5.0
Komentar
262
Penayangan
31
Bab

Tasya Devanagayu tidak pernah membayangkan dalam hidupnya, bahwa dirinya akan termasuk ke dalam perempuan yang diselingkuhi oleh seorang lelaki. Terlebih lagi hal itu terjadi tepat tiga hari sebelum hari pernikahannya. Ravi Ardiansyah. Nama yang akan selalu dikenang oleh Tasya sebagai pria ter-berengsek yang pernah ia temui, kenal dan cintai! Kenyataan pahit dan kenangan menyakitkan itu membuat Tasya bahkan mengurung diri selama sebulan dalam apartemennya, termasuk mengajukan cuti kerja. Namun semua perlahan berubah kala Tasya mendapat pengikuti di twitter bernama @yourwitch. Ia membaca bio akun tersebut dapat membuat satu kutukan kepada orang yang telah menyakiti orang lain. Tasya yang iseng kemudian menulis pesan kepada @yourwitch agar mengutuk Ravi menjadi impoten. Beberapa hari kemudian tanpa disangka oleh Tasya, dirinya kedatangan sang mantan tunangan ke apartemennya. "Gila, berani bener kau datang ke sini?" seru Tasya dengan mata melotot. Raut wajah Ravi berubah ketakutan, bukan, sejak awal kedatangannya memang sudah begitu. "Tasya, aku benar-benar minta maaf," ujar Ravi menangkupkan kedua telapak tangannya dengan tatapan memelas. Tasya tertawa pelan. Terlihat dipaksakan dan terdengar menyeramkan. "Setelah sebulan lebih kau lebih memilih menggenggam tangan Vania lalu pergi bersama, daripada menjelaskan kepadaku keberadaanmu di apartemennya?" Ravi menegak salivanya. Ia kemudian bersimpuh di hadapan Tasya. "Aku benar-benar menyesal dan mengakui kesalahanku." Tasya melipat tangan di depan dada. "Sampai mati pun, aku tidak akan memaafkanmu!" teriaknya dengan nada tegas dan lantang. "Aku sekarang menjadi impoten, Tasya. Kurasa ini karma." Raut wajah marah dan murka Tasya seketika berubah menjadi terkejut dan melongo. "Apa?!" ♡♡♡

Bab 1 Chapter 1

Tasya Devanagayu adalah karyawan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak pada bidang periklanan bernama Derling. Setiap hari ia harus memutar otaknya, agar suatu produk yang bekerja sama dengan tempat kerjanya dapat dipromosikan dengan baik dan laku di pasaran. Namun akhir-akhir ini, pikirannya harus terganggu oleh kemunculan sosok Ravi Ardiansyah kembali.

"Kembali setelah mengambil cuti tahun ini."

Tasya menoleh, mendapati rekan kerja satu divisinya yang baru saja datang. "Ya dan aku tidak menyangka bahwa mejaku sudah penuh dengan proposal." Ia memicingkan matanya pada meja kerja yang sebelum cuti telah kosong dan rapi, namun setelah resmi masuk kerja kembali hari ini, sejumlah proposal telah bertumpuk di sana.

Dinaya, rekan kerja Tasya itu berhenti sejenak. "Semuanya baik-baik saja?"

"Setidaknya aku tidak perlu memakai masker dan kacamata hitam, setiap berjalan di sekitar daerah kantor," balas Tasya mengerti maksud Dinaya.

Apalagi kalau bukan tentang pernikahan yang batal. Tiga hari sebelum ikrar sehidup semati diucapkan, Tasya harus menanggung penderitaan bercampur rasa malu oleh perselingkuhan Ravi.

"Abaikan saja mereka. Kau cantik, pintar dan memiliki banyak bakat. Sebagian mereka mungkin iri dan menjadikan musibah yang menimpahmu sebagai alasan membicarakannya."

Dinaya bukanlah teman dekat Tasya di luar kantor, tetapi setahu Tasya, Dinaya adalah salah satu rekan kerjanya yang tidak munafik dan suka menjatuhkan orang lain. Dinaya bukanlah pekerja yang akan bergosip di kala waktu senggang, memilih menonton acara variety show di ponselnya atau membaca buku di kafe yang berada di depan perusahaan.

"Thanks Naya, cuma kau yang bisa kuandalkan di sini," balas Tasya susah merasa tidak terharu dengan ucapan Dinaya barusan.

"Apaan sih Tasya, lebay deh." Dinaya paling anti dengan ucapan manis, sehingga tak jarang orang menjulukinya 'putri yang dingin'.

Dinaya mulai menuju meja kerjanya yang masih berada satu ruangan dengan Tasya, namun dipisahkan oleh sekat. "Kau masih memiliki kesempatan. Daripada aku, bercerai setelah dua tahun menikah."

Tasya terdiam. Ia pun mensyukuri bahwa benar dikatakan oleh Dinaya. Lebih baik menanggung malu dan rasa sakit hati lebih cepat, daripada harus berujung penyesalan tanpa henti.

Sudah jadi rahasia umum bahwa Dinaya adalah janda muda. Mantan istri dari seorang pengacara dan tidak memiliki anak.

Tasya pun hanya bisa menghela dan menarik napas secara beraturan sambil mulai membaca proposal di depannya.

"Oh ya, selama kau cuti Pak Bos sering lihatin meja kerjamu loh."

Pernyataan Dinaya tak ayal membuat mata Tasya membeliak. "Apa?" Ia tidak pernah membayangkan tatapan serius dan tajam Albiru Prayoda--direktur dari Derling pada meja kerjanya. Pasti sangat menakutkan.

Tasya bahkan telah bergidik membayangkan situasi tersebut. "Ouh, paling dia menggerutu dalam hati tentang bagaimana aku mengambil cuti libur padahal juga batal nikahnya."

Dinaya terkekeh kecil. "Bagaimana kalau ternyata Pak Albi khawatir?"

Rasa mual langsung menyerbu perut Tasya kala mendengar perkataan Dinaya tersebut. "Khawatir? Mustahil. Ingat ketika dulu kakiku keseleo dan dia tetap memintaku menghadiri rapat dengan klien yang berada di lantai lima tanpa elevator." Seutas kisah pilu yang sampai sekarang terus bersarang di pikiran Tasya dan sejak itu, ia tak pernah lagi mencoba memahami Albiru secara emosional.

"Aku memintamu menghadirinya, karena tidak tahu kalau kakimu keseleo hari itu. Kau hanya berkata jatuh dan mengalami luka kecil, kukira hanya lecet di luar saja."

Sebuah suara yang beriringan dengan penjelasan membuat Tasya bangkit dari kurisnya dan ketika berbalik, ia telah menemukan seorang pria memakai jas sedang menatapnya datar.

"Selamat pagi Pak Albi," sapa Tasya sedikit membungkukkan badannya.

Dinaya telah menahan tawanya. Ia bisa melihat Albiru seolah baru saja ditampar oleh perkataan Tasya, tetapi lelaki itu tetap bersikap cool seperti biasanya.

"Ya, pagi juga Tasya dan ... selamat bekerja kembali," sapa Albiru balik. "Naya, bagaimana bahan presentasi besok?"

Albiru melewati meja Tasya menuju Dinaya. Hal itu membuat Tasya kembali duduk sambil menggigit bibir bawahnya.

"Ini Pak, sudah siap. Jam sepuluh besokkan?" Naya bertanya untuk lebih yakin akan jadwal presentasi tersebut.

"Benar," balas Albiru mengambil materi presentasi yang telah tercetak, meski ia yakin Dinaya telah mengirimkan bentuk PPT-nya lewat surel.

Albiru kemudian mulai berjalan beranjak dari ruangan tersebut, namun sebelum mencapai pintu, ia menoleh ke arah Tasya.

"Besok kau yang akan presentasi," tukas Albiru langsung memberi perintah kepada Tasya pada hari pertama kerja wanita itu.

"Tapi aku belum tahu materi, bahkan ... tentang tidak tahu apa itu besok," sanggah Tasya seolah mendapat serangan fajar, karena sambutan hangat dari bosnya itu.

"Makanya pelajari. Ambil materinya di Dinaya dan datang ke kantor satu jam lebih cepat, kita berangkat bersama."

Albiru tidak melihat situasi Tasya sebagai sebuah masalah bahwa wanita itu tidak bisa melakukan presentasi di hadapan klien esok harinya.

Setelah pintu kembali tertutup, Tasya tak segan memukul meja kerjanya dengan tinju. Rasa malu dan takut, karena ucapannya tadi telah berubah menjadi rasa kesal dan amarah.

"Naya, apa sebaiknya aku sekalian menulis surat pengunduran diri?" Tasya menoleh kepada Dinaya yang sekali lagi menahan tawanya.

"Sudah berapa kali kau mengatakan itu, setiap kesal sama Pak Albi?" Dinaya sudah tidak asing dengan penawaran Tasya tersebut. Namun pada akhirnya ia akan melihat wanita itu tetap mengerjakan tugas dengan baik.

Tasya meringis. "Harusnya aku datang terlambat tadi," ucapnya kemudian merebahkan kepalanya di atas meja. Menjadikan sejumlah proposal sebagai bantalan.

♡♡♡

Kehadiran Tasya kembali menjadi pusat perhatian karyawan Derling, meski berada dalam divisi yang berbeda. Sangat terlihat ketika berada di kantin perusahaan. Membicarakan Tasya yang pernikahannya batal karena perselingkuhan.

Sebenarnya Tasya bisa menyembunyikan penyebab kandasnya rencana pernikahannya, tetapi undangan telanjur disebar dan karena emosi, ia mengirimkan pesan ke seluruh kontaknya bahwa pernikahan itu batal karena perselingkuhan dari calon mempelai pria. Ada yang menganggapnya berani, tetapi banyak juga yang menyindirnya bodoh dengan mengungkapkan aib tersebut.

"Tapi harus kuakui, bahwa kau tidak berubah bahkan setelah kejadian itu," ujar Dinaya telah selesai menyantap makan siangnya.

Alis Tasya terangkat. "Maksudmu?"

"Kau tidak kurus, kering dan pucat. Seperti orang yang patah hati."

Tawa Tasya langsung meledak, seolah membahana kemudian perlahan berubah menjadi miris. "Hanya minggu pertama setelah hari pernikahan. Aku sempat dirawat di rumah sakit tahu."

Mata Dinaya terbelalak. "Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?" Ia berpikir Tasya melewatinya dengan cukup baik. Meski tahu bahwa rencana pernikahan yang batal adalah neraka fana bagi seorang wanita.

"Aku tidak ingin menunjukkan kerapuhanku. Bahkan aku menerima hal itu sebagai pelepasan terakhir atas penderitaan dan kesedihan yang kurasa. Lalu setelahnya ... aku mulai fokus peduli pada diriku sendiri," ujar Tasya mengingat bagaimana setiap proses yang ia lalui setelah musibah yang menimpanya itu.

"Kau ... benar-benar luar bisa Tasya."

Tasya mengulum senyuman tipis. "Mungkin memang beginilah nasibku. Harus merasakan kegagalan menuju pelaminan." Ia mengembuskan napas panjang. Mencoba kembali mengumpulkan rasa ikhlas dalam dirinya.

Tidak mendapat makanan penutup di kantin, menjadikan Tasya berniat mencari ice coffee dan cake di kafe seberang jalan. Namun baru berada di lobi, langkah kakinya terhenti oleh apa yang baru saja dilihatnya saat ini. Ravi Ardiansyah berdiri beberapa meter darinya dan tampak lelaki itu berjalan ke arahnya.

"Tasya."

"Sialan."

Ravi terkesiap sesaat mendapat balasan secara alamiah dari Tasya.

"Aku tahu kau kesal--"

"Berani sekali kau datang ke sini," potong Tasya dapat melihat beberapa karyawan yang mengenali Ravi sebagai mantan calon suaminya tersebut. Bagaimana tidak, selama menjalin hubungan Tasya tentu pernah mengunggah kemesraannya dengan Ravi di media sosial.

"Itu karena kau memblokir nomorku."

Tasya mengepalkan tangannya. Ia menahan air matanya yang mulai tergenang. Rasa sakit hati oleh perbuatan Ravi adalah sesuatu yang akan selalu membekas dalam dirinya, tetapi rasa muak dan malu dengan kemunculan Ravi di tempat kerjanya, tentu hal yang sama sekali tidak bisa ditolerirnya.

"Kau benar-benar tidak tahu malu. Apa maumu lagi? Bukankah kau sudah bebas bercinta dengan Vania?"

Ravi mengambil satu langkah lebih dekat, tetapi Tasya dengan sigap melangkah mundur juga.

"Tidak Tasya, bukankah sudah kukatakan bahwa aku mengalami masalah akan hal itu ... tetapi saat aku memikikranmu--"

Plak!

Satu tamparan keras berhasil mendarat pada pipi Ravi oleh telapak tangan Tasya.

"Menjijikkan."

Cukup satu kata membuat Tasya ingin segera menyingkir dari hadapan Ravi, takut ia mungkin akan membunuh lelaki itu apabila Ravi kembali membuka mulutnya. Namun ketika akan melangkah menuju elevator untuk kembali lantai tempat kerjanya, ternyata sudah banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Tentu saja, adegan tamparan yang baru terjadi adalah tontonan gratis yang mungkin sulit ditemukan, selain di sinetron atau film.

Termasuk Albiru yang berdiri tak jauh darinya. Untuk sesaat, mata Tasya menangkap seringaian kecil dari sudut bibir bosnya itu.

♡♡♡

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh naladhipayu

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku