Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buku "Di Atas Ranjang Dokter Sonya" karya Gallon membawa pembaca dalam sebuah alur cerita yang kompleks, memilukan namun sarat dengan gairah yang tak terduga. Dr. Sonya, seorang Dokter Anestesi yang sukses dan memiliki pernikahan yang tampak sempurna dengan Emir, suaminya. Namun, di balik kesuksesan dan kedamaian yang terlihat, rumah tangga mereka diliputi oleh kegelapan dan kesedihan akibat kematian anak tunggal mereka, Janu, serta perilaku tidak setia dari Emir yang berselingkuh dengan sekretarisnya.
Ketika pesona Awan, seorang perawat anestesi di bawah bimbingan Sonya, mulai merayunya, Sonya menghadapi pertanyaan sulit: apakah dia akan mempertahankan hubungan toxic-nya atau menyerah pada godaan kenikmatan yang ditawarkan Awan demi memenuhi kebutuhan egonya sebagai seorang wanita? Konflik internal yang melibatkan cinta, pengkhianatan, dan keputusan sulit menggoyangkan fondasi rumah tangga Sonya, menghadirkannya pada pertarungan emosional yang mendalam.
Dalam perjalanan yang dipenuhi dengan kisah rumit ini, pembaca diundang untuk menjelajahi dinamika konflik batin Sonya dan pertarungan antara rasa sakit dan hasrat. Kehidupan pribadi yang kelam dan penuh ketegangan di tengah-tengah cahaya birahi yang menyala membuat kisah ini menjadi refleksi mendalam tentang kesetiaan, impian yang hancur, dan pencarian akan kebahagiaan sejati. Dengan penuh pergumulan moral dan emosi, cerita ini membuka jendela menuju dunia hubungan yang rumit, yang mendedahkan luka-luka tersembunyi dan kerawanan-ketherjaan di dalam hati manusia.
Jika Anda menyukai novel roman cerita dewasa, saya merekomendasikan 6 buku mirip "Di Atas Ranjang Dokter Sonya".
“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung. “Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan. Sonya seorang Dokter Anestesi yang memiliki karier cemerlang dan pernikahan yang terlihat sangat sempurna dengan suaminya, padahal rumah tangga yang Sonya dan Emir jalani sangat dingin, kelam, dan berada di ujung tanduk akibat kematian anak semata wayangnya Janu dan kelakuan Emir yang berselingkuh dengan sekretarisnya. Setelah terjerat pesona Awan, akankah Sonya tetap mempertahankan rumah tangga toxic-nya, atau menyerah dalam kelembutan awan yang memuaskan egonya sebagai seorang wanita?

Perempuan (Sonya): Dokter Anestesi sukses dengan pernikahan yang terlihat sempurna tetapi dingin dan berakhir karena kematian anaknya dan perselingkuhan suaminya. Ditarik kepada Awan, Sonya menghadapi konflik antara mempertahankan pernikahannya yang merugikan atau menyerah pada daya tarik Awan yang memenuhi kebutuhan emosionalnya.

Laki-laki (Awan):Perawat anestesi yang menarik perhatian Sonya. Dengan senyumnya, dia menunjukkan ketertarikan pada Sonya, menghadirkan pertanyaan moral tentang hubungan profesionalitas dan daya tarik pribadi. Mewakili ketidakpuasan Sonya dalam pernikahannya sambil menjadi teka-teki baru dalam hidupnya.

Di Atas Ranjang Dokter Sonya 1. Kenapa Kamu Bunuh Anak Kita?
“Sonya aku turut berduka atas kematian Janu, anak kamu,” ucap Sugeng saat bertemu Sonya di salah satu acara seminar kedokteran.
Sonya berjuang menelan ludahnya saat mendengar perkataan Sugeng salah satu rekan sejawatnya di rumah sakit. Sonya berjuang menutupi kesedihannya dengan senyuman manis miliknya. “Terima kasih Dokter Sugeng.”
“Aku tidak menyangka musibah itu menimpa, Janu,” ucap Sugeng dengan wajah penyesalan.
Siapa yang menyangka musibah akan menimpa seseorang? Andai musibah bisa disangka, semua orang pasti berlomba-lomba mencegahnya. Sonya menelan ludah dengan susah payah tenggorokannya tercekat. Andai ia bisa mengulang waktu, ia akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Janu ke dunia ini.
“Sonya ....” Sugeng menyentuh lengan Sonya berusaha untuk menyadarkan Sonya dari lamunannya.
“Ah ... iya, bagaimana?” tanya Sonya sembari kembali menunjukkan senyumannya untuk menutupi kegalauan dan kesedihan hatinya.
“Aku ....”
“Sonya, Sayang sudah selesai?”
Suara lelaki di belakang Sonya membuat Sugeng menghentikan perkataannya dan menatap lelaki pemilik suara yang ada di belakang tubuh Sonya.
“Pak Emir, saya mengucapkan bela sungkawa,” ucap Sugeng saat melihat Emir yang berdiri di belakang Sonya.
“Terima kasih, Pak ....” Emir menatap Sonya yang ada di sampingnya meminta bantuan karena dirinya tidak mengetahui siapa lelaki yang saat ini berdiri di hadapannya.
“Sugeng, dia Dokter Sugeng ahli bedah di rumah sakit aku.” Sonya langsung membantu suaminya yang tidak tahu siapa Dokter Sugeng.
“Terima kasih Dokter Sugeng, ucapan Anda sangat berarti,” ulang Emir sembari menjabat tangan Sugeng dan memberikan senyuman terbaik miliknya.
“Saya benar-benar kaget mendengar beritanya dan awalnya saya menyangka kalau kematian anak Anda akan mempengaruhi hubungan Anda karena menurut kabar burung anak Anda meninggal tercebur ke kolam saat dalam pengawasan Anda, Pak Emir,” ucap Sugeng polos, dia sama sekali tidak tahu imbas dari perkataannya akan membuat Sonya terguncang dan kembali mengingat peristiwa itu.
👉👉📕Klik di sini untuk membaca bab populer lainnya📖

Di Atas Ranjang Dokter Sonya 2. Aku Mau Ketemu Lonte?!
“Kenapa kamu bisa lalai dan membuat Janu meninggal, Emir?” Sonya memperbaiki pertanyaannya yang tadi terlalu frontal.
“Sonya, aku sudah bilang sama kamu berkali-kali aku ke kamar mandi dan aku nggak tahu kalau Janu jalan balik lagi ke kolam renang,” bisik Emir menahan amarahnya akibat pertanyaan awal Sonya sembari menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya merutuki kebodohannya karena melakukan sebuah kesalahan fatal saat menjaga anak semata wayangnya yang mengakibatkan anaknya itu meninggal akibat tercebur ke kolam renang.
“Kamu ngapain di kamar mandi? Kamu ngapain sampai selama itu di kamar mandi, setengah jam Janu berjuang di kolam, Emir?!” sentak Sonya sembari menunjuk kolam renang di samping rumahnya dengan telunjuk yang bergetar akibat menahan amarah dan kesedihan.
“Aku sudah bilang kalau aku di kamar mandi, Sonya?!” teriak Emir dengan nada suara yang sama-sama tinggi, dia benar-benar tidak mau disalahkan atas kematian Janu. Ego lelakinya memaksa dirinya untuk tidak mengakui kelalaiannya dalam menjaga Janu.
Sonya dengan cepat mencengkeram kerah baju Emir dan mengentaknya dengan kasar, “Sialan kamu, Emir?! Jawab aku, kamu apa di kamar mandi?!”
Amarah Emir meledak saat merasakan cengkeraman tangan Sonya di kerahnya, “Sonya, kamu budek atau apa sudah aku jawab dari tadi kalau aku di kamar mandi?!”
“Ya, kamu apa?! Jarak kamar mandi dan kolam renang itu nggak jauh, kalau ada teriakkan atau apa pun juga pasti kamu bisa denger, Emir?!” sentak Sonya sembari menatap Emir dengan tatapan tajam, andai tatapan bisa membunuh mungkin saat ini Emir hanya tinggal nama saja.
“Aku di kamar mandi, Sonya. Kamu mau tanya sampai kapan pun jawaban aku sama, aku di kamar mandi?!” Emir mencengkeram keda tangan Sonya lebih erat lagi hingga membuat istrinya itu kesakitan.
Sonya merasakan rasa sakit di lengannya namun, Sonya menolak untuk melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Emir. Dia butuh jawaban dari Emir apa yang sebenarnya Emir lakukan di kamar mandi sampai-sampai dia tidak sadar kalau anaknya tenggelam di kolam renang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kamar mandi.
“Ya, kamu ngapain?! Ini Janu meninggal loh, Janu anak kita. Dia meninggal gara-gara kamu nggak becus ngejagain dia. Anak kita meninggal, Emir?!” teriak Sonya sekeras mungkin hingga seluruh uratnya terlihat di kulitnya yang putih.
👉👉📕Klik di sini untuk membaca bab populer lainnya📖

Di Atas Ranjang Dokter Sonya 3. Pernikahan Sampah?!
Sonya mengambil botol air dari kulkas, lalu meminumnya hingga tandas. Berharap air itu bisa mencairkan kebekuan pikirannya karena ulah suami dan beban pekerjaan.
Bayangan sosok Janu, membawa langkah kaki Sonya menuju kamar putra semata wayangnya. Janu yang didapatkannya dengan susah payah melalui proses bayi tabung, harus pergi meninggalkannya secepat itu. ia bahkan belum sempat menghabiskan banyak waktu bersama Janu karena kesibukannya di rumah sakit. Pukul sembilan malam dan itu hari kedua Emir meninggalkan rumah setelah pernikahan mereka.
Langkahnya gontai menuju lemari menatapi rak demi rak di mana pakaian Janu berada. Air matanya keluar tak henti sejak tadi. Hatinya terasa sangat kosong seakan hidup yang dijalaninya sekarang pun tak ada gunanya. Sepasang pakaian rumah yang paling sering dikenakan Janu, tenggelam di tangannya.
“Nak ... maafin, Mamah,” isak Sonya sembari berbaring di kasur milik Janu. Sonya meringkuk di ranjang anaknya itu berusaha untuk menenangkan dirinya dari gelombang kesedihan yang tiba-tiba menerpa Sonya.
“Maafin Mamah, Sayang. Maafin Mamah yang nggak bisa jaga kamu. Mamah salah, Sayang. Mamah salah ....” Sonya menangis sesenggukan akibat rasa bersalah yang sudah menguasai dirinya saat ini, tubuhnya bergetar dan lututnya makin dekat dengan dadanya, tangis Sonya terdengar sangat pilu dan menyayat hati siapa pun yang mendengar suaranya.
“Maaf, Sayang, Maaf ....” Sonya menutup matanya sambil terisak hebat, ini adalah satu-satunya situasi yang membuat Sonya menitikkan air matanya.
Rasa kehilangan Janu yang mampu membuat Sonya menangis hingga kesulitan bernapas, hanya itulah hal yang membuat Sonya menangis parah. Bahkan, kelakuan Emir yang tukang selingkuh dan berhubungan badan dengan semua wanita murahan yang bisa ia bayar di muka bumi ini.
“Maafkan Mamah, Janu anak Mamah yang paling Mamah sayang, maaf ... maaf.” Sonya terus bergumam kalimat tersebut, sebuah kalimat yang Sonya harap bisa menghapus rasa bersalah yang Sonya menggerogoti dirinya.
Sonya beranjak dari ranjang Janu dan pergi keluar kama anaknya itu, melangkahkan kakinya dengan gontai ke kamar miliknya, Sonya ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah babak belur akibat pertengkaran dengan Emir dan rasa bersalah yang menyelimutinya. Dengan cepat Sonya membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya sendiri sembari memeluk pakaian Janu, mengisap wangi malaikat kecilnya hingga Sonya terlelap tidur.
2025-04-08

2025-04-08

2025-04-07

2025-04-07

2025-04-07

21905

10734

8964

7379

6829
