari Sekadar Mainan
02/05/2020
Bab 4 Kelembutannya untuk Wanita Lain
02/05/2020
Bab 5 Ayo Kita Bercerai
02/05/2020
Bab 6 Mata yang Dipenuhi Hasrat
02/05/2020
Bab 7 Kebahagiaan Pendek
02/05/2020
Bab 8 Tetaplah Bersamaku
02/05/2020
Bab 9 Pikiran Mesum Kiran
02/05/2020
Bab 10 Memutuskan untuk Mengundurkan Diri
02/05/2020
Bab 11 Leviana Menjebak Regina
02/05/2020
Bab 12 Kecurigaan Malvin
02/05/2020
Bab 13 Henky Kembali
02/05/2020
Bab 14 Perasaannya
02/05/2020
Bab 15 Kesedihan Regina
02/05/2020
Bab 16 Kebenaran Utang Nyawa
02/05/2020
Bab 17 Mengalihkan Pandangannya dari Istriku
02/05/2020
Bab 18 Perjanjian Perceraian
02/05/2020
Bab 19 Mengunjungi Kuncara
02/05/2020
Bab 20 Gelar Kakak Ipar
02/05/2020
Bab 21 Mengusir Teresa
02/05/2020
Bab 22 Menggoda di Bawah Meja
02/05/2020
Bab 23 Apa yang Akan Kamu Lakukan Jika Aku Hamil
02/05/2020
Bab 24 Perasaan Malvin yang Campur Aduk
02/05/2020
Bab 25 Wanita Simpanan yang Berani
02/05/2020
Bab 26 Ratu Drama
15/01/2024
Bab 27 Membujuknya untuk Meminta Maaf
15/01/2024
Bab 28 Rencana Jahat
15/01/2024
Bab 29 Nyaris Mati
15/01/2024
Bab 30 Ibu Mertuanya yang Luar Biasa
16/01/2024
Bab 31 Ibu Mertua yang Peduli
17/01/2024
Bab 32 Membalaskan Dendamnya
18/01/2024
Bab 33 Jangan Makan Malam Bersama Pria Lain
18/01/2024
Bab 34 Apakah Kamu Mencintaiku
18/01/2024
Bab 35 Dia Cemburu
18/01/2024
Bab 36 Wanita Ini Seperti Obat Terlarang
18/01/2024
Bab 37 Konfirmasi Leviana
18/01/2024
Bab 38 Orang yang Tidak Dicintai Adalah Orang Ketiga
18/01/2024
Bab 39 Apa Kamu Tidak Tega Meninggalkannya
18/01/2024
Bab 40 Tamparan Panas
18/01/2024