Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Unfortunate?
5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
13
Bab

Areya merasa hidupnya selalu dipenuhi kemalangan. Entah itu berasal dari keluarga, sahabat, ataupun dalam hal lainnya. Hingga puncaknya dia bertemu dengan Pasha yang mengaku seseorang dari masalalunya. Lalu apakah kehadiran Pasha membuat hidup Areya menjadi beruntung atau yang terjadi malah sebaliknya?

Bab 1 Niat Nakal justru tapi justru terjungkal

Di sebuah kamar, ada seorang gadis yang sedang mendengar lagu dengan sangat kencang. Jika kalian ikut mendengar, mungkin telinga kalian akan meledak.

Lagu yang dia dengarkan berjudul, Unholy. Sebuah lagu, yang sangat menggambarkan keadaannya sekarang dan mungkin saja, sebagian dari kalian juga merasakannya.

Tiba-tiba, pintu kamarnya digedor oleh orang yang tak lain adalah ibunya. "Areya! kecilkan musikmu itu. Telinga Mama sampai berdengung di sini!"

Hening, Areya sama sekali tidak mau menanggapi sang Mama. Dia terlalu sibuk melihat matahari terbenam dari jendela kamarnya.

Indah sekali...

Langit biru cerah yang perlahan berubah menjadi biru gelap, dihiasi dengan semburat warna jingga. Kemudian, ada sedikit awan putih yang menambah keindahannya.

Menyaksikan keindahan itu, membuat Areya berpikir sendiri. Akankah kisah hidupnya akan berakhir seindah itu? atau mungkin hidupnya seperti malam yang kelam, gelap dan tanpa teman?

Gadis itu merasa, dalam keluarganya saja, dia sudah tidak beruntung. Walaupun dirinya seorang anak tunggal. Tetap saja, dia merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Yang dia dapatkan hanya uang, status, sendirian dan kecewa tiada henti.

Hingga puncaknya, terjadi pada minggu lalu. Dia sangat kecewa karena orang tuanya tidak hadir saat hari kelulusannya. Walaupun dengan predikat terbaik, tak mengubah keadaan dan membawa mereka datang. Mengucapkan selamat pun, tidak. Mereka sibuk kerja, kerja, dan kerja.

Sudah cukup. Kesabaran Areya sudah melebihi batas. Dirinya tidak ingin menjadi anak baik lagi sekarang. Gadis itu ingin melakukan hal nakal, dan akan merayakan sendiri atas kelulusan dan beasiswa penuhnya ke Korea Selatan.

Gadis itu berencana pergi Clubbing seorang diri, dengan semangat darah muda, dia pergi ke sana. Memakai dress hitam polos selutut dan memakai stiletto senada, dia berdandan layaknya wanita dewasa. Rambut hitamnya yang sedikit bergelombang itu, dia biarkan tergerai. Memakai sedikit blush on dan olesan lipstik merah menambah kesan menggoda. Areya sangat puas, saat mematut diri di depan cermin.

"I love it." Dia bergumam, kemudian melenggang pergi dari kamarnya.

Ketika dia keluar, dia melihat sekeliling lalu tersenyum masam. "Masih sepi seperti biasa."

Gadis itu menuruni tangga dengan cepat tanpa takut stilettonya patah. Dia ingin cepat-cepat pergi ke tempat yang kata orang adalah, tempatnya sumber kebahagiaan.

Namun, saat dirinya sudah sampai pada tempat gemerlap itu. Yang dia lakukan hanya diam mematung, berdiri beberapa meter di depan pintu masuk seperti orang bodoh. Semangatnya tiba-tiba menghilang, lalu berganti dengan perasaan tak nyaman. Tetapi, sudah terlanjur basah. Areya harus masuk, karena dia sudah bertekad untuk bersenang-senang.

"Tenangkan dirimu Areya... Huh! slowly Areya. Kamu bisa, You are not children again!" Gumam gadis itu, memantapkan hati.

Dengan langkah pasti, dia berjalan masuk. Suara musik keras menyambutnya. Saat dia menarik napas, gadis itu terbatuk karena aroma yang bercampur aduk. "Bau macam apa yang merusak penciumanku ini?" Areya mengomel, lalu mencari tempat duduk di depan bar sambil menjepit tangannya dengan jari.

"Hai! Mimpi apa aku semalam? bisa bertemu bidadari cantik sepertimu di sini. Kamu mau minum apa, Cantik? Biar aku buatkan dan tentunya gratis untukmu." Sapa bartender dengan senyum manis.

Mendengar sapaan dari pria asing, membuat Areya kembali gugup. Karena, ini kali pertama dia masuk tempat semacam ini.

"Red Sanria" jawab Areya singkat. Hanya itu nama minuman aman yang dia ingat, saat membaca sekilas dari Google tadi.

Banterder itupun tertawa, "Benar dugaanku. Kamu anak baru yang sedang mencoba masuk gemerlap malam ini. Tempat ini, tidak cocok untukmu, Sayang." Mendengar itu, Areya hanya tersenyum kikuk. Lalu mulai berpikir, "haruskah aku pulang saja?"

Areya terus melihat si bartender, karena takut minumannya dicampuri sesuatu. Bartender itu sadar betul jika gadis di depannya sedang mengawasi dirinya, Bahkan gadis itu tidak sadar jika kepalanya ikut menoleh ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakannya.

Membuat pria itu gemas sendiri lalu tak tahan untuk menggodanya, "Takut diracuni, Nona?" Ucap Bartender itu seraya melirik Areya, "Baiklah, aku akan menjelaskan apa saja yang akan ku masukkan ke dalam gelasmu ini. Yang pertama tadi, aku sudah memasukkan jus delima, soda, lalu ini sangria. Nah sangria ini... terbuat dari campuran buah-buahan yang tentu aman untukmu. Walaupun, aku sangat ingin mencampur sangria yang asli ke dalam gelas ini." Bartender itu mengedipkan sebelah mata, lalu tersenyum lebar pada Areya.

"Ini lemon, kau pasti tahu kan? lalu yang terakhir adalah es batu. Red Sangria siap dihidangkan. Wuh! warnanya secantik merah bibirmu." Dia meletakkan gelas itu di depan Areya. Lagi-lagi, gadis itu hanya bisa tersenyum kikuk membalasnya.

Untuk meredakan rasa tidak nyamannya, Areya mengedarkan pandangan. Namun, matanya tiba-tiba tertuju pada satu manusia yang sedang memejamkan mata. Pria itu seakan menikmati wanita yang sedang naik turun diatasnya.

Mata Areya panas, telinganya berdenging. Tak percaya dengan apa yang matanya Lihat. Pria itu adalah Papanya! dengan gemetar tangannya meraih Red Sangria. Kemudian gadis itu menenggaknya dengan tergesa, hingga terbatuk. Dadanya begitu sakit karena tersedak. Tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukannya. Gadis itu berjalan dengan marah ke pojok ruangan, tempat pria itu sedang bermain.

Sakit? jelas. Bagaimana tidak? Hal yang tak terduga terjadi ketika kau pergi ke sebuah Club untuk pertama kali dalam hidupmu. Berniat untuk bersenang-senang merayakan kelulusan yang tidak dihadiri oleh orang tua. Tetapi justru disitulah kamu menemukan Papamu sedang bermain dengan Jalang sialan.

Saat sampai di depan mereka, Areya terpaku. "Oh, Ayolah! wajah mereka terlihat menjijikkan sekali." Maki gadis itu dalam hati. Areya merasa mata sucinya ternodai.

Mereka masih saja sibuk menikmati permainan itu di atas sofa, yang membuat gadis itu ingin sekali muntah. Bahkan, mereka tidak sadar ada orang yang sedang berdiri tepat di depan mereka.

Emosi Areya sudah mencuat sampai ubun-ubun. Tanpa basa-basi, gadis itu langsung mengambil botol minuman yang berada di meja. Kemudian melemparkan botol itu, tepat pada tembok sebelah mereka bermain. Semua mendadak diam. Musik yang berdentam dan dengungan orang-orang pun ikut diam. Semua pandangan mata tertuju pada Areya.

Ya, mereka sedang melihat gadis bodoh yang mengamuk. Melempar botol yang mungkin seharga puluhan juta dan hampir mencelakai orang di Club. Bukankah itu skandal yang bagus untuk diberitakan?

''Areya...'' Pria itu mendesis menatap Areya.

Gadis itu tak menjawab, dia hanya diam lalu tersenyum. Para pengawal di Club itu mulai datang dan bersiap menyeret Areya saat itu juga. Areya hanya pasrah, saat kedua lengannya sudah dipegang oleh tangan-tangan kasar itu.

Gadis itu berpikir soal kemungkinan dia akan dijual sebagai Jalang juga. Karena, dia tidak mungkin bisa mengganti botol yang dia pecahkan itu. Tetapi, mereka tidak jadi menyeretnya ketika mendengar pria itu angkat bicara.

''Hentikan, jangan bawa gadis itu.'' Ucapnya sembari menyuruh turun jalang yang masih setia diatasnya. Areya segera memalingkan muka, saat Pria itu membenahi celananya sembari berjalan menghampiri dirinya.

''Apakah, Tuan mengenalnya?'' tanya salah satu pengawal.

''Ya, dia anakku.'' jawabnya pada pengawal, yang langsung membuat emosi Areya kembali berkobar.

''Anak, kau bilang? Cih! aku bahkan jijik melihatmu.'' Cemooh Areya, sembari meludah.

''Areya... sudahlah.'' Pria itu kembali mendesis, malu dengan reaksi gadis di depannya.

''Lepaskan dia pengawal, biar aku saja yang mengurusnya. Ayo! ikut Papa keluar.'' Pria itu menarik lengan anaknya pelan.

''Tidak, jangan sentuh tanganku! Aku bisa pulang sendiri.'' Areya langsung menghempaskan tangan itu begitu saja.

''Baiklah, tapi biar Papa mengantarmu pulang.'' Pinta Pria itu sembari mengangkat tangan, tanda dia memohon damai.

''Pulang? denganmu? Lelaki bejat sepertimu, tidak pantas mendapat kasih sayang dariku dan Mama. Kau sudah kehilangan tempat untuk pulang sekarang. Aku akan mengajak Mama pergi, agar kau bisa puas dengan para jalangmu itu.''

''Areya...'' Pria itu mengucapkan namanya dengan nada rendah. Tanda kalau dia sedang menunjukan kemarahan. Biasanya bila sudah begitu, Areya akan langsung diam dan takut.

Tetapi, sekarang dia tidak akan diam. Enak saja! Pria itu yang bermain, nanti entah kapan dia pulang membawa penyakit dan menularkannya pada Mama.

Tanpa menunggu Papanya berbicara lagi, Areya langsung berlari pulang. Tak menghiraukan Pria itu terus memanggil namanya. Areya terus berlari hingga sampai di halte bus. Air matanya langsung mengalir deras. Semua sumpah serapah bahkan dia keluarkan semua.

"Aku tahu keluargaku memang aneh, tetapi, aku tidak menyangka jika masalahnya se-aneh ini!" gadis itu bergumam di sela tangisnya.

Areya terus menangis, hingga tak sadar ada sekelompok pemuda yang datang menghampirinya.

''Cantik, kenapa menangis sayang?''

''Iya, Sayang. Tenanglah.''

''Ingin kami temani?''

Mereka berbicara, lalu tertawa saling bersahutan. Membuat Areya tersadar dan waspada. ''Pergi!'' hanya itu yang bisa dia ucapkan, untuk menjawab semua pertanyaan mereka.

''Oh, Sayang. Janganlah begitu.'' Salah satu dari mereka dengan berani membelai bahunya. Membuat Areya geram bukan main.

''Aku sudah bilang Pergi. Apa kalian TULI Hah!'' jeritnya setelah menghempas tangan pemuda itu.

''Woah, sangat liar! Kita akan menyukainya kawan, bawa dia.'' Titahnya sembari mengerling pada Areya.

''Siap, Bos! yuk, Cantik.'' Mereka menjulurkan tangan, berniat menyeretnya. Sebelum itu berhasil, Areya sudah menghindar dan berlari kabur menjauhi mereka.

''Woy, mau kemana kamu?'' teriak mereka.

Areya terus berlari hingga dia terjebak di jalan buntu. ''Sialan, kenapa hal buruk datang silih berganti?''

''Akhirnya... memang sepertinya malam ini kau harus menemani kami, Cantik.'' Ucap pemuda yang berani menyentuh Areya tadi.

''Benar, kami juga sudah gatal Bos.'' Sahut mereka lalu mengelus kemaluannya masing-masing, membuat Areya mual.

''Aku bilang sekali lagi, Pergi! kalau tidak...''

''Kalau tidak apa, Sayang?'' orang yang dipanggil bos itu mulai perlahan mendekatinya. Areya tersenyum, otaknya sudah mulai berjalan normal dan dia menunggu orang itu mendekat dan Hap!

''Seperti ini, Bangsat!'' Areya memelintir tangannya ke belakang dan menendang punggungnya hingga pemuda itu tersungkur dengan menyedihkan.

''Bos!'' Seru kedua anak buahnya. Mereka terpaku melihat Bosnya yang sedang tersungkur.

''Ayo bantu Bos, Bodoh! Kenapa kau malah diam saja di situ!'' anak buah yang pertama tersadar dan langsung menjitak kepala anak buah yang kedua.

''Hah? Bos! ayo kita bantu berdiri.'' Seru anak buah kedua saat tersadar dari keterkejutannya.

''Kamu memang gadis brengsek, cepat tangkap dia!" Pria yang tersungkur itu marah, dan menyuruh anak buahnya.

Kedua pemuda itu langsung maju berbarengan, membuat Areya sedikit kelabakan. Mereka melancarkan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi. Beberapa masih bisa Areya tangkis. Tetapi jika sudah dikeroyok begini, membuat Areya panik juga sehingga tidak bisa menangkis semua serangan. Akhirnya, gadis itu terkena tendangan entah dari siapa, hingga membuatnya jatuh terlentang.

Punggungnya mendarat dengan keras di aspal. Mereka bersorak gembira ketika melihatnya, seperti sedang memenangkang sebuah jackpot.

Areya berusaha bangkit, tetapi punggungnya terasa sangat sakit. kepalanya juga sedikit pusing. Dia tidak ingin pasrah. Tetapi, dia sungguh tidak bisa berbuat apapun. Mungkin inilah saatnya takdir mengubur Areya. Dia hanya bisa pasrah saat mereka mulai mendekat. Areya memejamkan mata erat, agar tak melihat muka mereka yang menjijikkan.

Tak berapa lama, Areya justru mendengar bunyi berdebam keras. Seperti orang ambruk bersusulan selama tiga kali. Kemudian yang terakhir, dia merasakan ada yang jatuh tepat di kakinya seperti kepala yang basah.

Membuat Areya langsung membuka mata, dan seketika itu juga gadis itu menjerit melihat tiga pemuda itu sudah ambruk dan mengeluarkan darah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Mainasum

Selebihnya
The Crimson Kimono of Michiko

The Crimson Kimono of Michiko

Sejarah

5.0

Aku, Michiko, seorang Geisha terkenal, selalu menyadari bahwa dunia hiburan ini dipenuhi godaan para donatur dan intrik mematikan. Persaingan sengit antar sesama Geisha membuatku selalu waspada. Namun, di balik riasan tebal dan senyum yang selalu kupasang, tersimpan kesepian yang mendalam-kesepian yang hanya terobati oleh kehadiran Abi Satya. Suatu hari, aku bertemu Abi Satya, seorang budak dengan senyum yang menenangkan. Cinta kami, seperti bunga teratai yang mekar di tengah lumpur, tumbuh subur. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Tuan Muda, majikan Abi Satya, yang selama ini diam-diam mengagumiku, mengetahui hubungan terlarang kami. Bukan hanya kecantikan, tetapi juga keanggunan dan kecerdasanku menarik perhatiannya. Ia terobsesi padaku, menginginkan aku sepenuhnya. Suatu sore yang mencekam, ia memerintahkan anak buahnya untuk mencambuk Abi Satya hingga tak berdaya di hadapanku. Jeritanku menggema, membelah kesunyian sore itu. Sementara aku hanya bisa menyaksikan, tanpa tahu harus berbuat apa. Kesepian yang dulu pernah terobati kini kembali mencengkeramku, lebih dalam dan lebih pedih. Aku meratapi kematian Abi Satya, cintaku yang direnggut paksa. Kini, aku, Michiko, menjadi tawanannya. Namun, aku tidak akan menyerah. Aku mengandalkan kecantikan dan kecerdasanku untuk menjadi senjata. Dalam masa tawanan ini, aku akan mempelajari kebiasaan dan kelemahannya. Merajut rencana, menggunakan setiap kesempatan, untuk membalas dendam, dan mendapatkan keadilan untuk Abi Satya. Ia mungkin telah merebut cintaku, tetapi ia tidak akan pernah merebut jiwaku."

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku