Arya, pemuda tampan dan jenius. Selalu tersenyum meski terdapat luka yang menganga. Arya bukan badboy, bukan juga good boy. Dia hanyalah siswa biasa yang tinggal sendiri, tapi, ia dipertemukan dengan seorang siswi bernama Mandala Putri. Gadis yang tidak suka tersenyum, gadis itu ceria namun terhalang oleh trauma saat melihat orangtuanya dibunuh tepat didepannya.
Disebuah rumah yang minimalis, terlihat seorang remaja tampan sedang mencuci piring. Sembari bersenandung riang, siapapun yang melihatnya pasti akan menyangka kalau remaja itu sedang bahagia. Namun, berbeda dari wajahnya yang penuh dengan lebam, dan sedikit sobekan dibibir.
Remaja itu kerap disebut Arya pembawa sial. Dia tinggal sendirian. Tidak ada keluarga yang mau menerimanya, merawatnya, bahkan memberikan kabar saja mereka enggan.
Beberapa kali Arya menghembuskan nafas gusarnya. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.
Setelah beberapa lama akhirnya pekerjaannya beres juga. Arya pun bergegas berganti pakaiannya dengan seragam dengan jaket hitam bersimbol harimau. Sebelum keluar dari kamar dia memandangi cermin, terlihat wajah tampannya yang penuh dengan lebam. Dia tersenyum, bukan senyum manis yang di tunjukkan tapi, senyum yang menyiratkan kesenduan.
" Hm, gue harus senyum. Gak hanya gue yang sendirian, " ucapnya sambil berjalan keluar rumah.
Dia pun menaiki motor dan bergegas ke sekolah. Disepanjang perjalanan banyak warga yang melihatnya dengan tampang meremehkan, dan jijik.
Arya tidak menghiraukan tatapan orang-orang, dia terus menambah kecepatan motornya.
15 menit kemudian dia sampai disekolah yang bernama 'Alexander High School '. Dia memasuki area parkiran yang sudah terdapat teman-temannya yang menunggu. Arya pun melepaskan helm nya, dan terlihatlah wajah yang penuh lebam dari wajah tampannya.
Teman-teman yang melihat wajah Arya yang penuh dengan lebam pun terkejut.
" Wih, muka tampan lu dijual dimana?," Tanya salah satu sahabatnya yang bernama Zayyan Mahendra.
" Zay. Please, lu jangan becanda! " Sentak Marvel. Ketua dari gang motor Xaliber.
Semua anggota yang mendengar ucapan Marvel pun hanya bisa bergidik ngeri.
Marvel Narendra, sahabat Arya sedari kecil. Marvel sangat dingin tak tersentuh. Tapi, Marvel bisa menjadi pendengar yang baik bagi semua anggotanya.
Arya hanya memutar matanya malas.
Marvel pun mendekati Arya. Dengan wajah yang dipenuhi rasa khawatir.
" Arya? __" panggil Marvel.
" Dahlah Vel gue baik kok. Kita ke kelas saja," ucap Arya sambil meninggalkan Arya.
Marvel hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Lalu, Marvel mengikuti Arya.
" Woy... Kita ditinggal sama si boss,"
" Udahlah, Zay. Yuk, ke kelas aja. Kalau banyak bacot nanti di kubur lu," sarkas Samuel.
Mereka pun menyusul Arya dan Marvel. Disepanjang mereka berjalan, banyak tatapan mendamba pada mereka. Tapi, tidak ada yang berani memanggil mereka.
Arya berjalan dengan santainya, tidak menggubris pandangan aneh dari para murid yang melihat.
" Vel?, " Panggil Arya.
" Hm,"
Mendengar respon dari Marvel, Arya hanya bisa mendengus kesal.
" Bisa- bisa nya gue berteman sama tembok berjalan,"
Mendengar itu Marvel melotot. Lalu, menggeplak Arya.
Arya meringis karena geplakan Marvel.
" Lu ada masalah apalagi, Ya,?" Tanya Marvel serius.
Seketika suasana menjadi canggung, dan dingin.
Arya hanya diam, tidak mau menjawab. Bukan apa-apa tapi, Arya sedang menahan pusing.
Arya menunduk, memasuki kedua tangannya ke saku jaket.
***
Terlihat seorang remaja perempuan yang tengah duduk disebuah bangku taman sekolah. Raganya ada namun, jiwanya entah sedang melayang kemana. Wajah cantik dan manis, tapi memiliki tatapan kosong. Seolah-olah dia tidak mempunyai semangat untuk hidup, seolah-olah dunianya sudah hancur.
Mandala Putri, gadis yang kini hanya duduk dan melamun dari subuh sampai bel masuk sekolah sebentar lagi.
Datanglah seorang gadis lain yang menghampirinya. Dessy, sahabat Manda. Dia ceria, dan selalu berada disisi Manda. Dessy adalah anak dari Asisten pribadi orang tua Manda. Dessy mengetahui cerita hidup Manda, dia tau bagaimana takdir membuat orangtuanya terbunuh didepan matanya sendiri. Dessy prihatin, dan sedih . Manda yang ceria, penabur tawa, kini tergantikan oleh Manda yang enggan melanjutkan hidup. Tidak ada air mata, tidak ada senyuman di wajahnya.
" Manda," panggil Dessy.
Tidak ada respon dari Manda.
" Manda, ikhlaskan semuanya. Itu masalalu, jika lu hanya berlarut dalam masa itu. Bagaimana lu bisa membangun kebahagiaan lu? . Jawab gue, Manda! Lu mau orangtua lu nyesel dah menyelamatkan lu waktu itu? Orangtua lu mau lu bertahan, dan kembali ke dunia yang semestinya__"
" Cukup. Diam! Gue yang tau bagaimana yang harus gue lakukan. Stop menasehati gue dengan omongan lu yang hanya omong kosong saja. Des, gue yang lihat mereka terbunuh. Lu gak tau apa-apa, gue yang paling tersakiti disini. Dunia gue hancur, semangat hidup gue udah lenyap, terus gue harus apa? Senyum? Gue gak mau munafik, Des. Semua orang gak akan ngerti perasaan gue, termasuk elo!," Sela Manda.
Mendengar ucapan itu, Dessy dilanda perasaan yang tidak karuan. Sedih, khawatir, marah pada dirinya sendiri, dan merasa tidak berguna. Dessy melihat Manda lekat.
" Manda... Lu harus bahagia, buka lembaran baru di hidup lu," lirih Dessy.
Manda beranjak dari duduknya, dan pergi meninggalkan Dessy sendirian.
Dessy mengikuti dari belakang. Tidak ada obrolan diantara mereka.
Manda terus memandang lurus lorong menuju kelasnya.
Duagh
Zayyan menabrak tembok.
" Alamak... Cantik sekali si Manda , walaupun dia gak pernah senyum," ujar Zayyan.
" Iyalah, Manda emang cantik tapi sayang dia kosong," jawab Carel. Carel adalah sahabat dari Arya, dan inti tim gang motor Xaliber.
" Kosong? Kosong gimana, Rel? " Telmi Leo. Leo juga inti dari gang motor Xaliber. Ganteng tapi sayang telmi.
Tak menghiraukan pertanyaan Leo, Zayyan terus memandang ke arah Manda.
" Dahlah. Ayo, noh si bos ma Arya dah lumayan jauh," ajak Samuel.
***
Arya dan Marvel pun duduk sebentar dibangku dekat kelas. Bukan tanpa alasan, Marvel yang melihat Arya yang terus menunduk, dan melihat tangan Arya yang meremas saku jaket pun memaksa Arya duduk terlebih dahulu. Awalnya Arya menolak, tapi dengan auranya Marvel mampu membuat Arya duduk.
Arya terus menunduk, tapi kedatangan Zayan dan lainnya membuatnya kembali memasang topeng.
" Ya, lu tau gak? ," Tanya Zay.
" Lu ogeb? Mana bisa dia tau, bangke," ucap Samuel.
Si empu hanya cengengesan.
" Emang ada apaan?," Tanya Arya.
" Tadi si Manda cakep banget, banget, " jawab Zay antusias.
" Dasar mata keranjang, liat yang bening langsung meleyot lu," ucap Arya.
" Mata siapa yang ada di keranjang, Ya? " Tanya Leo pelanga- pelongo.
" Mata mu , Le," jawab serempak.
Sontak leo melebarkan matanya.
" stt. .. jangan lebar-lebar nanti keluar tu mata," kata Samuel.
Semuanya tertawa melihat tingkah Leo yang langsung menutup mata nya dengan kedua tangannya.
" Pada ketawain apa sih? " Tanya Dessy.
" Ketawain lu, Des," jawab Samuel.
" Lah__"
" Des, mau ke kelas gak? Kalau gak, gue duluan," ucap Manda.
" Senyum napa, nda," pinta Arya.
" Gak," jawab Manda singkat.
Tittt
Suara bel masuk pun berbunyi. Arya cs, Dessy, dan Manda pun masuk ke kelas.
Arya masih mengenakan jaket. Tidak ada yang berani menegurnya, bahkan para guru pun gak pernah menegur mengenai hal itu.
Alex duduk di bangku terakhir paling pojok bersama Marvel, didepannya ada Leo dan Zayyan.
Sedangkan Manda terus saja melamun.
Lamunannya seketika buyar ketika mendapat lemparan kertas dari seseorang.
' Jangan sok jadi yang paling menderita, Mandala '
Manda yang membaca itu sontak meremas kertas itu. Alex dkk menoleh ke arah Manda karena posisi Manda adalah dibangku tengah dan remasannya sangat kuat karena diserta dengan Manda memukul meja.
Buku lain oleh D'nira
Selebihnya